11 Caro Cadiak, Pandai pandeka.api@gmail.com Angko-angko agak bara -

Cerita di Balik Kata, Kisah di Balik Bahasa

Sabtu, 17 Oktober 2015

Zhan Long Bab 35 - Si Cantik Abadi

Penerjemah: Pandeka Api
Editor: Pandeka Api
---------------------------------------------------
Bab 35 – Si Cantik Abadi

Liu Ying! Sebelum muncul, aku sudah mendengar caciannya. Tentu, tak akan kubiarkan dia mendekati Lin Wan Er. Wan Er tahu bagaimana Liu Ying dan tidak suka, meski Liu Ying merayu dengan ketampanan dan harta benda, tak akan berpengaruh tedahap Wan Er. Mengapa? Karena Wan Er adalah anak dari kepala perusahaan Tian Xin.

Dahiku berkerut ketika sedang berdiri di tangga menuju lantai tiga. Ini akan jadi masalah besar jika Liu Ying membawa pemain berjumlah banyak, apalagi dengan satu tujuan, membunuhku, sedangkan aku masih ada tugas yang harus diselesaikan.

Ya, aku tak punya pilihan lain selain meneruskan dan berharap yang terbaik.

Begitu tiba di lantai tiga, lampu otomatis menyala, namun sepertinya tak perlu, karena seluruh peta dipenuhi bola api! Itu dia! Kerangka Api!

Monster ini tidak berpakaian apa pun, gantinya seluruh tubuh mereka diselimuti api redup. Ketika melihat statusnya, mereka merupakan monster level 31, dan karena adalah monster dengan atribut api, serangannya juga tak rendah. Melihat statusku, aku level 24 dengan EXP 99%, dan Bobo berlevel 23. Levelnya paling tinggi akan sama denganku, karena peliharaan tak bisa melewati level pemiliknya.

“Maju!”

Mengayunkan tombakku, langsung menyapu dan menusuk ke arah titik lemah Kerangka Api, di leher!

147.

189.

Seranganku agak dipaksakan, tapi syukur ada Bobo yang mengambil alih, cepat menghabiskan darah Kerangka Api lebih dari 600. Kerangka Api mendekat dan memukul dadaku. Jika kenyataan, pasti tulang dadaku sudah hancur.

389.

Sialan, serangannya sangat kuat. Sebagai dukun, pertahananku kurang dari 150. Pertarungan jarak dekat akan jadi berbahaya.

Aku mundur dua langkah dan menyuruh Bobo mengalihkan perhatian si kerangka. Sekitar 20 detik, monster tersebut meraung dan tewas.

Shua!

Cahaya keemasan mengitariku pertanda mencapai level 25 ditambah EXP langsung 2%. EXP yang diberikan monster ini cukup banyak. Saat yang sama, Bobo juga mencapai level 24. Bagus. Kuperkirakan setelah membunuh 30-40 Kerangka Api, aku akan level 26.

Setiap langkah, koordinasi pertarungan antara aku dan Bobo semakin baik. Kurang dari satu jam, kembali cahaya keemasan muncul. Aku dan Bobo masing-masing naik level menjadi 26 dan 25.

[Bobo Cilik – Maharaja Lebah]
Level: 25
ATK: 369-492
DEF: 246
HP: 615
Daya Sihir: 246
Kemampuan: [Kombinasi 3] [Sengat 3]
(PA: [Kombinasi 3] maksudnya kemampuan Kombinasi berlevel 3. Saya akan menggunakan format ini untuk hal yang serupa.)

Serangan dengan nilai 492! Sudah lebih tinggi dari pemain petarung jarak dekat, kecuali mereka menggunakan senjata dewa dengan serangan bernilai 200. Tapi pada tahap ini, senjata dengan nilai serangan 150 jarang terlihat. Sedangkan untuk pertahanan Bobo, juga lebih tinggi dari pemain berzirah lengkap. Bobo dengan level 25 ini sudah bisa dibilang senjata pamungkas untuk melakukan PK!

Aku belum mendengar apa-apa dari Penguasa Barat selama satu jam ini, tapi akan sangat beruntung jika benar dia telah pergi. Kelompoknya mungkin terhenti karena bertarung dengan monster. Dia pasti akan menggunakan segala cara untuk bisa membalas dendam terhadapku, dan tak mungkin monster level 30 bisa menahan selamanya.

Ketika melihat jam, ternyata sudah pukul 1 malam, biarlah, aku akan tidur di kelas besok.

Kurang dari dua jam kemudian, levelku dan Bobo mencapai 27. Berbeda dari pemain yang bergantung pada perlengkapan untuk mendapat atribut tinggi, peliharaan akan meningkat pesat saat naik level.

