11 Caro Cadiak, Pandai pandeka.api@gmail.com Angko-angko agak bara -

Cerita di Balik Kata, Kisah di Balik Bahasa

Senin, 31 Agustus 2015

Zhan Long Bagian 15 - Harga untuk Burung Bulu Perak


[Sebelumnya] [Daftar Bagian Cerita] [Selanjutnya]

Cukup lama aku berpikir untuk membunuhnya atau tidak. Seekor monster level 1 sangat langka, atau tepatnya pemain yang memiliki kartu seekor monster dan menemukan monster sejenis yang berlevel 1 sangat jarang. Sayangnya, aku hanya memiliki Kartu Kelelawar Vampir dan belum menemukan kartu untuk burung tersebut. Dengan penuh penyesalan, aku meninggalkan tempat itu.

Tidak, tidak, tidak. Aku tak akan menyerah. Kuputuskan, meski jika kau harus menunggu sampai laut menjadi kering, semua gunung menjadi rata, aku akan menangkapnya. Hingga aku menemukan Kartu Burung Bulu Perak, aku akan terus berburu, berburu, dan berburu.

Zhan Long Bagian 14 - Biarkan Darah Tertumpah atas Ba Huang



Begitu banyak pemain yang ada di sekitar dan di dalam Kota Ba Huang. Di luar dekat hutan, ada ribuan jumlahnya. Sedangkan di dalam tak terhitung pula banyak mereka yang berjualan barang.

Sebuah mantel setara putih level 10 dijual seharga 10 keping perak! Menurutku, tak akan ada orang yang mau membelinya. Karena, mantel dengan 5 DEF tidak terlalu banyak berguna dan harganya akan turun, serta saat ini uang sangat penting, yang akan lebih baik membeli ramuan, lalu menaikkan level.

Cukup banyak orang di depan apotek, tempat penempaan pandai besi, dan sasana, tapi tak seorang pun yang pergi menemui walikota selain aku. Sepertinya mereka sibuk mencari keuntungan satu sama lain dan tak berencana memberikan hormat pada sang penguasa.

Karpet merah menuju balai kota dijaga oleh prajurit berzirah hitam yang tidak memantulkan cahaya sama sekali. Di dalam balai kota, ada seorang jenderal pengguna pedang, penguasa Kota Ba Huang. Di server Cina, ada tiga kota kota sekunder dan satu kota utama. Dengan kata lain, dia adalah salah satu pejabat tertinggi di server Cina.

Aku mendekat dan berkata dengan sopan.

“Tuanku, saya ingin menjadi seorang petualang dari Kota Ba Huang ....”

Dengan pedang di tangan kanan, sedangkan tangan kiri mengusap jenggot panjangnya, dia melihatku dari atas ke bawah.

“Anak muda, apa kau benar-benar ingin menjadi bagian dari Ba Huang? Apa kau bersedia membela kota ini hingga titik darah penghabisan?”

Aku mengangguk.

“Bersedia.”

“Bagus, mendekatlah. Mulai sekarang kau adalah bagian dari Kota Ba Huang.”

Tangannya yang bersarung menyentuh pundakku. Tenaga dari tangannya jauh di atas perkiraanku. Pundakku merasa sakit dari tekanan, namun di saat yang bersamaan terdengar pulau sebuah suara.

Ting.

Pemberitahuan: Selamat, kau telah bergabung dalam Kota Ba Huang sebagai seorang petualang dan memiliki hak untuk menggunakan gulungan penarik ke Kota Ba Huang. Tambahan, kau menerima Lencana kota Ba Huang – [Biarkan Darah Tertumpah atas Ba Huang].

Sra.

Lencana berbentuk pisau tarung berwarna darah muncul di bahuku. Mungkin inilah lencana unik Kota Ba Huang. Lencana ini memberikan pengaruh kota – [Biarkan Darah Tertumpah atas Ba Huang]: Siapa pun yang mengenakan ini akan menerima tambahan 3% pada daya serangan dan pertahanan!

Hem, memilih kota ini sebagai kota asal telah terbayar. Aku penasaran, apa pengaruh dari lencana Kota Fan Shu dan Kota Jiu Li. Akan coba kutanyakan pada Wan Er dan Cheng Yue saat bertemu dengan mereka.

Setelah mendaftarkan diri sebagai petualang Ba Huang, aku meninggalkan balai kota, karena aku tak punya urusan lain di sana.

