11 Caro Cadiak, Pandai pandeka.api@gmail.com Angko-angko agak bara -

Cerita di Balik Kata, Kisah di Balik Bahasa

Sabtu, 03 Oktober 2015

Zhan Long Bab 26 - Kau!


Penerjemah: Dirmond777
Editor: Pandeka Api
---------------------------------------------------
Bab 26 – Kau!

Universitas Liu Hua, di Aula Besar.

Jalan masuk dikerumuni keramaian, banyak orang yang mengantre untuk masuk. Beberapa lelaki berpakaian serba hitam mengumpulkan tiket masuk, tapi sebagai mahasiswa baru, kami hanya perlu kartu tanda mahasiswa untuk bisa masuk.

“Uh ... jangan bilang kalau kau tidak membawa kartu tanda mahasiswa ...,” canda Cheng Yue.

Aku meraih saku, menarik keluar kartu tanda mahasiswaku yang sudah keriput dan tersenyum.

“Tenang, aku tidak sepelupa itu, lihat?”

“Kalau begitu, cepat!”

Wan Er mengangguk dan meraih tangan Cheng Yue. Dua orang gadis cantik ini seperti peri malam yang terkenal dengan keanggunan dan kecantikannya. Aku segera mengikuti dari belakang dan melambaikan kartu tanda mahasiswa pada ‘penjaga’, mereka diam sejenak sebelum berkata.

“Masuklah ....”

Ketika memasuki aula, aku berdiri terpaku, terkejut oleh pemborosan dari pesta ini. Di aula yang luas, sebuah pesta besar diadakan; cukup untuk memberiku makan selama setahun, tidak, mungkin dua tahun. Gelas-gelas yang berisikan anggur merah ditumpuk satu sama lain. Sial, menyia-nyiakan anggur mahal. Jika saja seseorang menyenggol tumpukan itu, anggurnya akan terbuang sia-sia. Aku bertanya-tanya, siapa yang menyelenggarakan dan membayar untuk pesta ini? Apa dia punya terlalu banyak uang untuk dihabiskan?

Melihat ke atas, tak terhitung kandil yang terpasang di langit-langit. Terlihat seperti malam berbintang. Pemandangannya yang tak bisa dijelaskan, aku hanya bisa mengatakan, bahwa tempat ini adalah puncak kemewahan.

“Jurusan Sastra Cina, tahun 1!”

Di kejauhan, beberapa lelaki berpakaian formal serba hitam melambaikan tangan mereka dengan senyum sopan.

“Bukankah itu mahasiswa baru Lin Wan Er dan Dong Cheng Yue? Kami di sini, meja jurusan Sastra Cina tahun 1 di sini!”

Wan Er melihat dengan terkejut tetapi pulih seketika, memimpinku dan Cheng Yue ke meja itu. Di sana, seorang pria dengan tahi lalat pada dagu panjangnya melangkah maju mengulurkan tangan.

“Halo teman satu BP, Lin Wan Er,  aku ketua Hima jurusan Sastra Cina, mahasiswa tahun keempat. Namaku Jack, senang bertemu denganmu.”

Tetapi Lin Wan Er tidak menyalaminya. Malahan, hanya menundukkan kepala dan berkata.

“Hai, Senior.”

Bingung, tangan Jack masih terdiam di udara.

Aku mengambil kesempatan untuk maju ke depan, meraih tangannya dan tersenyum.

“Halo ketua, saya mahasiswa baru, Li Xiao Yao, dan juga adalah teman Lin Wan Er. Senang bertemu dengan anda.”

Meskipun Jack terkejut, dia menyadari, bahwa aku baru saja menyelamatkan dia dari situasi yang memalukan dan menunjukkan senyum terima kasih.

“Senang bertemu denganmu ....”

Cheng Yue diam-diam tersenyum dan menyeret Wan Er.

“Wan Er, ayo duduk di sana. Xiao Yao, datanglah setelah kau berkenalan dengan senior.”

“Oke.”

