Menentang Kayangan Prolog
Penerjemah: Pandeka Api
Editor: Pandeka Api
---------------------------------------------------
Prolog
Di atas Gunung Rahasia Kedewaan, Jurang Ujung Awan merupakan tempat yang paling berbahaya dari empat daerah paling mematikan di Benua Awan Biru. Jurang Ujung Awan sering pula disebut dengan pemakaman dewa maut. Selama bertahun-tahun, orang yang terjauh ke dalamnya tak terhitung, termasuk mereka setingkat dewa yang kekuatannya mampu mengguncang langit.
Saat ini, di tepi jurang tersebut, seorang pemuda berambut hitam, mata memerah, bersandar pada sebuah batu setinggi dua orang dewasa. Tubuhnya yang berpakaian hitam bersimbah darah ditambah luka di sekujur tubuh. Hanya sebentar dia di sana, namun darah yang menggenang begitu banyak.
Dada kembang kempis dan napasnya sangat berat, cukup mampu membuat orang ketakutan karenanya. Semua otot di tubuhnya sedikit bergetar, menandakan bahwa dia sangat lelah dan kehabisan tenaga. Jika bukan karena batu besar itu, mungkin sudah jatuh dari tadi. Bagaimanapun, kedua matanya tetap tenang dan memancarkan rasa dingin, begitu buas. Mulutnya tersenyum mencibir penuh hinaan.
Editor: Pandeka Api
---------------------------------------------------
Prolog
Di atas Gunung Rahasia Kedewaan, Jurang Ujung Awan merupakan tempat yang paling berbahaya dari empat daerah paling mematikan di Benua Awan Biru. Jurang Ujung Awan sering pula disebut dengan pemakaman dewa maut. Selama bertahun-tahun, orang yang terjauh ke dalamnya tak terhitung, termasuk mereka setingkat dewa yang kekuatannya mampu mengguncang langit.
Saat ini, di tepi jurang tersebut, seorang pemuda berambut hitam, mata memerah, bersandar pada sebuah batu setinggi dua orang dewasa. Tubuhnya yang berpakaian hitam bersimbah darah ditambah luka di sekujur tubuh. Hanya sebentar dia di sana, namun darah yang menggenang begitu banyak.
Dada kembang kempis dan napasnya sangat berat, cukup mampu membuat orang ketakutan karenanya. Semua otot di tubuhnya sedikit bergetar, menandakan bahwa dia sangat lelah dan kehabisan tenaga. Jika bukan karena batu besar itu, mungkin sudah jatuh dari tadi. Bagaimanapun, kedua matanya tetap tenang dan memancarkan rasa dingin, begitu buas. Mulutnya tersenyum mencibir penuh hinaan.
Di depannya berdiri sekumpulan orang yang menghadang jalan untuk dia melarikan diri.
“Yun Che, kau sudah terkepung! Jika kau mematuhi kami dan menyerahkan Permata Bisa Langit, mungkin kami akan membiarkanmu tetap hidup!”
(PA: ‘bisa’ bermakna racun, bukan ‘bisa’ bermakna mampu)
“Hari ini kami akan menegakkan keadilan mewakili kayangan untuk mengakhiri bencana! Jika kau cepat menyerah dan memberikan Permata Bisa Langit, kami akan membiarkanmu mati dengan tenang atau rasakan ribuan pedang menusuk jantungmu.”
“Yun Che! Jangan keras kepala, satu-satunya jalan bagimu adalah menyerahkan Permata Bisa Langit! Kau tak pantas memiliki benda sakral tersebut.”
Teriakan demi teriakan muncul dari keramaian tersebut, yang isinya penuh dengan kata seperti keadilan dan kebajikan. Jika ada orang dari Benua Awan Biru yang lewat di sana, mereka pasti tercengang melihat kejadian ini. Gerombolan keramaian itu terdiri dari klan terkuat di Benua Awan Biru. Tiap pimpinan klan hadir dan bahkan anggota tertua yang hampir dilupakan juga tiba. Tak akan berlebihan jika kau memilih salah seorang dari sana, dia mampu untuk membuat geger sebuah daerah.
Kini, mereka berkumpul untuk mengepung pemuda yang sudah berada di mulut jurang. Lebih tepatnya, untuk Permata Bisa Langit yang ada di tangannya – benda yang paling sakral di Benua Awan Biru.
Perlahan mendekat, orang-orang tersebut berteriak penuh ancaman. Ketika Permata Bisa Langit akhirnya muncul lagi, mereka dihadapi dengan harta yang tak tertahankan. Setelah berburu selama tiga hari penuh, tak sabar untuk memetik buah hasil pekerjaan mereka.
“Kalian ... menginginkan ... Permata Bisa Langit ini?”
Yun Che tertawa dingin. Lambat laun dia mengangkat tangan kanan, sebuah bola giok hijau dengan sinar redup muncul. Di saat permata itu bersinar, mereka berhenti melangkah. Menatap tepat ke permata hijau dengan mata dipenuhi keserakahan.
Bagi Yun Che, orang-orang ini, yang cukup kuat untuk menakuti dunia, terlihat kotor dan licik. Perlahan dia mengangkat tatapannya. Walau sudah tersudut, matanya melihat dengan angkuh dan mengejek. Terlihat jelas ada kebencian di dalamnya.