Tapi ketika aku akan melewati gerbang kota untuk menuju hutan terdekat, seorang pemain berteriak.

“Ada yang menjual Kartu Kelelawar Vampir? Aku akan membayar dengan harga bagus!”

Kartu Kelelawar Vampir?

Kubuka tasku. Hem, setelah membunuh lebih dari 20 kelelawar, aku menemukan dua kartu. Satu kugunakan sendiri, sedang satunya masih ada dalam tasku. Dengan demikian, aku mendekati pemain yang berteriak tadi. Umurnya sekitar 20 tahun, level 13, namanya adalah [Pedagang Bulan Baru Nomor 4].

“Kawan, mengapa kau ingin membeli kartu tersebut?”

Dia tertawa.

“Rahasia perusahaan.”

“Benarkah? Kau pasti ingin menggunakan kartu tersebut untuk menangkap Kelelawar Vampir dan menjualnya sebagai peliharaan, bukan?”

Matanya menyipit.

“Ha? Bagaimana kau bisa tahu?”

Kini giliranku yang tertawa.

“Kau pikir, cuma kau yang berencana seperti itu? Bagaimanapun, aku punya kartunya. Jadi, berapa kau sanggup bayar? Jika harganya cocok, aku akan menjualnya padamu. Jika tidak, aku akan menggunakan sendiri, menangkap kelelawar, lalu menjualnya. Maka kita akan bersaing!”

Setelah mendegar bahwa aku memiliki kartu tersebut, matanya membesar.

“Kawan yang baik hati, apa kau benar-benar punya kartu tersebut? Kami sekelompok yang terdiri 30 orang telah berburu lebih dari 4 jam, tapi tak satu pun Kartu Kelelawar Vampir yang didapatkan. Seberapa besar keberuntunganmu?”

Aku terkejut. Apakah kemungkinan terjatuhnya kartu tersebut sangat kecil? Apa keberuntunganku sebagus itu?

Kukeluarkan kartu tersebut dan melambaikannya di depan mata si pedagang.

“Hem, kau mau ini, bukan?”

“Hebat! Kau benar-benar punya. Kawan, berapa kau menjualnya? Tolong, jual padaku!”

“Sebutkan penawaranmu!”

Si pedagang mengangguk dan mengacungkan lima jari.

“50 keping tembaga!”

Aku tersenyum.

“Baiklah, aku ingin berburu dahulu. Selamat tinggal!”

“Tunggu, tunggu ...,” dia segera menghentikanku. “Meski kita belum membuat kesepakatan, kita masih bisa berteman, bukan? Jangat terburu-buru begitu. Jika kau tak puas dengan tawaran ini, kita masih bisa membicarakannya.”

Dia memakan umpan. Aku juga mengacungkan lima jari.

“Sebegini ....”

“Jangan bilang ... 5 keping perak!?”

“Ya, lima keping perak. Kau punya 30 orang lebih untuk memburu Kelelawar Vampir saat ini dan setiap orang pasti mendapatkan 1 keping perak dalam sejam. Kalian setidaknya sudah punya 30 keping perak. Meskipun sudah mendapat 30 keping perak, belum seorang pun di antara kalian yang mendapatkan kartunya. Jadi pertanyaannya, mengapa aku tidak menjual kartu ini seharga 50 keping perak? Tapi karena ini adalah jual beli kita pertama, aku tawarkan seharga 5 keping perak. Mau, beli. Tidak, cari yang lain.”

Si pedagang menjadi pucat mendengar penjelasanku dan segera berkata.

“Baik, baik, baik. Aku membelinya. 5 keping perak, bukan?”

Setelah membuka jendela jual beli dan melakukan transaksi dengan si pedagang, tasku berkurang satu Kartu kelelawar Vampir dan bertambah 5 keping perang.

Setelah menjual kartu tadi, aku segera menuju toserba. Sehabis melihat beberapa halaman katalog, aku menemukan apa yang kucari. Ketika kulihat resep pada alkimia.

