Zhan Long Bagian 15 - Harga untuk Burung Bulu Perak
[Sebelumnya] [Daftar Bagian Cerita] [Selanjutnya]
Cukup lama aku berpikir untuk membunuhnya atau tidak. Seekor
monster level 1 sangat langka, atau tepatnya pemain yang memiliki kartu seekor
monster dan menemukan monster sejenis yang berlevel 1 sangat jarang. Sayangnya,
aku hanya memiliki Kartu Kelelawar Vampir dan belum menemukan kartu untuk
burung tersebut. Dengan penuh penyesalan, aku meninggalkan tempat itu.
Tidak, tidak, tidak. Aku tak akan menyerah. Kuputuskan,
meski jika kau harus menunggu sampai laut menjadi kering, semua gunung menjadi
rata, aku akan menangkapnya. Hingga aku menemukan Kartu Burung Bulu Perak, aku
akan terus berburu, berburu, dan berburu.
Aku berjalan tanpa arah di sekitar hutan mengumpulkan Daun
Perak dan membunuh Burung Bulu Perak. Sebagian akan merasa ini membosankan,
hanya berjalan dan melakukan hal yang berulang, tapi bagiku ini adalah
kesempatan untuk mengasah jurus dan kemampuan. Ini belum ada apa-apa dengan
saat aku di tengah padang pasir selama 36 jam, menunggu transaksi narkoba di
dekat perbatasan. Selama itu, aku hanya berbaring tanpa makan dan bergerak.
Walau banyak serangga yang berjalan di atasku, aku tak bergerak sedikit pun.
Dibandingkan itu, keduanya bagaikan bumi dan langit.
Lima jam terlewati dan hari menunjukkan jam 8 malam. Hanya
Tuhan yang tahu berapa banyak Burung Bulu Perak yang sudah kubunuh. Bagusnya,
dengan ini, aku sudah mencapai level 15. Ditambah, selama perburuanku, aku
mendapatkan 5 barang setara putih dan kepingan tembaga yang jika ditotalkan
menjadi tujuh keping perak. Sayangnya, daya tahan Pedang Berduriku tinggal 10%.
Aku harus segera kembali ke kota sebelum melanjutkan perburuan.
Ciat, ciat, ciat.
Seekor Burung Bulu Perak menerjang ke arahku, cari mati.
Burung ini terus mencicit dan berputar di udara, saat Pedang Berduriku
menebasnya dua kali, langsung mati. Begitu tewas, dia meninggalkan dua benda
yang membuatku jantungku berdebar. Satu mantel hijau dan satunya ... adalah
kartu gambaran. Setelah 5 jam, apa perjuanganku membuahkan hasil?
Membungkuk, aku mengambil kartu itu. Ini benar-benar Kartu
Burung Perak! Tanpa pikir panjang, aku menyimpannya. Di dalam Buku Gambaranku,
keterangan kartu ini bisa dilihat.
[Burung Bulu Perak]
ATK: ★★★☆
DEF: ★★
HP: ★★☆
Ketangkasan (AGI): ★★★★
Daya Sihir: ★☆
Kemampuan: Serangan Bulu
Burung ini memiliki daya serang 3,5 bintang dan 4 bintang
pada ketangkasan. Ini sudah cukup baik sebagai prasyarat sebagai peliharaan
penyerang. Untuk sekarang, ini pasti adalah peliharaan penyerang tingkat
tinggi. Kelemahan hanya terdapat pada pertahanan dan daya sihir, tapi itu tak
jadi masalah besar, karena peliharaan tujuan utamanya adalah membantu
pemiliknya menaikkan level, bukan menentukan dalam pertarungan.
Terlebih, saat aku memungut mantel hijau tadi, aku
menyengir. Mantap!
[Mantel Bulu Perak – Hitam Besi]
Jenis: Mantel
DEF: +30
STR: +4
Syarat Level: 15
Mantel tidak memiliki batasan golongan, seperti zirah
rantai, zirah bulu, atau zirah kain. Ini artinya pertahanan mereka lebih lemah
dari perlengkapan bertahan khusus lainnya. Tapi bagiku yang hanya punya 29
nilai pertahanan dan ditambah 30 dari mantel, artinya pertahananku berlipat
ganda. Tidak sia-sia berburu Burung Bulu Perak ini selama 5 jam.