“Guruku menghabiskan seluruh hidupnya untuk menyelamatkan dunia; dia sudah menyelamatkan orang tak terhitung jumlahnya dengan Permata Bisa Langit ini tanpa pernah pamrih. Kalian yang katanya dari kelompok penegak keadilan membunuh guruku tujuh tahun lalu.
“Aku ... aku membenci diriku yang tak berguna ini. Bahwa aku tak melenyapkan kalian para penegak keadilan omong kosong dalam tujuh tahun ini!”
Setiap kata-katanya mengandung kebencian. Walaupun sudah tujuh tahun, mengingat kematian gurunya masih membuat air matanya mengalir.
Yun Che tidak tahu siapa orangtuanya saat gurunya menemukannya, saat itu dia baru berumur beberapa hari. Waktu tersebut ketika musim semi di kala sang guru memungutnya. Awan-awan bertebaran, angin sepoi-sepoi, pegunungan sejuk, dan air sangat jernih. Sang guru menamakan anak tersebut dengan Yun Che, berharap hatinya seputih awan dan sejernih air; lalu saat dewasa, dia mewarisi ilmu dalam pengobatan untuk menyelamatkan orang lain tanpa memiliki hati yang tercemar.
Tak peduli betapa parahnya penyakit atau luka, sang guru bisa menyembuhkan semua. Ini dikarenakan Permata Bisa Langit yang tersimpan dalam tubuhnya. Dua kata “Bisa Langit”, berarti permata ini mengandung racun yang sangat ganas, namun obat dan racun memiliki asal yang sama. Sang guru tak pernah menggunakan racun tersebut; dia hanya menggunakan alkimia untuk mengambil sarinya, melelehkan, dan menghasilkan obat ajaib yang mampu menyelamatkan jutaan nyawa. Dia mengajarkan semua kemampuan ini pada Yun Che, tapi tujuh tahun lalu, kata Permata Bisa Langit tersebar. Dia memberikannya pada Yun Che dan menyuruh untuk melarikan diri. Tak lama setelah itu, dia tewas di tangan sekte besar.
Di saat berita tentang kematian gurunya sampai pada Yun Che, dia menangis tiga hari lamanya. Bibit kebencian tertanam di hatinya dan dia tak lagi mengamalkan ilmu pengobatan, melainkan menghisap seluruh racun dari permata tersebut. Dendam menjadi keyakinannya. Setelah tujuh tahun dia menguasai racun dan mulai balas dendam. Tak kurang dari sepuluh hari, racun yang menyebar tak hanya ribuan mil, menghilangkan banyak nyawa, tapi juga menimbulkan kepanikan dan ketakutan di seluruh Benua Awan Biru. Hal itu menimbulkan keinginan besar bagi mereka akan harta karun tersebut. Dan dimulailah perburuan terhadap Yun Che agar mendapatkan Permata Bisa Langit, hingga ke situasi saat ini.
Semua orang yang berada dalam jangkauan tatapannya dia lihat dengan penuh kebencian dan tertawa hambar. Segera setelah tawanya mulai pudar, dia berteriak.
“Bajingan, kalian menginginkan Permata Bisa Langit ini ... jangan harap!”
Setelah menyebutkan itu, Yun Che tiba-tiba mengangkat tangannya dan memasukkan Permata Bisa Langit ke dalam mulut. Dia menelan permata tersebut langsung menuju perut.
“Apa ... apa yang kau lakukan!?”
“Dia ... menelan Permata Bisa Langit!”
“Yun Che, apa kau menginginkan kematian separah itu!?”
“Biarlah, tak masalah, kita bunuh dia, lalu mengambil permatanya!”
Permata Bisa Langit memasuki tubuhnya, tapi racun tak menyebar dan membunuhnya seperti dugaan semula. Sinar hijau redup muncul di permukaan tubuhnya.
“Bunuh dia sekarang! Atau tidak Permata Bisa Langit bisa berubah di dalam tubuhnya!”
Dengan berteriak, puluhan orang-orang baris depan mendekati Yun Che di saat yang bersamaan. Melihat tubuh orang yang ingin dia hancurkan, Yun Che mulai tertawa. Tawanya lemah dan pahit, tapi masih penuh keangkuhan.
“Aku tak sanggup membunuh kalian, tapi jangan harap kalian bisa membunuhku! Kalian hina dina tak pantas untuk Permata Bisa Langit ini, tapi lebih tak pantas untuk membunuhku. Jika aku mati, aku lebih memilih mati bunuh diri! Ha ha ha ha ....”
Setelah tertawa, Yun Che menggunakan segenap tenaganya untuk melompat ke belakang.
“Hentikan dia!!!”
Beberapa pasang tangan mencoba menggapai Yun Che setelah tahu maksudnya, tapi tak satu pun yang menyentuh. Mereka hanya bisa memandangi tubuh tersebut jatuh ke dalam jurang.
Jurang Ujung Awan, sangat pantas untuk menjadi kuburanku, Yun Che ....
(PA: Yun = Awan)
Yun Che dengan lembut menggenggam kalung perak yang ada di dadanya. Ini merupakan satu-satunya benda yang ada padanya saat sang guru menemukannya. Angin berseliweran di telinganya, sembari dia menutup mata pelan-pelan dan membiarkan tubuhnya jatuh ke jurang gelap yang seolah tanpa ujung.
mantap !!
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusmantap terjemahannya rapi. btw tolong kunjungannya ya buat yg suka novel2 dengan tema pergi ke dunia lain
BalasHapushttp://www.isekainovel.com/
Mantap sanak...lanjuik kan
BalasHapus