Lvl 1 – Ramuan Buah Rumput: Memulihkan 50 MP.
Perlu 3 buah Buah Rumput, 1 Botol Kosong.
Lvl 2 – Ramuan Daun Perak: Memulihkan 100 MP.
Perlu 4 helai Daun Perak, 2 Air Murni, 1 Perapian Alkimia
Lvl 3 – Ramuan Tujuh Bintang: Memulihkan 200 MP.
Perlu 3 helai Tujuh Bintang, 3 Air Murni, 1 Perapian Alkimia

Perapian Alkimia dan Botol Kosong merupakan barang sekali pakai, yang artinya akan habis setelah aku membuat ramuan. Jadi, kuputuskan untuk membeli 100 Botol Kosong, karena setelah membuat 100 Ramuan Buah Rumput, aku pasti sudah mencapai lvl 2 alkemis dan saat itu sudah tak terlalu ada gunanya membuat ramuan lvl 1 itu lagi. Setiap Botol Kosong seharga 2 keping tembaga. Jadi total belanjaku adalah 2 keping perak. Sedangkan Perapian Alkimia, satunya seharga 20 keping tembaga. Sepuluh kali lipat lebih mahal. Setelah membeli 10 Perapian Alkimia dan membeli 2 Segel Monster yang masing-masing harganya 1 keping perak, bisa ditebak, uangku semuanya habis.

Kali ini, aku menuju ke gerbang timur kota. Di depanku terdapat sebuah hutan, Hujan Hujan Bersih. Hutan, yang mengelilingi kota, memiliki banyak jenis monster kelas rendah. Kebanyakan monster merupakan hewan kecil atau serangga yang tak akan menyebabkan banyak kerusakan. Tempat yang sempurna bagi pemain dengan level 10-20 dalam menaikkan level. Juga tempat yang aku gunakan dalam mengeruk rezeki.

Aku segera menuju hutan. Tujuan utamaku adalah mengumpulkan Buah Rumput dan meningkatkan level alkimia. Level 1 Ramuan Buah Rumput bisa memulihkan 50 MP yang mampu menambah penggunaan Hemostasis sebanyak lima kali. Tapi karena penenangan untuk ramuan adalah 30 detik, artinya aku tak bisa menggunakan potensi penuh dari Hemostasis.

Di dalam hutan, Buah Rumput banyak bertebaran, tapi sebelum bisa memungutnya, aku harus membunuh Kelelawar Vampir yang ‘menjaga’ herbal berharga itu. Terserahlah, para kelelawar ini memberikan pengalaman yang akan kuterima dengan senang hati.

Cring, cring.

Kelelawar Vampir ini, barusan sangat berani menyerangku, dan kini dia sudah mati. Dengan kematiannya, sinar keemasan muncul di atasku, aku sudah level 11.

Setiap kali membunuh Kelelawar Vampir, aku dengan hati-hati akan memeriksa apakah level 1 atau tidak. Jika iya, aku akan segera menyegelnya. Bagaimanapun, belum ada yang punya peliharaan di tahap ini dan peliharaan apapun, meski tingkat rendah seperti Kelelawar Vampir, akan terjual mahal.

Sayang sekali, keberuntunganku kurang. Tak seekor pun Kelelawar level 1 yang muncul.

Setelah satu jam mengumpulkan Buah Rumput, aku mencari tempat di dalam hutan untuk membuat Ramuan Buah Rumput. Setelah menghabiskan semua Botol Kosongku, level alkimiaku mencapai 2.

Aku berdiri dan melihat statusku. Levelku sudah 12 dan alkimiaku berlevel 2. Tujuan baru adalah mencari Daun Perak, sehingga bisa meningkatkan level alkimiaku.

Aku meneruskan perjalanan, dan dengan teliti mencari Daun Perak. Setelah pencarian sekitar 20 meter, aku menemukan onggokkan pertama. Dengan sinar keperakan, mereka tersembunyi di balik pepohonan. Tak kusangka, sangat mudah ditemukan.

Puh.

Darah tersembur dari dahiku. Serangan mendadak!

-71.

Siapa yang menyerang? Seekor burung berwarna keperakan. Meskipun tubuhnya kecil, daya rusaknya mengatakan kalau burung ini sangat ganas. Paruhnya seperti dilapisi dengan perak membuatku mengernyit hanya dengan melihatnya.

[Burung Bulu Perak – Monster Biasa]
Level: 15
ATK: 55-80
DEF: 19
HP: 550
Kemampuan: Serangan Bulu Perak
Keterangan: Burung Bulu Perak adalah salah satu penjaga Hutan Hujan Bersih. Burung dengan bulu logam ini memiliki kecepatan tidak biasa dan terjangan yang kuat. Kegigihan mereka menjaga Daun Perak membuat banyak pencari herbal mengutuk dan membencinya.