Dengan mantel hijau, tampilan yang seperti pemula hilang.
Yang lebih penting, statusku juga meningkat.
[Xiao Yao Zi Zai – Dukun Murid]
Level: 15
ATK: 101-112
DEF: 59
HP: 240
MP: 210
Pesona: 0
59 nilai daya tahan, aku sudah bisa menjadi penahan tingkat
pemula. Hatiku senang sekali. Kuacungkan pedangku ke atas dan segera menuju di
mana aku menemukan Burung Bulu Perak level 1 tadi. Aku harap dia belum dibunuh
atau pun disegel. Burung tersebut adalah milikku, dan siapa pun yang
mengusiknya akan menerima kemarahanku.
Sekembalinya ke pohon di mana aku menemukan burung level 1
tadi, aku melihat ke sekitar untuk memastikan dia masih ada atau tidak. Bagus!
Penuh semangat, aku mengeluarkan dua Segel Monster dari
tasku, yang masing-masingnya seharga satu keping perak. Meski aku sudah
mengunci Segel Monster ke Burung Bulu Perak, dia masih tetap berkicau ria.
Sementara itu, Segel Monster, menunjukkan tingkat keberhasilan menyegelnya yang
berjumlah 27,4%.
Apa!! Walau ini hanyalah segel rendahan, tidak mungkin
tingkat keberhasilannya serendah itu, bukan? Aku hanya membawa dua segel.
Mungkin ini saatnya untukku berdoa.
Sra.
Aku melemparkan segel tersebut dan enam kilatan petir menyambar,
mengurung Burung Bulu Perak. Setelah melakukan itu, kilatan tersebut mulai
berkedip. Dari terang menjadi kelam, lalu terang lagi. Dalam beberapa detik,
kilatan tersebut terpendar, menandakan penyegelannya gagal.
“Sialan!”
Amarah membara dalam tubuhku, satu keping perak melayang
hilang. Sebaliknya, burung tersebut menjadi marah atas perbuatanku dan langsung
menyerang. Serangannya tepat ke dadaku dan muncul angka -14. Luar biasa, untuk kemampuan
serangan level 1, membuat daya rusak setinggi itu, potensinya sangat besar jika
levelnya lebih tinggi.
Memantapkan diri, aku keluarkan segel berikutnya. Sra.
Segel tersebut melayang dan mengenai si burung. Kilatan
petir yang menyambar, kembali mengurung burung tersebut. Meskipun tekanan cukup
besar dari segel, si burung tidak mau menyerah dan berusaha untuk lepas.
Beberapa kali dia jatuh bangun menghadapi kilatan petir dari segel. Di saat
terakhir, ketika pengaruh dari Segel Monster mulai padam, aku berdoa semoga
burung ini berhenti berjuang. Burung, ayolah, menyerah saja. Aku janji akan
memberimu jawawut paling enak yang berasal dari Shu Bei Zun An!
Akhirnya, doaku terkabul, dan sekilat cahaya yang terang
daripada yang lain bergelora dan menarik si burung ke dalam segel. Dalam sekejap,
burung tersebut menghilang, dan ruang peliharaanku yang tadinya kosong,
sekarang di dalamnya terdapat si burung perak.
Ting.
Pemberitahuan: Selamat, kamu berhasil menyegel Burung Bulu
Perak. Dikarenakan kamu adalah pemain ketiga yang berhasil menyegel peliharaan,
kamu akan mendapat tambahan 2.000 EXP dan 1 nilai pesona.
Sra.
Levelku bertambah, menjadi 16. Siapa kira, menyegel monster
memberimu pengalaman. Ditambah, satu nilai pesona. Walau aku tidak tahu apa
gunanya, yang jelas pasti ada.
Kubuka ruang peliharaanku dan melihat status Burung Bulu
Perak. Hem, lumayan kuat.