Aku menghela selagi menilai jas milik Jack yang mahal. Aku ... bajuku dari American Apparel, sedangkan celanaku dari G2000 (merek dari Hong Kong), dan sepatuku dari New Balance. Namun, meskipun pakaian dapat dipisahkan dari segi harga, harga diri tidak dapat dijadikan dalam bentuk nilai dan tak berguna. Karena itu, tanpa merendah ataupun meninggi, aku menyapa senior, lalu pergi ke meja Wan Er. Mulai sekarang, peranku adalah mahasiswa di universitas, juga teman Wan Er. Tentu saja hal ini sudah diatur oleh Lin Tian Nan. Faktanya, dia bahkan mengubah biodataku. Jadi sekarang tidak ada yang dapat mengetahui kalau aku pernah menjadi tentara bayaran, komandan, Brimob, polisi kriminal, polisi lalu lintas, pengawal, dan lain-lain. Meskipun tidak sulit bagi Lin Tian Nan untuk melakukannya, ini sangat membantu.

Tak lama kemudian, semakin banyak mahasiswa yang datang dengan wajah muda kekanak-kanakan menunjukkan rasa iri terhadap pemborosan yang diperlihatkan pada pesta. Terlebih lagi, beberapa mahasiswa yang datang ke pesta ini berasal dari keluarga bergengsi, dan mengenakan pakaian mewah yang membuat pakaian Jack terlihat tidak ada apa-apa. Sepertinya malam ini bukan pesta penyambutan, melainkan pesta untuk menunjukkan siapa yang lebih kaya.

Di belakangku, sebuah pandangan tajam menusuk punggung. Beberapa mahasiswa tahun dua dari jurusan Sastra Cina memandang ke arahku setelah menemukan mangsa empuk, Wan Er dan Cheng Yue. Karena dua orang cantik ini duduk sangat dekat denganku, hampir seperti menyandar, sasaran kebencian adalah aku. Bisa dikatakan, aku memberikan kesan seorang yang tampan, pemuda yang berani. Mereka mungkin berpikir aku pacaran dengan mereka berdua. Aku berkonsentrasi, menghalangi semua suara, sampai akhirnya bisa mendengar mereka bergosip diam-diam.

“Lihat dua wanita cantik di meja sebelah, bukankah mereka Lin Wan Er dan Dong Cheng Yue? Mereka pasti berasal dari keluarga yang kaya ....”

“Lin Wan Er! Bukankah ... Apakah dia Lin Wan Er yang menyanyikan lagu Jantung Waktu? Sialan, dia benar-benar mirip dengan yang di poster. Dia ... dia adalah wanitaku ... bidadari ... Aku ... sejak kapan menjadi gagap ....”

“Puh, dasar tak berguna! Dia adalah Lin Wan Er ... Wah, bagus.”

“Siapa orang menjijikkan itu, dia terlihat akrab dengan Lin Wan Er.”

“Tidak masalah. Dia mengenakan American Apparel tahun 2017. Pasti bukan siapa-siapa. Tepat setelah pesta dimulai, kalian ke sana dan ‘bantu’ dia minum. Pastikan dia meninggalkan kedua wanita itu agar aku bisa mulai.”

Aku mencuri pandang ke arah meja tersebut. Orang yang barusan bicara adalah seorang pemuda dengan rambut bercat merah. Mungkin berumur 25 tahun, sama denganku. Tapi dari posturnya, terlihat sangat sombong. Dia mengenakan jas merah tua, sudah pasti dari merek yang terkenal. Faktanya, bahkan jam tangannya berkilauan emas. Oh, itu adalah edisi terbatas dari Vacheron Constantin yang ditanami emas murni dan berlian. Aku ingat pernah melihat itu dijual dengan harga sekitar 2.000.000 Yuan (4,6 milyar rupiah) per buah. Siapa orang ini?

“Orang itu ... rambut merah, siapa dia?” aku melihat ke Cheng Yue. “Kenapa sepertinya aku pernah bertemu dengannya? Cheng Yue, jangan memalingkan kepalamu, lihat saja dengan sekilas.”

Cheng Yue dengan berhati-hati mengangkat gelas anggur merahnya dan mengintip.