Lepas dari rasa kaget, aku menebas burung tersebut, dan menghasilkan kerusakan 112. Meski dua serangnya cukup kuat, sepertinya pertahanannya lemah. Yang artinya bisa dibunuh dengan cepat, dan membunuh dengan cepat.

Ciat, ciat, ciat.

Setelah burung itu terkena serangan, dia mencicit marah dan menyerangku sebanyak dua kali. Daya rusak dan rasa sakit yang kuterima jauh lebih besar dari yang pernah kualami, bahkan saat bertarung memakai Pedang Berduri. Aku harus menggunakan Hemostasis 3 kali berturut-turut. Untungnya, aku adalah dukun pengguna pedang. Bagi ahli pedang biasa yang selevel dan memiliki perlengkapan yang sama denganku, meski dengan 2 hidupnya tak akan sanggup membunuh burung ini.

Puh.

Kutikamkan pedangku dan menjadi serangan terakhir yang menghabiskan darah terakhirnya.

Pata.

Seonggok keping tembaga terjatuh. Ada sekitar 11 keping. Monster dengan level 15 ini sangat sempurna untuk menaikkan level. Mereka memberikan uang yang lumayan dan pengalaman yang cukup banyak.

Setelah menyimpan kepingan tersebut ke dalam tasku, aku berjongkok dan mulai mengumpulkan Daun Perak. Selesai itu, aku terus masuk ke dalam hutan.

Kali ini, karena pertemuan mesraku dengan Burung Bulu Perak barusan, aku mencarinya setiap melihat Daun Perak. Jika ada dua ekor yang menyerangku, bisa dipastikan aku akan tewas. Hidupku lebih penting daripada Daun Perak.

Setengah jam mencari, bertarung, dan mengumpulkan, langit berubah kelam. Di dalam permainan sudah menjadi malam.

Aku melihat ke atas, memuji kerumitan permainan ini, yang saat itu tiba-tiba kilat keperakan muncul di balik pohon. Bagus, Burung Bulu Perak lagi. Tapi ketika aku melihat levelnya, aku menjadi gemetar. Dia level 1, monster yang bisa disegel!

[Burung Bulu Perak]
Level: 1
Keterangan: Bisa disegel.

Zhan Long Bagian 13 - Buah Rumput



Dengan pertolongan dari menu bantuan sistem, aku menemukan Pelatih Alkemis yang berlokasi di hutan kecil, tepat di luar Kota Ba Huang.

Aku segera menuju ke sana, tapi ketika sampai, yang seharusnya adalah hutan kecil cuma lapangan kosong.

Apa yang terjadi? Aku masuk ke forum <Kismat> dan mencari topik yang menyangkut Alkimia. Aku segera menemukan topik yang sesuai.

[Pertanyaan]: Di mana Pelatih Alkemis? Kenapa aku tak bisa menemukannya?
[Jawaban]: Aku mencari Pelatih Akemis seharian penuh dan dia tidak berada di tempat yang ditunjukkan sistem. Ternyata, dia berada di dalam hutan, yang ada di gerbang utara kota. Ada sebelas tempat di mana dia bisa ditemukan dan setiap lima belas menit akan berpindah ke tempat lain.

Pantas saja aku tak menemukannya.

Kukelilingi hutan tersebut untuk mencari di sana. Butuh sepuluh menit sebelum aku menemukan sang pelatih yang sedang tertidur di bawah Pohon Ginko. Nama yang tertera di atas kepalanya [Alkemis Mi Fu].

Aku mendekat lalu menunduk memberi hormat.

“Salam hormat, saya ingin menjadi seorang Alkemis!”

Namun dia tak menjawab sama sekali. Mencoba tetap hormat, aku memutuskan untuk tidak mengubah posisi hormatku. Bagaimanapun, aku tak ingin membuatnya tersinggung. Setelah beberapa lama, masih belum ada tanggapan. Aku jadi heran dan melihat ke sana. Apa-apaan!? Dia sudah pergi.

Aku berniat untuk tidak mempelajari alkimia, tapi ada alasan yang lebih besar untuk mempelajarinya, jadi aku tetap mencari di mana pelatih tersebut. Setelah sepuluh menit, aku menemukannya di bawah pohon lain. Aku mendekat dan dengan suara yang agak keras.

