11 Caro Cadiak, Pandai pandeka.api@gmail.com Angko-angko agak bara -

Cerita di Balik Kata, Kisah di Balik Bahasa

Minggu, 11 Oktober 2015

Zhan Long Bab 33 - Obat Kematian


Penerjemah: Pandeka Api
Editor: Pandeka Api
---------------------------------------------------
Bab 33 – Obat Kematian

Makan malam yang sederhana, terdiri dari beberapa makanan Italia dan secangkir teh.

Memegang secangkir teh panas, Wan Er yang duduk berseberangan denganku tetap tenang. Cahaya lampu menembus kaca jendela, menyinari pipi pucatnya dan ... dadanya yang berayun naik turun. Hari ini, dia mengenakan blus potongan rendah, yang membuat beberapa pemuda di meja sebelah terus melirik.

“Xiao Yao?” Wan Er tiba-tiba bertanya.

Segera kualihkan mata dari dadanya, dan tak mampu mengatur detak jantung.

“Ya?”

“Sepertinya tak banyak pemain tingkat tinggi di Ba Huang,” Wan Er mengedipkan mata dan bertanya, “Apakah Ketua Praha, Pejuang Yan Zhao, pemain dengan level tertinggi? Berapa?”

“Hem,” aku mengangguk, “Pejuang Yan Zhao berada di level 28, tapi setelah terbunuh oleh Para Jenderal, turun menjadi 27.”

“Oh, Para Jenderal? Aku belum pernah mendengarnya.”

Aku tersenyum.

“Mereka sekelompok pemain tingkat tinggi, tapi tak cukup untuk melawan Praha. Jadi untuk sekarang, mereka belum dikenal.”

Mata Wan Er bersinar indah dengan tawa ringan.

“Oh, benarkah? Bahkan, dengan ada mereka pun, persaingan di Ba Huang jauh lebih sepi dari kota lain. Ditambah, hanya beberapa serikat besar yang ada di sana, seperti Naga Terbang dan Praha. Namun, tetap saja mereka bukan serikat yang masuk tiga besar, jadi bisa dikatakan kalau persaingan di Ba Huang tak terlalu kentara. Kau beruntung!”

“Ya, tak juga, karena PK di luar wilayah kota sangat sering terjadi.”

“Ah?” Wan Er melihatku dengan cibiran, “Apa kau takut dengan adanya PK?”

Di sebelah, Cheng Yue menepuk bahu Wan Er dan tertawa.

“Jangan begitu, Wan Er. Apa kau lupa golongannya? Dukun memiliki serangan kecil dan hanya bisa memulihkan. Bagaimana bisa PK, apa yang bisa dia lakukan? Apa menggunakan wajah tampannya untuk menggoda pemain lain?”

Wan Er runcingkan bibirnya.

“Dari sebelah mananya kalau dia tampan?”

Cheng Yue sipitkan mata dan berkata.

“Tapi aku benar-benar berpikir kalau dia tampan dan berkepribadian hangat ....”

Aku mendehem untuk melunakkan keadaan.

“Nona, bagaimana dengan Fan Shu? Siapa level tertinggi?”

“Ketua Serikat Makam Pahlawan, Pedang Q!”

“Oh, ya? Pedang Q, orang seperti apa dia?” aku sedikit terkejut.

Wan Er menarik napas dalam, membuat 34D-nya naik turun.

“Pedang Q, merupakan laki-laki tertampan di Fan Shu, apalagi dia dan Pedang Es sangat handal dalam [Langgam Hantam dan Pulih].”
(PA: Bagi yang belum tahu, langgam di sini maksudnya adalah gaya, model, atau cara.)

“Langgam Hantam dan Pulih?”

Cheng Yue terkikik.

“Xiao Yao, kau payah sekali, tidak tahu taktik dasar dalam PK. Langgam Hantam dan Pulih, Langgam Menghentikan Nadi, dan Langgam Duri adalah tiga cara terbaik yang dilakukan untuk PK. Pedang Q adalah pemain terbaik di <>, dia mencapainya dengan kemampuan yang sudah tinggi dalam Langgam Hantam dan Pulih. Hanya beberapa hari setelah bergabung ke <>, dia dianggap dewa oleh pemain di Fan Shu.”
(PA: Ehem, dewa bukan untuk sesembahan, tapi dewa dengan arti punya kemampuan tinggi. Cuma mengingatkan.)

“Ya, aku sangat mengaguminya,” ucap Wan Er sambil tersenyum.

Kupandangi dia beberapa detik, diam. Ada perasaan aneh di hatiku.

“Xiao Yao, kau ... kau tak ingin kalau Wan Er mengagumi laki-laki lain, bukan? Mengaku saja!” kata Cheng Yue dengan sipitkan mata.

