11 Caro Cadiak, Pandai pandeka.api@gmail.com Angko-angko agak bara -

Cerita di Balik Kata, Kisah di Balik Bahasa

Jumat, 16 Oktober 2015

Zhan Long Bab 34 - Siapa Cepat, Dia Dapat

Penerjemah: Pandeka Api
Editor: Pandeka Api
---------------------------------------------------
34. Siapa Cepat, Dia Dapat

“Kau punya nyali juga!” ucap Qian Lin, bukan memuji, tapi dengan angkuh seolah mengatakan, “Bocah tengik, aku tahu bahwa kau akan menerimanya jika aku berkata seperti itu.”

Ditambah, bagi seorang pemain untuk menyelesakan permintaan kesulitan B sendirian, apalagi seorang dukun, akan sangat sulit.

Tapi, janji adalah janji, dan karena aku sudah berjanji untuk mendapat obat tersebut, aku akan mencari cara untuk mendapatkannya.

Kuangkat tombak kuno dan maju.

Menuju utara, seluruh peta berwarna merah darah. Di sana pasti terletaknya laboratorium yang dimaksud, tapi terlebih dahulu aku harus mencari jalan.

Sha sha!

Saat meneruskan langkah, sepatu putihku menginjak rerumputan hitam lunak. Tulang belulang bertebaran di sekitarku dan bau kematian begitu menyengat. Lalat beterbangan ke mana-mana, mengitari mayat-mayat yang membusuk, tapi aku tidak khawatir karena mayat ini tak ada tanda-tanda akan bergerak. Meskipun iya, tetap aku masih di atas angin.

“Hem ....”

Melihat peta kecil, sebuah titik biru kecil menghilang. Aku tahu ini adalah pertanda pemain lain, jadi aku tidak sendiri. Ada beberapa kemungkinan mengapa dia tiba-tiba menghilang: tewas atau bersembunyi. Tentu, dia bisa saja kembali ke kota dengan gulungan kembali atau tiba-tiba luring, tapi kemungkinannya kecil.
(PA: Luring = luar jaringan = offline.)

Aku terus berjalan. Saat itu, kulirik sekilas ke belakang. Sesuai dugaan, langkah tak terlihat muncul di atas rumput lunak tersebut. Ini dia!

Aku segera berbalik dan menyabetkan pedang membentuk lengkungan.

Trang!

Serangan tombak beradu dengan sebuah belati hijau, menangkisnya, dan pemilik belati itu terlempar ke belakang. Jelas pembunuhan diam-diam yang akan dilakukannya gagal. Pembunuh ini berkisar 20 tahun dan menggunakan perlengkapan tingkat tinggi yang mahal.

ID: Pemburu Angin
Level: 25
Ras: Undead
Golongan: Pembunuh

Melihat serangannya gagal, Pemburu Angin bersiap kembali untuk yang berikutnya. Dengan belatinya, dia menggunakan [Muslihat], sebuah kemampuan pembunuh untuk membuat musuh menjadi linglung. Salah satu jurus andalan.
(PA: Muslihat saya pilih sebagai istilah untuk menerjemahkan gouge.)

“Bobo Cilik, serang!”

Dengan segi enam keemasan bersinar di sengatnya, si ganas Bobo Cilik muncul dan segera lakukan serangan [Kombinasi - Level 3]. Serangan yang dilancarkan Bobo maksimal tiga, minimal dua. Kali ini cuma dua kali, namun cukup memberikan kerusakan cukup fatal bagi Pemburu Angin.

-319.

-331.

Terkena dua serangan itu, tubuh Pemburu Angin layu dan perlahan jatuh ke tanah. Suara marahnya bisa terdengar sebelum benar-benar tewas.

“Xiao Yao Zi Zai, tunggu saja. Tempat ini akan menjadi kuburanmu!

Keningku berkerut melihat mayatnya. Siapa dan apa untungnya membunuhku? Sepertinya dia sudah menunggu kedatanganku untuk membunuhku, tapi tak menyangka adanya Bobo Cilik, yang menyebabkan kematiannya.