“Salam, saya ingin menjadi seorang alkemis!”

Mi Fu melihatku sebentar.

“Nak, apa kau benar-benar ingin menjadi seorang alkemis?”

“Benar!”

“Baik!” Mi Fu tersenyum. “Agar bisa menjadi seorang alkemis, kau harus memiliki pikiran yang tajam. Jika kau bisa menjawab tiga pertanyaan dariku, kau akan kuberi tugas. Hanya setelah menyelesaikan tugas ini, kau baru bisa menjadi alkemis sepenuhnya.”

“Baik, silakan dimulai!”

Senyum Mi Fu semakin lebar.

“Roda apa yang berputar, tapi tidak berpindah sama sekali?”

Aku terdiam sebentar. Ini adalah sebuah teka-teki. Setelah beberapa detik, aku mendapatkan jawabannya.

“Kincir angin.”

“Benar. Pertanyaan berikutnya, bagaimana caramu menutupi seluruh langit dengan sehelai daun?”

“Gunakan daun itu untuk menutup matamu.”

“Pertanyaan terakhir. Ada seekor ulat dan ingin menyeberangi sebuah sungai, tapi tanpa jembatan. Bagaimana caranya untuk menyeberang?”

Ini cukup sulit. Aku memikirkan jawabannya selama satu menit sebelum menjawabnya asal.

“Dia bermetamorfosis dulu menjadi kupu-kupu baru kemudian menyeberangi sungai.”

“Yep, boleh juga ...,” Mi Fu akhirnya duduk. Melihatku dan bertanya. “Apa kau benar-benar ingin menjadi seorang alkemis?”

“Benar!”

“Baiklah!” Mi Fu mengeluarkan sekop kecil dari sakunya dan berkata. “Alkemis harus bisa mengumpulkan bahan-bahan dengan kemampuannya sendiri. Di arah tenggara, ada yang namanya Hutan Buah Rumput, pergi ke sana dan ambil 10 Buah Rumput. Jika berhasil, kau akan kujadikan seorang alkemis.”

Ding!

Apa kau akan menerima tugas – [Ujian Alkemis]?

Tentu saja aku menerimanya. Pada keterangan tugas, sesuai dengan apa yang dikatakan Mi Fu. Tugas ini sepertinya tak akan terlalu sulit, tapi masalahnya aku tidak tahu bagaimana keadaan di Hutan Buah Rumput.

Setelah menerima sekop kecil dari pelatih alkemis, aku pergi dari sana. Dalam sepuluh menit, aku sudah sampai di Hutan Buah Rumput. Di tepi hutan, kupu-kupu beterbangan ke sana kemari. Pemandangan yang cukup indah.

Kueratkan genggaman pada Pedang Berduri. Meskipun hutan ini terlihat tenang, pasti akan ada monster yang sangat kuat di dalamnya. Begitu memasuki hutan, sebuah kelelawar hijau yang tadinya sedang beristirahat di atas pohon, melayang ke arahku.

[Kelelawar Vampir – Monster Biasa]
Level: 12
ATK: 55-63
DEF: 400
Kemampuan: Transfusi Lv-1
Keterangan: Monster tingkat rendah dalam <Kismat>. Kelelawar Vampir memiliki kepandaian untuk menghisap darah. Mereka biasanya merusak ladang terdekat, sehingga para petani dan pemburu sangat waspada terhadap mereka. Juga, telah banyak yang menjadi korban atas keganasan kelelawar ini.

Melihat tingkah konyol dari Kelelawar Vampir, aku tak bisa menahan tawa. Ini terlalu mudah.

Kutikamkan pedangku ke arah kelelawar yang mendekat. Sederhana, namun efektif. Aku mengenai perutnya. Kemudian kelelawar yang seukuran bola karet ini berteriak kesakitan. Serangan menyebabkan 97 kerusakan.

Bukannya menjauh, kelelawar tersebut semakin mendekat. Membuka mulutnya dan menggigit bahuku. Kerusakan yang dia sebabkan, setengahnya diubah menjadi darahnya.