[Burung Bulu Perak]
Level: 1
ATK: ★★★☆
DEF: ★★
HP: ★★☆
AGI: ★★★★
Daya Sihir: ★☆
Kemampuan: Serangan Bulu
Tingkat Mutu: 47%
Melihat status tersebut, aku paham, bahwa semua Burung Bulu
Perak memiliki status bintang yang sama. Pembeda baik atau tidaknya adalah pada
mutu tiap burung. Contoh, peliharaanku bermutu 47% yang menentukan kedudukannya
di antara Burung Bulu Perak yang lain. Tapi apa sebenarnya mutu 47% ini?
Dalam keheningan, aku membuka forum dan mencari informasi.
Akhirnya, aku berhasil menemukan.
[Tingkat Mutu]: Singkatnya, yang membedakan antara dua
peliharaan adalah dari persentase mutu mereka. Status peliharaan bisa dihitung
dengan rumus status * (1 + Tingkat Mutu). Ini artinya, mutu mempengaruhi
potensi peliharaan.
Oh, jadi dalam kasusku, dengan mutu 47%, peliharaanku
memiliki status * (1 + 47%) lebih tinggi dari Burung Bulu Perak biasa. Tapi ini
mendatangkan masalah baru karena peliharaan yang memiliki mutu 100% akan
memiliki status dua kali lipat dibanding peliharaan dengan mutu 0%. Sial!
Peliharaan yang memiliki mutu rendah sama dengan tiada guna.
Kulihat lagi status peliharaanku. Karena persentase mutunya,
Burung Bulu Perak ini termasuk peliharaan tingkat menengah. Kebahagiaanku
setelah berhasil menyegelnya langsung sirna. Biarlah, daya tahan Pedang
Berduriku juga sudah hampir habis, jadi aku akan kembali ke kota untuk
memperbaikinya. Saat yang sama, di tasku penuh dengan Daun Perak yang berhasil
kukumpulkan. Dan untuk Burung Bulu Perak ini, aku tak berencana untuk menaikkan
levelnya. Bukan karena statusnya yang rendah, tapi karena aku harus menjualnya
untuk membeli Perapian Alkimia agar bisa membuat Ramuan Daun Perak.
Biaya penggunaan gulungan penarik sebesar 1 keping emas. Aku
tak sanggup membayarnya, tapi aku bisa berlari ke Ba Huang.
Setelah tiba di Ba Huang, aku segera memperbaiki
perlengkapan, lalu pergi ke alun-alun utara. Di sini keadaan sangat sibuk, teriakan
para pemain mencoba mengiklankan produk mereka juga sangat ribut.
“Menjual zirah rantai level 9 setara putih! Memberikan
tambahan nilai 40 DEF! Jangan sampai ketinggalan! Para ksatria, ahli pedang,
atau biarawan! Harga rendah, cuma 1 keping perak! Jangan sampai terlewatkan!”
“Menjual Buah Rumput, harga 4 keping tembaga per buahnya!
Lebih murah daripada di toko NPC! Para petualang, kau mesti membelinya untuk
pacarmu yang dukun dan bahkan jika kau belum punya, ini akan membantu untuk
mendapatkannya!”
“Menjual belati level 5 setara hitam besi! Daya serangnya
12-15 dan menambah nilai ketangkasan! Pembunuh, datang dan lihatlah! Dijual
murah, coba sebutkan berapa sepantasnya, tapi jika kau tidak punya 20 keping
perak, tidak usah ke sini!”
Kulihat isi tasku, sepertinya tak ada yang laku dijual.
Gantinya, aku membeli 50 Perapian Alkimia dan membuat 50 Ramuan Daun Perak. Setelah
itu, aku meletakkan ke-50 ramuan level 2 ini di depanku, memasang harga 40
keping tembaga masing-masingnya, lebih murah dari toko NPC. Aku membuka kedai
kecil.
Setelah itu, aku memanggil peliharaan milikku, Burung Bulu
Perak. Memampang statusnya dan berteriak keras.
“Peliharaan yang baru disegel, Seekor Burung Bulu Perak,
yang terfokus pada daya serang dan ketangkasan. Juga memiliki kemampuan
Serangan Bulu. Ini pasti akan menjadi penyerang terbaik saat ini! Datang dan
pasang hargamu!”
