11 Caro Cadiak, Pandai pandeka.api@gmail.com Angko-angko agak bara -

Cerita di Balik Kata, Kisah di Balik Bahasa

Sabtu, 29 Agustus 2015

Zhan Long Bagian 4 - Pertemuan Kembali



Begitu memasuki sasaran silat, aku bisa melihat dua orang yang bertanding dari kejauhan. Pedang mereka saling beradu, apalagi keduanya tidak menggunakan pedang palsu yang sering dipakai dalam perlombaan. Mereka menggunakan pedang seperti Xiao Hei – besar dan tajam!

Salah seorang dari mereka mengenakan pakaian serba hitam. Penampilannya sangat meyakinkan. Bibirnya membentuk senyuman. Hanya satu tebasan dari pedangnya, berhasil menghentikan serangan lawan. Dia memiliki aura pemenang. Tak perlu ditanya lagi, orang ini pasti yang akan merekrutku, CEO dari Korporasi Tian Xi!

Wang Xin membawaku ke depan dan berteriak.

“Pak Lin, saya membawa orang yang ingin saya perkenalkan!”

Orang tersebut menghentikan pedangnya, berbalik dan tersenyum.

“Pak Wang! Anda akhirnya datang. Coba kulihat orang yang anda sarankan sendiri. Anda sangat memujinya, sekarang coba perlihatkan apa yang dia bisa!”

Wang Xin menunjuk padaku.

“Dialah orang yang saya bicarakan – Li Xiao Yao. Xiao Li, ini adalah CEO dari Korporasi Tian Xi, Li Tian Nan. Perkenalkan dirimu.”

Li Tian Nan melihat ke arahku. Matanya tak menunjukkan apa-apa. Dia menjulurkan tangan dan tersenyum.

“Senang bertemu denganmu, anak muda!”

Aku menyambut tangannya dan membalas.

“Senang juga bertemu dengan anda.”

Untungnya, dia tak menggunakan tenaga yang berlebihan saat berjabatan denganku. Jika iya, akan terjadi pertumpahan darah.

Orang yang ada di samping Lin Tian Nan melihatku dan tersenyum dengan angkuh.

“Apa yang bisa dilakukan orang seperti dia?” katanya.

Pak Wang tersenyum dan menjawab.

“Saat anda mengujinya, anda akan tahu.”

Lin Tian Nan setuju.

“Li Xiao Yao, ini adalah adik ketiga-ku, Lin Feng. Adik, coba kau yang mengujinya.”

Lin Feng mengangguk dan maju dengan membawa pedangnya.

“Apa kau bisa menggunakan senapan dengan baik?”

“Tentu saja, saya berpengalaman dalam pertarungan jarak jauh maupun dekat.”

“Bisa menggunakan pedang?”

“Ya, bisa.”

“Bagus, ayo kita lihat kemampuanmu!”

Setelah mengatakan itu, Lin Feng mengangkat pedang besarnya dengan mata mengejek. Dua orang pengawal membawa sebuah ubin besar. Ubin tersebut memiliki kerangka besi di dalamnya, tapi bagusnya sudah mulai berkarat.

Lin Feng tersenyum dan berkata.

“Satu tebasan membelahnya jadi dua, apa kau bisa?”

Dengan mengatakan itu, dia mengayunkan pedangnya, dan menghasilkan suara keras. Ubin tersebut terbelah dua dan jatuh ke lantai.

Pak Wang memujinya.

“Bagus, bagus. Li Xiao Yao, giliranmu untuk mencobanya.”

Aku berjalan santai, menerima pedang lain dari Lin Feng. Dengan senyuman, aku ayunkan pedang ini ke bawah. Crang! Pedang tersebut membelah ubin tadi menjadi dua tanpa cela.

Lin Feng terlihat sedikit terkejut.

“Bagus, ayo kita lanjutkan!”

Lin Tian Nan berkata sebaliknya.

“Adik, kau tak perlu mengujinya lagi. Li Xiao Yao lebih kuat darimu.”

“Abang, apa maksudnya?” Lin Feng kebingungan.

Lin Tian Nan berjalan ke depan, menunjuk ke arah pedang. Lalu menjawab.