-43

+21

Aku tak peduli dengan luka di bahu, tapi semakin fokus untuk menyerangnya. Dengan beberapa kali serangan, aku berhasil membunuh kelelawar tersebut. Dan saat itu aku juga menggunakan Hemostasis. Setelah terbunuh, kelelawar tersebut menjatuhkan dua hal. Pertama adalah 5 keping tembaga dan satu lagi kartu berwarna hijau gelap. Setelah mengambilnya, aku terkejut.

[Kartu Kelelawar Vampir] – Jenis barang kartu gambaran. Setelah menemukan kartu gambaran dari monster, pemain bisa menjadikan monster tersebut sebagai peliharaan.

“Peliharaan?”

Aku tak menyangkanya sama sekali. Meski aku tahu ada tiga jatah peliharaan untuk tiap pemain, dari ribuan mereka yang kutemui sejak tiba dia Ba Huang, belum ada satu pun yang memiliki peliharaan.

Ya, aku harus menyimpannya.

Sra.

Kartu Kelelawar Vampir berpindah ke Buku Gambaran milikku. Setelah membuka Buku Gambaran, aku akhirnya tahu bagaimana cara menjinakkan monster. Yang harus kulakukan adalah mencari monster lvl 1 yang kartunya kumiliki dan menggunakan Segel Monster untuk menjinakkannya. Tingkat keberhasilan berbeda tiap monster, dan hanya monster lvl 1 yang bisa dijinakkan.

Sekarang, aku tidak memiliki Segel Monster, jadi tak ada gunanya aku mencari Kelelawar Vampir lvl 1. Kuteruskan perjalanan. Setelah beberapa langkah, aku menemukan apa yang kucari. Di depan terdapat semak berwarna hijau muda. Itu adalah tetumbuhan lvl 1, Buah Rumput!

Ting.

Pemberitahuan: Selamat, kau mendapat Buah Rumput * 1!

Dengan semangat baru, kucari di tangkai lainnya. beruntung, masih ada satu lagi di samping kanan. Sekejap saja, aku sudah punya dua Buah Rumput.

Aku mencari di tempai lain. Tak lama, aku kembali bertemu dengan Kelelawar Vampir. Beberapa meter di depan, ada dua ekor Kelelawar Vampir. Sepertinya ini akan menjadi pertarungan dua lawan satu.

Bibirku mengerucut menjadi senyum mengejek, waktunya bertarung!

Sra.

Aku berlari ke arah mereka. Begitu dekat, pedangku menebas sekuat sekuat mungkin. Serangan gawat. -178 muncul di atas seranganku. Setelah kelelawar itu menerima serangan, tubuhnya terlempar ke belakang. Saat itu aku menyadari, bahwa dalam <Kismat>, begitu terkena serangan, monster akan terpukul mundur atau terguncang untuk beberapa saat yang memengaruhi serangan balik dari musuh. Setidaknya, itulah yang terjadi pada Kelelawar Vampir. Bagaimanapun juga, waktu yang beberapa saat itu memberikanku kesempatan untuk menyerang lagi, sebelum dia sempat bereaksi dari serangan awal tadi.

Cring.

-91

Serangan kedua berhasil. Seharusnya dia bisa menyerang setelah serangan pertama tadi, kuhentikan dengan serangan kedua ini, dan masih tertunda lagi setelah serangan berikutnya yang berhasil menewaskannya. Gerakan dengan Pedang Berduri cukup lambat, tapi dengan semua jeda yang terjadi setelah serangan, aku berhasil menang tanpa terserang sekalipun.

Ketika menghadapi kelelawar kedua, aku berpikir. Saat melawan kelelawar pertama, seranganku berakibat gawat, yang membuatnya jeda sementara, lalu kulanjutkan dengan serangan kedua yang menghentikan serangan balasnya, lalu serangan ketiga yang berhasil membunuhnya. Apa itu tadi ... sebuah kombinasi? Sebentar, karena aku memikirkannya sendiri, apa mungkin yang barusan adalah – susunan kombinasi?

Hem, semakin menarik saja.

Tak lama, aku sudah mengumpulkan sembilan buah rumput dan ketika menggali yang kesepuluh, terdengar suara yang sangat familier.

Ting.

Pemberitahuan: Kau telah mempelajari kemampuan – [Pengumpulan Herbal]!