Teriakanku berpengaruh besar. Setelah selesai berteriak,
kedaiku dikerumuni banyak orang yang memasang harga mencengangkan.
Seorang ksatria level 11 dengan perlengkapan setara putih
menawar.
“Kawan, bagaimana kalau 80 keping tembaga?”
Seorang gadis dukun level 15 juga ikut menawar dengan
terlebih dahulu menunjukkan tubuh aduhainya.
“Tampan, aku menginginkannya! Bagaimana kalau 40 keping
perak? Jual saja kepadaku. Dan, apa kau punya pacar? Jika tidak, kau bisa
memberikannya sebagai hadiah padaku, bukan?”
Orang-orang yang ada di sana tertawa mendengar penawaran
tersebut. Aku hanya bisa berdiri canggung, berpikir, meski jika ada orang
memberikan Burung Bulu Perak dengan mutu 100%, aku tak pernah dekat denganmu.
Penawaran terus datang, tapi tak ada yang di atas 1 keping
emas, mungkin karena kebanyakan uang mereka untuk membeli ramuan, atau karena
membunuh monster hanya memberikan beberapa keping tembaga, jadi untuk memiliki
10.000 keping tembaga terlalu khayal. Namun daripada semua itu, aku tahu bahwa
burung ini sekurang-kurangnya seharga 5 keping emas.
Dua puluh menit menunggu, akhirnya, seorang ahli tembak
muncul dari keramaian. Tangannya ditutupi cahaya kehitaman. Ya, dia punya
pelindung pergelangan tangan dari bulu setara hitam besi. Ditambah, level 18
dan namanya Piggy. Ini dia, pembeli sesungguhnya.
Begitu melihat peliharaanku, tatapan Piggy penuh nafsu,
namun segera dia sembunyikan dan menunjukkan ekspresi tak peduli. Dia ingin
menjatuhkan harga!
Aku tersenyum padanya.
“Hai, kau. Tertarik membelinya?”
“Harga burung ini, berapa sebenarnya? Jangan coba-coba
memompa harga!”
Aku membasahi bibir dengan lidah sebelum menjawab.
“Banyak orang yang menginginkannya. Kau dan aku tahu ini.
Harga paling rendah adalah 5 keping emas, kurang dari itu aku tak akan
menjualnya. Saat ini, ketika tak ada seorang pun yang punya peliharaan,
memilikinya akan membantumu menaikkan level lebih cepat. Kau pasti tahu akan
ini, karena ini, peliharaan ini pantas untuk tiap keping tembaga.”
“Ya, aku tahu. Bisa tunggu sebentar? Bosku akan kemari,”
jawabnya sambil mengangguk.
Tak lama, keramaian memisah karena seorang ahli pedang level
18. Dengan pedangnya, dia segera ke kedaiku dan tertawa.
“Di Ba Huang ada peliharaan? Ha ha, aku beruntung,
peliharaan ini sudah pasti menjadi milikku!”
“5 keping emas,” ucapku.
“5 keping emas? Omong kosong!” dia terperangah. Tiba-tiba
dia teringat sesuatu. “Sial, ternyata kau!”
Aku melihat namanya dan juga terkejut. Di depanku adalah
Penguasa Barat, ‘teman’ lamaku.
Sra.
Aku mengemasi kedai dan tersenyum padanya.
“Aku tak menjualnya!”
“Hei, tunggu ...,” Piggy segera menghentikanku dan berkata.
“Kawan, jangan biarkan dendam mengganggu usahamu. Kau lihat, bosku ini sangat
amat menginginkan peliharaan ini. Sebelumnya kau bilang, harganya 5 keping
emas, baik, setuju. 5 keping emas untuk peliharaan ini!”
Keningku berkerut dan kemudian aku bersandar ke dinding.
Dengan tangan terlipat di depan dada, aku tersenyum dan berkata.
“Jika aku menjualnya pada Penguasa Barat, maka aku ingin 20
keping emas. Tak kurang dari itu. Apa masih mau?”
[Sebelumnya] [Daftar Bagian Cerita] [Selanjutnya]
Coba saja ada mangganya pasti lebih seru
BalasHapus