“Adik, meski kau berhasil memotong ubin menjadi dua, pedangmu sedikit sumbing. Lihat pedang Li Xiao Yao. Dengan bahan yang persis sama, tapi setelah dia memotong ubin menjadi dua, pedangnya baik-baik saja. Apa kau mengerti dengan perbedaan antara kalian berdua?”

Lin Feng Terkejut.

“Kenapa bisa?”

Lin Tian Nan tersenyum kecil dan menjawab.

“Kau menggunakan tenaga luar untuk membelahnya. Namun, dia mengendalikan tenaga dalam, mengalirkannya ke dalam pedang, lalu membelah ubin menjadi dua. Sebenarnya, bukanlah pedang yang membelah ubin tersebut, melainkan tenaga dalamnya. Kau paham? Baiklah, Li Xiao Yao, karena kau dikenalkan oleh Pak Wang, aku tak perlu memeriksa moral dan kualitasmu. Besok, kau akan menemani putriku dan masuk ke Universitas Liu Hua. Karena dia baru masuk tahun pertama, kau juga menjadi mahasiswa tahun satu. Akan kukirimkan seseorang untuk membantumu diterima di kampus itu siang ini.”

“ULH ... tahun satu ....”

Pikiranku terputus.

“Pak Lin, saya berumur dua puluh lima tahun. Bukankah menurut anda akan terlihat tidak cocok jika saya menjadi mahasiswa tahun satu?”

“Tak masalah. Kau memang sudah tua, tapi kau bisa punya semangat muda!”

“....”

Setelah semua itu, kami meninggalkan sasaran dengan Xiao Hei masih di tanganku. Saat di dalam mobil, Pak Wang berkata.

“ULH merupakan kampus kelas atas dan sejujurnya sangat mahal. Kuberitahu kau, uang kuliahmu ditangani oleh sumber daya bagian kami. Bagaimanapun, jika kau menyelesaikan satu semester dengan tujuh nilai merah, anggap saja kau sudah mati!”

Aku merasa menyesal telah menerimanya.

“Aku tak ingin melanjutkan hidup seperti ini lagi ....”

“Kau tak akan bisa lolos. Jika melanggar perjanjian, kupastikan kau akan dikurung selama sepuluh tahun!”

Karena ini adalah pekerjaan baru, aku merasa masih belum terbiasa. 10000 yuan yang kudapat dari Pak Wang tersimpan aman. Aku hanya harus mencari tempat tinggal di sekitar kampus. Apapun yang terjadi, aku akan menghadapinya pada waktu itu.

Dengan membawa barang-barangku, aku berjalan ke depan kampus. Dari jauh, lingkungan kampus terlihat menyenangkan. Xiao Hei di tanganku, aku berjalan mengelilingi daerah kampus sebelum memasuki kawasan tempat tinggal yang ada di dekatnya. Setelah berkeliling cukup lama, aku melihat sebuah iklan di tiang listrik. Kuhubungi nomor telepon yang tertera di sana dan tak lama kemudian aku sedang mengetuk pintu sebuah kosan. Beberapa saat kemudian, seorang perempuan berukuran seratus kilogram keluar sembari tersenyum gembira.

“Kau mencari kosan, bukan? Masuklah!”

Seketika aku masuk, aku mengernyitkan kening. Di ruang tamu berserakan lemon yang telah terkupas dan ini masih belum seberapa. Yang benar-benar mengganggu adalah sebuah kondom bekas pakai tergeletak begitu saja. Yang terlintas di pikiranku pertama kali adalah menjijikkan. Sangat menjijikkan!

“Bagaimana suasana malam di sini? Apakah ribut?” tanyaku.

Aku harus berhati-hati akan hal ini. Keadaan tempat sebelumnya sangat mengganggu, seolah-olah aku sedang uji mental ketika tinggal di sana.

Khususnya sejak hari itu, aku berharap bahwa si cantik 34D menjadi tetangga sebelah. Namun yang kudapat adalah seorang pak tua buncit yang bermain Er Hu hingga jam tiga pagi!

Minggu lalu masih bisa kutahan, tapi minggu ini benar-benar mengerikan!