Ada dua kemungkinan. Pemburu Angin merupakan utusan dari Liu Ying atau Para Jenderal. Sifat Para Jenderal cukup baik dan mereka tak terlalu dendam padaku, yang artinya ini adalah pekerjaan Liu Ying. Dia akhirnya mulai bertindak untuk membunuh di dalam Ba Huang.

Aku membungkuk untuk mengambil apa saja yang dijatuhkan Pemburu Angin. Sebuah zirah kulit setara hijau. Sayangnya, aku tak bisa mengenakan perlengkapan kulit, tapi setidaknya bisa dijual beberapa keping emas. Simpan dahulu.

“Aku tak peduli jika kau mencoba membunuhku. Aku akan pergi dan melaksanakan tugas. Jika kau datang, dengan senang hati akan kukirim ke kuburanmu,” ucapku sembari pergi.

Semakin dekat ke tengah peta, semakin menyengat bau yang tercium, karena semakin banyak pula mayat busuk. Pemain biasa akan segera mematikan sistem penciuman, tapi aku sengaja tidak karena sudah terbiasa dengan bau ini dan tak akan mematikan salah satu inderaku saat seseorang mau membunuhku.

Dari kejauhan, kulihat sebuah kepala tengkorak raksasa yang setengahnya terkubur. Sepertinya baru diletakkan di sana, kena masih bersimbah darah dan dipenuhi belatung. Ada sebuah lubang seukuran manusia di antara giginya. Ini pasti jalan masuk ke lab.

Uh ....

Hampir saja aku muntah melihatnya. Siapa pun yang merancang tempat ini, pasti punya selera yang buruk.

Kupicingkan mata ketika masuk ke sana. Sesuai perkiraan, ada tangga batu untuk menurun ke bawah sana, ke dalam kegelapan. Mencurigakan ... tapi aku tetap lanjut.

Ting!

Pemberitahuan Sistem: Kau memasuki [Gua Hitam Darah – Lantai 1] (Laboratorium Penyihir Jahat!)

Bagus, aku menemukannya.

Di depanku gelap gulita. Jarak pandang hanya 1-2 meter. Aku bergantung pada titik merah pada peta kecil untuk menghindari para monster.

Begitu tiba ujung tangga, aku menginjak lantai lembab. Tak lebih dari 10 meter, ada dua titik merah dan mereka menggeram pelan.

Saat berjalan maju dengan satu tangan meraba pada dinding, tiba-tiba tanganku menyentuh sebuah benda lembab. Kudekatkan tangan ke wajah, tercium bau berminyak. Kuangkat Tombak Sinar Kuno dan menggunakan sinar kehijauan darinya, ternyata tanganku menyentuh lampu. Di bawahnya terdapat cincin besi dan setelah menariknya, seluruh gua menjadi terang.

Tak jauh dari sana ada dua zombi berpakaian compang-camping. Kucoba melibat atribut mereka.

[Zombi Kejam – Monster Biasa]
Level: 30
ATK: ???
DEF: ???
HP: ???
Kemampuan: ???
Keterangan: Zombi Kejam, penjaga lab bawah tanah.

Sayang sekali, dia berada 6 level lebih tinggi dariku, jadi atributnya tak terlihat, tapi apa itu masalah? Jika Bobo dan aku menyerang bersamaan, kami tak terkalahkan!

Kupersiapkan tombak sebelum memerintah Bobo. Seperti biasa, dia segera melancarkan serangan dengan sengat dan kemudian kombinasi. Zombi Kejam memekik dan darahnya berkurang 500+. Monster yang berorientasi tanpa pertahanan tak akan sanggup menahan serangan Bobo.

Terdengar suara raungan.

Mengayunkan kepala mereka yang hampir putus, dua zombi menanduk Bobo. Saat itu juga, sebuah sinar kehijauan aneh datang dari kepala mereka dan serangan tersebut berhasil.

-211.

-189.

Darah Bobo langsung berkurang hingga ke titik merah. Melihat kerusakan yang luar biasa, cepat kugunakan [Sembuh – Level 3] pada Bobo.