Tiba-tiba, aku merasa Cheng Yue cukup ganas.

“Kau berpikir terlalu banyak. Siapa pun yang disukai oleh Nona, tak ada hubungannya denganku. Tugasku hanya untuk melindunginya, jika ....”

“Jika apa?” tanya Wan Er.

“Tak ada ... tak apa.”

Cheng Yue terkikik.

“Hem, keadaan sudah agak lain. Xiao Yao, jika Wan Er dan aku sudah level 30, bagaimana kalau kami ke Ba Huang untuk melihatmu? Kuat atau lemah, kau adalah teman kami, tak akan dibiarkan sendiri di Ba Huang.”

“Itu bagus.”

Wan Er mencibir.

“Baiklah, ayo bantu dia menaikkan level, kasihan ....”

“Apa ID-mu?” Cheng Yue bertanya.

“Xiao Yao Zi Zai.”

“Ah!” mulut Cheng Yue ternganga, “Apa? Kau adalah dukun yang menurut rumor pertama kali kenaikan di Ba Huang?”

Kutepuk dadaku.

“Ya ... hebat, bukan?”

“Biarlah, tetap saja kau adalah dukun ... minta susu!” canda Wan Er.
(PA: dalam cerita ini, golongan dukun disebut juga dengan golongan kantung susu, jadi Wan Er berucap demikian untuk menyindir Xiao Yao.)

“Jangan menghina golongan saya, bahkan dukun pun punya tugas yang tak tergantikan dalam pertarungan berkelompok,” aku berkata sambil mengepalkan tangan.

“Ayo pulang lebih cepat dan segera mencapai level 30,” melihatku yang menjadi kesal, Wan Er tunjukkan senyum manis, “Cheng Yue dan aku akan menaikkan level kemampuan ke level 4 dan kemudian baru akan mencarimu ke Ba Huang!”

“Oke!”

Sekembalinya di asrama, aku tidak segera terhubung ke permainan. Malah, aku membuka laptop si Kacamata dan mencari informasi yang berhubungan dengan Pedang Q. Aku sedikit terkejut setelah pencarian, dia pasti menjadi musuh besar .
(PA: Mata Empat diubah menjadi Kacamata.)

ID: Pedang Q
Pedang Q adalah pendiri Makam Pahlawan, serikat peringkat kedua di Papan Peringkat Serikat Cina. Sejak <>, Pedang Q menjadi pemain legendaris. Menurut rumor, nama aslinya adalah Bei Cheng Feng, penerus dari Bela Diri Bentuk Bebas Bei Cheng. Dia juga merupakan putra dari kepala Perusahaan Bintang Timur, yang memiliki aset lebih 100 miliar. Yang paling penting, Pedang Q sangat tampan, membuat para pemain yang perempuan mengejarnya ke Fan Shu.

Pam!

Laptop Kacamata kututup dengan keras. Bela diri bentuk bebas? Oh, saat kecil bersama si tua bangka, aku sudah berhadapan dengan bela diri ini, tapi tak pernah melihat yang namanya Bei Cheng. Mungkin, lewat <> aku bisa berhadapan dengan puncak dari bela diri bentuk bebas.

Pantas Wan Er perhatian kepada Pedang Q. Dia istimewa, tapi ... meskipun sangat tertarik padanya, Wan Er  menghiraukan ahli bela diri yang sangat dekat dengannya.

Dengan hati panas, kupasang helm. Aku harus segera mencapai level 30, walau sekarang masih level 24. Meningkatkan level Bobo Cilik juga tak buruk. Tingkat pertumbuhan Maharaja Lebah sangat tinggi dan merupakan kartu andalanku. Malam ini, aku harus mencapai level 26 dan Bobo level 24 agar menjadi lebih kuat!

Shua!

Aku daring di Kota Ba Huang.

Hal yang pertama kulakukan adalah memperbaiki semua perlengkapan dan menambah persediaan ramuan serta kartu segel. Berdiri di Gerbang Utara Kota Ba Huang, kubuka peta yang tak cukup jauh dengan kota, karena terlalu banyak pemain baru. Mereka biasanya berkumpul sejarak hingga 20 menit berjalan dari kota. Lewat dari sana merupakan peta dengan monster level tinggi dan sangat cocok dengan pemain tingkat tinggi sepertiku.

Berkeliling sebentar, kulihat titik merah di sisi barat peta, yang artinya monster di sana paling rendah level 30. Dengan Bobo Cilik dan membunuh monster 6 level lebih tinggi bukanlah masalah.

Setelah memutuskan tujuan, aku segera berangkat melewati belantara yang dipenuhi moneter level rendah. Aku juga baru tahu, kalau dukun level 24 sangat dibutuhkan, buktinya ada 10 undangan kelompok selama pejalan.