“Liu Ying, anak dari bos perusahaan Feng Ling di Hang Zhou. Perusahaan itu bernilai sekitar 1.000.000.000 Yuan (2,3 triliun rupiah). Tapi dia itu mahasiswa tahun tiga, tidak tahu bagaimana bisa masuk ke pesta ini. Ngomong-ngomong, Liu Ying punya reputasi yang sangat buruk di universitas. Menjauhlah darinya.”

Aku mengangguk.

“Ah, aku mengerti.”

Di sebelahku, Wan Er mengerucutkan bibir merahnya. Dia menoleh ke arahku.

“Kenapa kau terlalu memperhatikannya?”

“Tidak juga. Tapi kupikir, sebentar lagi mereka akan datang mengajak kalian berdansa atau minum. Aku harus siap untuk itu ....”

Ketika itu, seseorang datang ke sebelahku. Dia adalah Mata Empat, Tang Gu.

“Ha ha, jadi kau di sini ...,” Tang Gu merangkul bahuku, tetapi matanya tetap menempel pada Wan Er dan Cheng Yue. Orang ini.

Aku menyingkirkan tangannya dan berkata.

“Mata Empat, kenapa kau datang?”

“Ayolah, aku juga anak baru dan juga di jurusan Sastra Cina. Kalau tidak, bagaimana mungkin tinggal seasrama denganmu?”

Tang Gu melihat ke Wan Er lalu suaranya mulai gemetar. Pipinya merona merah tak lama kemudian dia mulai bernafas dengan menjijikkan.

“Nona Wan Er, halo ... saya ... saya teman sekamar Li Xiao Yao, Tang Gu, senang bertemu denganmu.”

Wan Er tersenyum dengan rendah hati. Mata sipitnya berubah menjadi bulan sabit.

“Aku juga ....”

Tang Gu hampir tersedak. Bukannya menanggapi, malah bersembunyi di belakang ponselnya dan dengan nada rendah berkata.

“Li Xiao Yao, kau benar-benar memiliki nasib yang baik ....”

Aku terkejut.

“Nasib apa?”

“Teruslah berpura-pura!” Tang Gu meletakkan ponselnya di depanku dan berkata.

“Lihat, kampus punya tradisi, ketika mahasiswa baru masuk, kampus memasang daftar 10 besar wanita tercantik di kampus!”

“Oh, 10 besar ...”

“Benar ...,” Tang Gu menyeka liurnya dan berkata, “Hasilnya sudah ada. Lin Wan Er peringkat pertama dan Dong Cheng Yue kedua. Mahasiswa tahun kedua Xi Tu Xue turun dari peringkat satu ke peringkat tiga. Lebih lagi, di peringkat empat dan lima berturut-turut adalah Wang Ran dan Liu Lu. Mereka semua turun peringkat ....”

Ujung mulutku menyentak.

“Tak ada gunanya ....”

Wan Er melirik.

“Tepat sekali, tak ada gunanya ....”

Wah, ini adalah pertama kalinya aku dan dia sependapat.

Tang Gu sedikit tersenyum dan berpaling. Tiba-tiba dia berpaling kembali ke arahku, ketika melihat kelompok Liu Ying.

“Yo, Li Xiao Yao, apa Lin Wan Er dan Dong Cheng Yue temanmu?”

Aku mengangguk.

“Tentu saja, apa masalahnya?”

“Bersiaplah untuk melindungi mereka ....”

“Apa?”

“Orang itu, Liu Ying, apa kau tahu dia?” Tang Gu menurunkan suaranya, sampai hanya aku saja yang dapat mendengar. “Liu Yung, putra mahkota dari perusahaan Feng Ling adalah mahasiswa tahun ketiga. Dalam dua tahun dia masuk ke Universitas Liu Hua, dia mendapat ketenaran sebagai penakluk ratu. Tahun lalu, dari daftar 10 wanita tercantik, 7 orang diisukan pernah tidur dengannya ....”

(D7 : penakluk ratu = menaklukkan hati wanita)

Aku terkejut, tidak dapat berkata apa-apa bagaimana hal ini bisa terjadi. Diriku yang perjaka tak dapat menerimanya!