Tombakku pun tak kalah cepatnya menghujam leher si zombi, dan bersama Bobo, kami terus menyerang. Zombi Kejam pertama tewas setelah 11 detik. EXP yang kudapat sangat banyak. Nikmat! Tak hanya EXP, kepingan perak pun tak ketinggalan.

Pelan tapi pasti, kerja sama antara aku dan Bobo sangat unik. Aku akan memulihkan, sementara dia menyerang tanpa henti. Saat mengambil kepingan perak, kupikir, tak ada salahnya membiarkan peliharaan yang membunuh monster, karena aku juga berusaha untuk memulihkannya.

Tak butuh waktu lama sebelum zombi kedua musnah. Kali ini, tak ada kepingan perak yang jatuh, tapi sebuah perlengkapan dan kartu merah pekat penggantinya.

[Pelindung Tulang Kering Kematian Tanpa Ampun – Hijau]
Jenis: Zirah Baja
DEF: 35
STR: +9
Syarat Level: 25

Perlengkapan ini pasti menguntungkan untuk dijual.

Yang lebih penting, kartu merah pekat ini terlihat lebih menjanjikan. Tidak mengecewakan ....

[Kerangka Api]
ATK: ★★★★
DEF: ★★★☆
HP: ★★★★☆
AGI: ★★☆
Daya Sihir: ★☆

Ketika melihat statusnya, aku berpikir sejenak. Ini pasti akan menjadi peliharaan yang banyak digunakan pada satu titik, karena menawarkan keseimbangan nilai status yang tinggi. Benar, tidak setinggi Bobo Cilik, tapi cukup bagus. Ini adalah jenis peliharaan yang mampu menyerang dengan daya rusak besar dalam jangka waktu lama.

Shua!

Kartu tersebut berpendar menjadi sinar dan masuk ke tasku. Aku sangat berharap bahwa Kerangka Api ada di peta ini dan memiliki yang level 1. Aku akan kaya!

Aku meneruskan perjalanan sembari membunuh. Karena mereka zombi, berbiaknya pun lebih cepat. Setelah beberapa lama, aku menemukan sebuah tangga di sudut, yang merupakan jalur untuk ke tingkat berikutnya.
(PA: Bagi yang bingung dengan berbiak, lihat di Daftar Kata Istilah.)

Begitu turun, kulihat lantai ini sudah diterangi lampu, dan ada setan nakal level 30 yang membawa trisula. Jika harus menjelaskan mereka, hanya satu kata, buruk. Urat-uratnya terlihat dengan jelas, seolah akan meletus. Sepertinya mereka juga lemah, tapi mungkin memiliki serangan yang cepat, sekitar satu serangan per detik. Ini akan sulit untuk menguji kemampuan pemulihanku.
(PA: Setan nakal saya pilih sebagai istilah padanan untuk menerjemahkan imp.)

Dari dua koridor, kupilih yang kanan, karena tak perlu untuk memusnahkan semua setan nakal.

Ciat ciat!

Setan nakal pertama yang kami hadapi berakhir dalam satu serangan oleh Bobo. Begitu mendekati untuk memungut jarahan, bangkainya meledak, dan darahnya bersimbahan di tubuhku.

Hampir satu jam kemudian tiba di ujung lantai dua, terlihat tangga ke lantai tiga. Sebelum turun, terdengar suara pemain lain dari jauh.

“Lihat, bangkai monster! Ada yang sudah lewat di sini dan pasti Xiao Yao Zi Zai. Terus! Si sialan itu menghalangiku mendekati Lin Wan Er! Heh. Lihat saja! Pada akhirnya akulah yang akan tertawa!”

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan tanggapanmu!

Kesulitan Membaca di Blog Ini?

Bagi kamu yang kesulitan membaca dengan format yang sekarang dan ingin mengubahnya atau mau lebih nyaman lagi, bisa klik alamat ini untuk tahu caranya.

Ingin Gabung?

Jika ada yang ingin bergabung sebagai penerjemah atau penyunting, baik itu untuk proyek yang ada atau pun proyek milik sendiri/baru, silakan hubungi kami.

Populer Seminggu Ini

Diubah oleh Pandeka Api. Diberdayakan oleh Blogger.