Di hampir semua permainan yang pernah kumainkan, Pengumpulan Herbal adalah kemampuan yang penting bagi alkemis dan apoteker. Aku merasa beruntung sekali bisa mempelajari kemampuan. Dibanding dengan jurus Pedang Praharaku, Pengumpulan Herbal tidak butuh waktu lama. Perbedaan antara apoteker dan alkemis adalah apoteker pandai dalam membuat ramuan pemulih darah, sedangkan alkemis membuat ramuan pemulih MP. Kedua profesi tersebut dijamin akan menguntungkan, setidaknya itulah harapanku.

Dari pengamatanku, setiap kali naik level, pemain akan mendapatkan 10 nilai tambahan pada MP, tapi jurus yang digunakan menjadi lebih kuat dan membutuhkan MP lebih banyak. Misalnya, Hemostasis memerlukan 5 MP saat lvl 1, dan lima puluh pada level 10. Tapi ini hanyalah kemampuan tingkat rendah. Untuk pemain yang sudah berlevel 50, jurus tingkat tinggi level 1 membutuhkan 20 MP dan 200 MP saat level 10. Seorang ahli pedang yang hanya menambahkan nilainya pada tenaga, hanya memiliki 550 MP saat level 50. Ketika dia mengeluarkan beberapa jurus, dia akan kehabisan MP. Jika tidak menggunakan ramuan MP, maka dia terpaksa hanya menggunakan serangan biasa. Artinya, kebutuhan akan ramuan MP tidak terbatas. Selama ada orang yang bermain, selama itu pula ramuan MP dibutuhkan.

Tujuanku untuk mencari uang sangat sederhana. Yang paling utama, aku butuh uang untuk biaya sekolah adik perempuanku, dan berikutnya untuk membangun kembali biro Zhan Long dalam <Kismat>. Total tabunganku adalah 8.000+ yuan. Satu helm <Kismat> adalah 10.000, yang aku harus segera mencari cara untuk mencari uang banyak dalam waktu singkat.

Baiklah. Alkimia adalah langkah awalku untuk menjadi kaya. Bahkan dengan levelku terbilang rendah, aku tak akan ragu untuk menghabiskan waktu dalam menaikkan level alkimia.

Sekembalinya dari hutan tadi, aku menemukan Pelatih Alkimia Mi Fu dan menyerahkan 10 buah rumput padanya.

“Oho, anak muda, kau berhasil menyelesaikan tugas yang berat ini. Mulai sekarang, kau adalah seorang Alkemis. Kau menjelajahi setiap sudut dunia, mengunjungi tempat yang belum terlihat oleh mata manusia untuk mencari herbal paling langka dan membuat ramuan paling berharga.”

Mi Fu menepuk pundakku. Dari tangannya muncul kilatan sinar, dan setelah hilang, sebuah gelar “Alkemis Baru” muncul di bawah namaku. Ditambah, aku mempelajari jurus baru – [Alkimia]! Usahaku tidak sia-sia!

“Sekarang kau sudah menjadi seorang alkemis, tapi ... hem, anak muda, karena kau adalah petualang dari Kota Ba Huang, mengapa kau tidak pergi bertemu walikota untuk menerima lencana kota?”

“Lencana kota?” aku belum pernah mendengar ini.

“Hem, kau ternyata tak sepintar dugaanku. Di mengetuk kepalaku, seolah agar pikiranku terbuka. “Sebagai petualang dari Ba Huang, kau harus pergi ke rumah walikota, bertemu dengannya dan diakui sebagai petualang dari Ba Huang. Walikota mungkin akan memberimu sebuah hadiah ....”

“Apa!?”

Aku segera kembali ke kota, meninggalkan Mi Fu sendirian di bawah pohon ginko. Sistem tidak pernah memberitahukan hal seperti ini! Aku mencarinya di menu bantuan dan forum, tapi tak ada satu pun topik yang membahas lencana kota serta hadiahnya. Sepertinya tak banyak pemain yang tahu akan hal ini.

Kesulitan Membaca di Blog Ini?

Bagi kamu yang kesulitan membaca dengan format yang sekarang dan ingin mengubahnya atau mau lebih nyaman lagi, bisa klik alamat ini untuk tahu caranya.

Ingin Gabung?

Jika ada yang ingin bergabung sebagai penerjemah atau penyunting, baik itu untuk proyek yang ada atau pun proyek milik sendiri/baru, silakan hubungi kami.

Populer Seminggu Ini

Diubah oleh Pandeka Api. Diberdayakan oleh Blogger.