Di sebelah, Wan Er berkata datar.

“Pria yang tak setia kepada pasangannya adalah orang yang paling menjijikkan ....”

Aku berbalik terkesan, terkejut bahwa pendengarannya begitu tajam. Wajah cantik Wan Er juga menatapku dengan senyum menawan.

“Tenang saja, aku tidak akan minum atau berdansa dengannya ....”

Aku mengangguk

“Ah, Oke ...”

Tak lama kemudian, penyelenggara menyatakan acaranya dimulai. Dan aku? seketika makanan dibawa keluar, bersama Mata Empat melahap makanan yang ada. Seolah kami baru saja kembali dari perjalanan lapar ke Afrika Selatan. Sebentar saja kami menghabiskan semuanya. Di meja ada sekitar 20 orang. Meskipun beberapa lelaki mulai mengobrol dengan Wan Er dan Cheng Yue, aku terus makan. Bukan urusanku!

Ketika sedikit kenyang, sekelompok mahasiswa dari jurusan ekonomi datang ke arah kami. Para anak baru ini jelas sekali sedang mabuk dengan pipi mereka merah terang. Di antara orang-orang ini, satu orang tinggi dengan sopan bertanya.

“Semua mahasiswa dari jurusan ekonomi ada di sini, tolong jangan katakan tidak, oke?”

“Bagaimana bisa aku ....”

Wan Er berdiri, memegang gelas anggur yang penuh dan meminumnya sekali teguk. Pipinya berubah menjadi sedikit merah muda ketika duduk kembali. Setelah itu, dia memberiku sebuah tatapan, membuatku merasa tidak nyaman.

Selagi orang-orang terus berdatangan untuk memberikan minum, Wan Er minum segelas demi segelas. Dia menjadi agak lesu, menyandar ke kursi. Memiringkan kepala, dia mulai dengan berani menatapku, menunjukkan ekspresi yang rumit. Tapi aku tidak berani melihat ke wajahnya. Aku mengerti dia sedang geram, geram pada ayahnya yang mengirim seseorang untuk mengawasi. Geram terhadap hidupnya yang bebas menjadi terbatas. Aku tahu ini, tapi pada saat yang sama, aku tak bisa berkata apa-apa.

“Wan Er, kau sudah minum cukup banyak, apa kita akan pulang sekarang?”

Aku mengulurkan tangan dan meraih pergelangan tangannya yang lembut dan halus.

“Jangan sentuh aku!”

Wan Er dengan geram menarik kembali tangannya, seperti hewan buas yang terluka. Di sebelah, Cheng Yue terlihat bingung.

“Wan Er, apa kau baik-baik saja?”

Wan Er melihat ke arahku.

“Maaf, aku ....”

Aku tak berkata apa-apa. Hanya memandangi dengan diam.

Saat yang sama, kelompok lain datang. Lalu, suara yang sangat dikenal terdengar.

“Nona Lin Wan Er, dapatkah aku, Liu Ying, cukup beruntung untuk mengajakmu bersulang?”

Aku langsung bangkit, melihat ke arah Liu Ying dan berkata.

“Wan Er sudah terlalu banyak minum, aku akan menggantikannya.”

“Kau pikir kau ini siapa?”

Liu Ying mengangkat alis matanya, menunjukkan keangkuhan. Tapi seketika melihatku, matanya melotot.

“Pantas saja kau terlihat tidak asing, Xiao Yao Zi Zai!”

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan tanggapanmu!

Kesulitan Membaca di Blog Ini?

Bagi kamu yang kesulitan membaca dengan format yang sekarang dan ingin mengubahnya atau mau lebih nyaman lagi, bisa klik alamat ini untuk tahu caranya.

Ingin Gabung?

Jika ada yang ingin bergabung sebagai penerjemah atau penyunting, baik itu untuk proyek yang ada atau pun proyek milik sendiri/baru, silakan hubungi kami.

Populer Seminggu Ini

Diubah oleh Pandeka Api. Diberdayakan oleh Blogger.