Setiap hari aku bangun pagi, kerja siang dan malam. Saat pulang, aku masih harus bertahan menghadapi pak tua ini. Jika laut mampu menghanyutkan semua masalahku, aku harap yang pertama kali dihanyutkan adalah pak tua ini.

Tenggelam dalam pikiran, bu kosan menarikku kembali ke dunia nyata.

“Suasananya tidak terlalu buruk, juga tidak terlalu ribut. Masuklah dan kaulihat sendiri.”

Aku mengangguk dan masuk. Begitu masuk, aku bisa mendengar keriut tempat tidur di ruang sebelah. Terkadang terdengar pula desahan seorang perempuan. Saat mendengar itu, wajahku menjadi merah padam. Maaf, aku tak bisa menahannya karena aku tidak punya pacar.

“Berapa biaya sewanya?” tanyaku.

“Tempat tinggal dengan tiga ruang, dan merupakan yang terakhir, seharga 400. Kau juga harus bayar terlebih dahulu tiga bulan berikutnya, jadi total 1600 yuan!” jawab bu kosan.

“Bukannya itu terlalu mahal? Lihat keadaan tempat ini. Anda masih ingin meminta 400 per bulan?” kataku setelah menggeleng.

“Itu adalah harga yang pantas. Meski kau mencari di tempat lain, harganya juga akan sama. Sama sekali tidak mahal, pikirkanlah. Jika kau tak mau, akan kuberikan pada orang lain.”

Aku berjalan ke arah jendela sambil mengernyit. Saat aku membuka tirainya, kulihat seorang wanita telanjang sedang bersenandung kecil di gedung seberang.

Segera kubalikkan tubuhkan dan berkata.

“Saya akan ambil tempat ini!”

Keesokan paginya, aku bangun, dan bersiap-siap, lalu mengeluarkan sebuah tas kecil. Sekarang di sinilah tempat tinggalku.

25 Agustus, merupakan hari penerimaan untuk Universitas Liu Hua.

Saat aku sampai di gerbang kampus, begitu banyak orang di sana.

Teleponku berbunyi, dan itu dari Pak Wang, yang menyuruhku untuk menunggu di bagian kanan gerbang agar bertemu dengannya. Setelah bertemu, sembari melihat ke keramaian, aku bertanya.

“Pak Wang, tentang orang yang akan saya lindungi, seperti apa orangnya?”

Pak Wang tersenyum dalam.

“Aku juga tidak tahu. Berdasarkan rumor, putri Lin Tian Nan begitu cantik, melebihi para selebriti yang ada di TV!”

Aku mengangguk.

“Itu bagus.”

Tak lama, sebuah Lincoln berhenti dan seorang mahasiswi keluar dari mobil itu, dikelilingi banyak pengawal. Dia memasuki kawasan kampus dari jarak yang cukup jauh. Orang yang berjalan di depannya adalah seseorang yang kukenal. Bukan lain adalah Lin Feng.

Orang ramai memberi jalan pada seorang gadis cantik yang mengenakan rok pendek, berjalan dengan membawa barang-barangnya. Rambut panjangnya berkibar terkena angin. Wajah yang cantik menawan muncul dari dalam keramaian, dan segera saja mendapat sorotan dari orang-orang di sana. Mata indahnya membesar dan memandangiku dengan galak.

“Kau ternyata ....”

Tubuhku bergetar dan hatiku berteriak ketakutan.

“Bagaimana bisa dia lagi? Orang yang harus kulindungi adalah si 34Dewi! Habis sudah, hidupku.”

Lin Feng tersenyum.

“Oh, jadi kalian sudah saling kenal? Li Xiao Yao, ini adalah orang yang harus kau dampingi di kampus ini, dia adalah permata hati abangku. Lin Wan Er, mari dan bertemu dengan mahasiswa baru!”

Lin Wan Er berjalan ke depan, membawa barang-barangnya. Rok pendeknya berkibar diterpa angin dan memperlihatkan sepasang kakinya yang seputih mutiara. Wajahnya dihiasi dengan senyum lebar nan menawan.

“Li Xiao Yao, senang berkenalan denganmu,” ucapnya dengan suara ceria.