Terus maju, sebuah ruang besar melingkar terlihat. Ruang itu dipenuhi dengan Kerangka Api, dan di tengahnya terdapat tangga batu menuju lantai empat. Sial, apa aku harus membunuh semua monster ini? Melawan 3 sekaligus saja aku sudah kesusahan. Jika lebih, aku tak akan sanggup mempertahankan darah kami.

Saat melihat kawanan monster tersebut, mataku membesar. Setelah diperhatikan, di dekat tangga menuju lantai empat ada sebuah Kerangka Api yang lebih kecil, ternyata ....

[Kerangka Api – Monster Biasa]
Level: 1

Akhirnya! Kerangka Api level 1! Tapi masih di luar jarak penyegelan yang berkisar 25 meter, sedang aku berjarak hampir 50 meter. Terpaksa harus bersabar membunuh tiap monster sedikit demi sedikit untuk mendekati level 1 tersebut.

Kupersiapkan Bobo di posisinya, sementara aku maju perlahan. Secepat aku mendapatkan perhatian sebuah kerangka, aku segera kembali ke belakang dan membiarkan Bobo menghabisinya. Hal ini terus kuulangi.

Tak sampai setengah jam kemudian, terdengar suara dari kejauhan pertanda ada pemain yang memasuki lantai tiga.

Dan benar, muncul wajah yang sudah sangat kukenal. Dengan zirah ringan dan pedang panjang, dia adalah Penguasa Barat. Segera setelah kami bertemu pandang, matanya berubah murka.

“Xiao Yao, kau benar-benar ada di sini. Akhirnya kau kutemukan! Kali ini, kau tak akan bisa lolos meski punya sayap!”

Syukurnya, banyak Kerangka Api yang bermunculan antara kami. Dia tak bisa seenaknya menerobos, apalagi monster ini memiliki daya serang besar. Artinya, jika dua serangan gawat, dukun tak akan sempat memulihkannya.

Di belakang Penguasa Barat, Piggy muncul bersama Pemburu Angin. Pemburu Angin menatapku dingin.

“Bos, laporanku benar, bukan? Dia melakukan tugas di gua zombi.”

“Panggil semua kemari supaya kita bisa menghabisi semua monster ini untuk mendekatinya. Dia tak punya peluang untuk kabur kali ini,” perintah Penguasa Barat.

Tak lama, 5 penyihir, 3 dukun, 2 musketir, 3 pemanah, 7 ksatria, dan seterusnya bermunculan hingga berjumlah tak kurang dari 50 pemain. Total seluruh kelompok Penguasa Barat. Apa dia benar-benar memanggil orang sebanyak itu hanya untuk membunuhku? Bukankah mereka terlalu memandang tinggi seorang dukun?

Pemburu Angin melihat levelku.

“Bos, dia berlevel 27, lebih tinggi darimu.”

Penguasa Barat terkikik.

“Kenapa memangnya? Kupastikan dia kembali ke level 26.”

Piggy memerhatikan seluruh ruangan dan berteriak.

“Bos, lihat!”

“Apa!?”

Piggy menunjuk ke sebuah Kerangka Api.

“Lihat, Kerangka Api level 1. Tadi aku mendapatkan kartunya.”

“Bagus!” mata Liu Ying berbinar dan tersenyum, “Cepat habisi semua monster ini dan Xiao Yao, Kerangka Api itu akan jadi milik kita!”

Bulu kudukku merinding saat melihat kelompok mereka, yang punya banyak penyerang jarak jauh. Satu putaran dari tembakan pemanah dan musketir akan menjadi akhirku. Aku harus tetap menjaga jarak.

Bagaimanapun, aku tak berniat untuk menyerah terhadap monster level 1, khususnya setelah melihat statusnya. Meski tewas, aku harus berhasil mendapatkan peliharaan itu.

Bisa kudengar suara tembakan dari mereka dan menghabisi satu monster level 31. Paling lama dua menit, sebelum mereka sampai pada jarak serangan. Aku harus mengganggu ritme mereka.

Berpikir sejenak, aku tak lagi menuju ke tengah, namun sebaliknya. Sejauh mungkin dari mereka.

“Bos, apa yang dia lakukan?” tanya Piggy.

Liu Ying meraung.

“Mungkin hanya takut, tak masalah. Tetap fokus membuat jalan, setelah berhasil dia akan mati.”

Aku berdiri diam dan mulai mengendalikan Bobo Cilik.

Shua!

Bobo mulai bergerak dengan kecepatan yang mengagumkan, menuju ke tengah kawanan monster, menyerang hampir 100 monster terdekat, yang membuat monster sebelum menujuku, kini mengalihkan perhatian pada kelompok Penguasa Barat.

“Sial, peliharaannya!” wajah Piggy menjadi pucat.

“Cepat bunuh peliharaannya, agar perhatian monster ini hilang!” teriak Feng Zhe.