“Halo, Dukun level 24. Bergabunglah dengan kami, kita akan membunuh babi liar level 25. EXP-nya lumayan dan semua zirah kain yang jatuh bisa kau ambil!” seorang barbar mengajakku.

Pemain lain, kali ini penyihir elf dengan lembut mengepakkan sayapnya, melayang beberapa kaki dari tanah dan berkata manis.

“Bang Xiao Yao Zi Zai, apa kau mau bergabung dengan kami untuk membunuh tawon beracun? Mereka monster level 27. Untuk perlengkapannya kita akan mengundi ....”

“Ya, di kelompok kami, adik perempuanku berumur 17 belas tahun dan belum punya pacar!”

Aku menolak semua itu dengan sopan. Sebenarnya, aku tak mengeluarkan Bobo Cilik, yang penampilannya cukup unik dan bisa menarik perhatian.

Setelah setengah jam, monster di sekelilingku adalah hiena dan goblin berlevel 28, tapi mereka bukanlah targetku. Serangan dan pertahanan monster-monster ini hanya rata-rata. Alasanku membawa banyak kartu segel adalah untuk menangkap satu atau dua peliharaan tingkat tinggi, lalu menjualnya di Ba Huang. Di permainan ini, seseorang harus sabar. Membunuh monster yang sama selama 5 jam seharusnya sudah mendapatkan peliharaan dan berkesempatan untuk jadi kaya. Kau harus tabah dan beruntung. Aku yakin sudah tabah, saat waktu bertarung ... ah! Aku harus meneruskan perjalanan.

Di depan, sebuah desa kecil terlihat, tapi di sudutnya terdapat sebuah bendera merah Kota Ba Huang dan garnisun kecil untuk NPC.

Memegang tongkat, aku menuju ke sana, tapi dua anak panah meluncur ke arahku. Sigap, segera kuhindari. Seorang NPC pemanah yang melepasnya.

Cepat kuangkat tangan dan berteriak.

“Jangan tembak, kita di pihak yang sama!”

Pemanah tersebut tertawa.

“Oh, petualang dari Ba Huang. Maaf, kukira kau monster ....”

Di perkemahan, seorang NPC duduk di atas babi liar sambil memainkan kapaknya.

“Nak, kau berani juga datang ke tempat terpencil ini.”

“Aku punya lebih dari itu,” jawabku tersenyum.

“Baiklah!”

Dia berdiri, tampak di atas kepalanya tulisan “Qian Lin, Kapten Patroli”. Mendekat dan menepuk bahuku, lalu tertawa dan berkata.

“Nak, aku punya tugas yang sangat berbahaya, apa kau berani menerimanya?”

“Iya!”

Qian Lin menatap langit dan menarik napas panjang.

“Tempat ini, sebelumnya adalah milik Adipati Luo Lei. Malang, beberapa bulan yang lalu seorang penyihir jahat datang ke sini. Dia membuat segala jenis ramuan mengerikan, salah satunya adalah mengubah orang hidup menjadi zombi! Jadi, tempat ini sudah menjadi tanah yang dipenuhi dengan zombi. Mereka berkumpul di lab bawah tanah si penyihir. Sekarang ini, kami butuh seseorang untuk pergi ke bawah sana dan menemukan sebotol Obat Kematian. Jika bisa membawanya, kau akan menjadi kebanggaan Kota Ba Huang, juga kebanggaan Kekaisaran Tian Ling. Apa kau berani?”
(PA: Adipati merupakan padanan kata yang paling dekat dengan duke.)

Ting!

Pemberitahuan Sistem: Apa kau menerima permintaan “Obat Kematian?” (Kesulitan: B)

Dia memandang rendah padaku dan berkata ringan.

“Tak masalah jika tak mau. Tidak semua orang punya keberanian. Jika kau tak ingin, kau bisa kembali ke kota dan pamer sudah membunuh banyak monster, minum-minum di pub, dan bermain perempuan. Pergi atau tidak, itu pilihanmu.”

Kugertakkan gigi.

“Permintaan ini ... aku terima!”

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan tanggapanmu!

Kesulitan Membaca di Blog Ini?

Bagi kamu yang kesulitan membaca dengan format yang sekarang dan ingin mengubahnya atau mau lebih nyaman lagi, bisa klik alamat ini untuk tahu caranya.

Ingin Gabung?

Jika ada yang ingin bergabung sebagai penerjemah atau penyunting, baik itu untuk proyek yang ada atau pun proyek milik sendiri/baru, silakan hubungi kami.

Populer Seminggu Ini

Diubah oleh Pandeka Api. Diberdayakan oleh Blogger.