Perkenalan ini seharusnya menjadi hal yang menyenangkan, namun aku bisa mendengar bisikan kematian. Bulan Agustus yang seharusnya diisi hari-hari yang penuh kehangatan, tapi bulu kudukku merinding. Tuhan, masa depanku suram.

“Wan Er, senang juga berkenalan denganmu ...,” balasku.

“Ayo, kita mendaftar.”

Dia menarik kerahku dan menyeretku ke bagian administrasi. Pada saat yang bersamaan, di mencuri pandang ke tas yang ada di tanganku dan bertanya.

“Apa ini?”

“Rekanku untuk makan malam!”

“Hem ....”

Dia tersenyum dan berbalik, lalu melambaikan tangan ke para pengawalnya.

“Baiklah, sekarang aku sudah tak apa-apa. Kalian sudah bisa kembali. Paman, anda juga bisa pergi!”

Lin Feng dan para pengawal segera beranjak, sedangkan aku diseret ke mana-mana oleh Lin Wan Er. Karena aku belum tahu akan bangunan di kampus ini, dia sangat membantu.

Tiba di meja pendaftaran, Lin Wan Er, menyerahkan surat penerimaan.

“Jurusan Sastra Cina, Lin Wan Er, dan juga ... oh, Jurusan Sastra Cina, Li Xiao Yao.”

Ketika pegawai yang bertugas mengangkat kepalanya, mulutnya ternganga. Hampir saja liurnya menetes.

“Oh, kamu ditempatkan di asrama satu putri, apa perlu ditunjukkan arahnya?”

Lin Wan Er tersenyum.

“Tidak usah. Apa anda bisa memberitahukan asramanya Lin Xiao Yao? Saya minta dia untuk menemani menemukan asrama.”

Pegawai tersebut menelan air liurnya.

“Li Xiao Yao berada di asrama dua putra. Kalian terlihat sangat dekat.”

“Oh, terima kasih, Pak.”

“Lin Wan Er, minta nomor teleponmu ....”

Memasuki gedung asrama satu putri, kamar Lin Wan Er ada di lantai empat. Karena tak ada orang lain, aku membawakan barang ke atas, dan membantu menyusunnya.

“Nona Lin, anda harus memberikan nomor telepon agar saya mudah untuk menghubungi,” kataku setelah selesai.

“Baik.”

Setelah bertukaran nomor dengan Lin Wan Er, dia membuka kopernya, lalu mengeluarkan dua helm. Satu merah dan satu putih. Dia mengambil helm merah dan memberikannya padaku.

“Ini, untukmu.”

Aku tersentak.

“Ini ... ini bukannya helm untuk <Kismat>?”

“Ayah juga menyuruhmu untuk bermain ini, sehingga kau juga bisa menjagaku di dalamnya. Kau mengerti, bukan?” jawab dan tanyanya sekaligus.

Aku mengangguk dan menerima helm tersebut.

“Nona, apa anda membenci saya?”

Lin Wan Er menggigit bibirnya, menatap ke dalam mataku, kedua tangannya terlipat, hingga menyembulkan kedua puncaknya. Tersenyum, lalu berkata.

“Pertanyaan ini, aku tak yakin bagaimana menjawabnya, jadi aku akan menjawab dengan tindakanku di masa depan. Kembalilah ke asramamu.”

Keluar dari asrama putri, aku memegang helm merah dengar erat. Ini juga merupakan edisi terbatas! Hatiku bergetar dan lalu aku bergumam.

“Aku tak peduli, apakah kau membenciku atau tidak, yang jelas, jalanku untuk menaklukkan <Kismat> tak ada yang bisa menghalangi!”

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan tanggapanmu!

Kesulitan Membaca di Blog Ini?

Bagi kamu yang kesulitan membaca dengan format yang sekarang dan ingin mengubahnya atau mau lebih nyaman lagi, bisa klik alamat ini untuk tahu caranya.

Ingin Gabung?

Jika ada yang ingin bergabung sebagai penerjemah atau penyunting, baik itu untuk proyek yang ada atau pun proyek milik sendiri/baru, silakan hubungi kami.

Populer Seminggu Ini

Diubah oleh Pandeka Api. Diberdayakan oleh Blogger.