Sayang sekali, mereka terlalu lambat. Saat pemanah membidik Bobo, Kerangka Api sudah mengepung mereka. Ini akan menjadi pelajaran bawah mereka tak boleh meremehkan musuh!

“Mundur, secepat mungkin ke lantai dua!” Liu Ying lumayan juga.

Bagaimanapun, ratusan monster sudah mendekat. Ke mana mereka bisa lari? Sekejap mata, setengah dari pemain sudah berguguran. Pemandangan yang tragis, lebih dari 40 mayat bergelimpangan.

“Terkutuk kau, Xiao Yao Zi Zai. Tunggu saja, kau pasti akan membayar ini semua!”

Aku tertawa dan memanggil kembali Bobo. Lagi, kami terus untuk menghabisi monster, agar bisa dekat dengan Kerangka Api level satu itu.

Setengah jam berlalu, tapi Liu Ying belum muncul. Biarlah, Kerangka Api level 1 hanya berjarak kurang dari 40 meter.

Hanya perlu membunuh dua monster lagi, sebelum tiba pada jarak segel. Adrenalinku mengalir cepat.

Lalu pada saat ini, jalan masuk lantai tiga dipenuhi suara berisik. Sebuah sosok terjatuh dari tangga, berteriak kesakitan. Ternyata adalah seorang pembunuh perempuan dengan tubuh yang aduhai, darahnya tersisa 40%. Terlihat pucat, di belakangnya Pemburu Angin mengejar.

“Masih ingin kabur? Wanita jalan tak tahu malu, mati sana!”

Pemburu Angin mengeluarkan sebuah belati, tapi si pembunuh perempuan segera memukul pergelangan Pemburu Angin dan sekaligus menyabetkan belatinya. Kemudian dia posisikan diri di belakang Pemburu Angin, mengaktifkan [Menusuk dari Belakang].

Suk!

Darah bersemburan dari Pemburu Angin dan dia jatuh perlahan ke tanah, tewas!

Tapi, di bahu perempuan itu muncul sebuah bunga merah bermekaran. Dia ditembak oleh musketir dari kelompok Liu Ying.

Menggertakkan gigi, kutarik tombak dan berlari ke arahnya.

Dari jauh, kugunakan [Sembuh] padanya, sedangkan Bobo cepat menyerang dan membunuh si musketir.

Kutarik tangannya dan berteriak.

“Lari!”

Begitu jauh, aku berhenti. Dia buka sepasang mata indahnya dan berkata.

“Lebah ... lebahmu sangat kuat!”

“Terima kasih,” anggukku.

Selama perbincangan, aku melihat statusnya.

ID: Si Cantik Abadi
Level: 24
Ras: Manusia
Golongan: Pembunuh

“Bagaimana bisa cecunguk Penguasa Barat mengejarmu?” tanyaku.

Si Cantik Abadi runcingkan bibirnya.

“Entahlah. Awalnya aku berencana ke sini untuk menaikan level. Di lantai dua, beberapa orang tak dikenal menyergap dan membunuh Kelelawar Vampirku! Padahal pemberian abangku dan mereka membunuhnya. Karena itu, aku menyelinap terus ke lantai tiga, tapi mereka menemukanku!”

“Baiklah, ikut denganku. Akan kualihkan monster, dan kau membunuhnya.”

“Baik!”

Aku berhasil menarik 3 kerangka api, sedang dia membunuhnya dengan jurus. Akhirnya, cukup dekat untuk menyegel dan tersenyum padanya.

“Cantik, aku akan menyegel Kerangka Api level 1 itu.”

“Ah?” dia membuku mulut dan cepat mengangguk, “Oke!”

Shua!

Segel pertama melayang, MELESET!

Segel kedua melayang, MELESET!

Entah kenapa aku merasa gugup, di sampingku Si Cantik Abadi jauh lebih gugup, belatinya terlihat bersinar redup.

Saat segel ketiga melayang, sebuah sinar kemerahan lewat. Tanda linglung muncul di atas Bobo, saat yang sama, mata indah Si Cantik Abadi melihatku, belatinya menusuk ke arah perut.

312.

Di belakangku, kelelawarnya juga menyerang, mengurangi darahku lebih dari 200. Sebelum memulihkan diri, aku sudah tewas terlebih dahulu.

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan tanggapanmu!

Kesulitan Membaca di Blog Ini?

Bagi kamu yang kesulitan membaca dengan format yang sekarang dan ingin mengubahnya atau mau lebih nyaman lagi, bisa klik alamat ini untuk tahu caranya.

Ingin Gabung?

Jika ada yang ingin bergabung sebagai penerjemah atau penyunting, baik itu untuk proyek yang ada atau pun proyek milik sendiri/baru, silakan hubungi kami.

Populer Seminggu Ini

Diubah oleh Pandeka Api. Diberdayakan oleh Blogger.