11 Caro Cadiak, Pandai pandeka.api@gmail.com Angko-angko agak bara -

Cerita di Balik Kata, Kisah di Balik Bahasa

Sabtu, 29 Agustus 2015

Zhan Long Bagian 8 - Pedang Prahara


Zing!

Aku terpaku dan girang pada saat yang bersamaan. Akhirnya, si pemula jadi pro! Di dalam permainan ini benar-benar bisa membuat sebuah jurus! Keren! Jika menggunakan pedang, daya serangku akan meningkat sebanyak 10%. Jurus ini bisa dikatakan sangat kuat. Walau daya serangku sekarang hanyalah 6-6 dan peningkatan 10% masih belum akan terlihat. Nanti, setelah mendapatkan tenaga dan kekuatan yang lebih kuat, efeknya akan sangat besar. Pengaruh (buff) ini sangat bagus. Apalagi, senjata yang akan kugunakan nanti haruslah sejenis pedang. Kalau tidak, jurus ini akan sia-sia.

Setelah merenungkannya cukup lama, harus kuberi nama apa jurus hebat ini? Saat itu sebuah nama terlintas di benakku – Pedang Prahara!

Nama ini sangat tepat. Begitu kau mengayunkan pedangmu, terjadilah pertumpahan darah. Ini adalah jalan pedang. Pembuka dalam pertarungan. Akan kugunakan nama ini!

Ding!

Pemberitahuan: Selamat, kau berhasil menamai jurus. Kau adalah orang pertama yang menciptakan sebuah jurus mutu SS dari semua server. Apa kau ingin mengumumkan identitasmu?

Segera kutekan tombol ‘tidak’. Merendah bukan untuk pujian atau menyombong, tapi untuk melindungi hidupku. Sejak dahulu kala, mereka yang terkenal selalu diirikan. Saat identitasku diumumkan, siapa tahu berapa kali aku akan dibunuh. Bukannya aku takut akan publisitas, yang aku takutkan adalah dihajar massa. Begini sudah cukup. Dukun level 1. Para pro tidak akan peduli denganku. Spektakuler.

Ding!

Pemberitahuan: Selamat, pemain xxxx telah mempelajari jurus mutu SS – [Pedang Prahara]!

Sekarang seluruh server menjadi ribut.

Pada bagian daftar jurusku, sebuah ikon pedang muncul. Ini adalah jurus pertama yang kubuat dan juga jurus keduaku. Jurusku yang lain adalah jurus perdukunan, Hemostasis. Jurus setingkat D, dan adalah jurus paling rendah dalam jurus pemulihan. Apa pun itu, yang jelas masih bisa digunakan untuk memulihkan diri.

[Pedang Prahara] (SS): Saat menggunakan pedang, daya serangmu akan meningkat sebesar 10%. Tidak menghabiskan tenaga sedikit pun. Tidak bisa ditingkatkan.

[Hemostasis Lvl 1] (D): Memulihkan 50 HP, membutuhkan 5 MP. 0/100 EXP, level 1.

Setelah semua keperluan ini, akhirnya, aku siap untuk menaklukkan dunia!

Dengan ini, aku bersiap untuk keluar dari desa pemula, setelah lebih dari 24 jam pembukaan. Tasku masih belum memiliki bekal apa pun, tepatnya, aku belum mampu menambah perbekalan. Apapun, perlahan, aku akan mendapatkan apa yang kumau.

Di luar desa pemula, pemain yang masih kikuk terus membunuhi Anjing Rumput di dekat hutan. Anjing Rumput adalah monster level 1-2, yang merupakan monster paling lemah dalam permainan. Para pemain lemah ini.

Menjauh dari keramaian, aku mencari jalan lain. Bagian utara Desa Rumput Anjing merupakan hutan rahasia, tapi peta menunjukkan titik merah. Artinya, monster yang ada di sana memiliki level yang lebih tinggi dariku, tapi apa aku peduli? Aku akan ke sana, karena aku punya keuntungan. Aku bisa menyerang dan pemulihan dalam waktu yang bersamaan, dan juga memiliki Pedang Prahara untuk membantu, meski bantuannya tak begitu berarti.

Dari kejauhan, beberapa pemain bertengkar atas sebuah jubah putih biasa, dengan berteriak-teriak.

“Perlengkapan ini bisa dijual seharga 20 tembaga, ini adalah milik kami! Kamilah yang paling banyak melakukan kerusakan per detik (DPS – damage per second)!”

Aku tergelak.

“Dasar sekumpulan pemula!”

Menoleh ke bawah, aku melihat tumpukan keping tembaga yang teronggok begitu saja. Dengan sigap aku melihat sekitar. Bagus, tak ada orang lain. Aku segera mengambilnya.

Oh! Aku kaya! Ini benar-benar hari yang menguntungkan.

Semua uangku telah habis untuk memperbaiki pedang dan menyisakan 1 keping tembaga. Orang bodoh mana yang membunuh Anjing Rumput, tapi tak mengambil jarahannya? Jenius!

Melanjutkan perjalanan, setelah memutar dari tempat berbiak (spawn) Anjing Rumput, para pemain hanya berjumlah sedikit. Ada beberapa kumpulan semak-semak. Anjing Rumput sangat jarang berbiak.

Beberapa menit kemudian, terdengar suara geraman. Akhirnya, aku menemukan monster yang pantas untuk dihadapi. Monster tersebut adalah Dubuk. Hem, semua monster di sekitar desa pemula ini sepertinya sejenis anjing.

[Dubuk] (Monster Jelata)
Level: 3
ATK: 7-11
DEF: 3
HP: 150
Kemampuan: Tidak ada

Bagus, monster level 3. Hanya dengan membunuh dua di antara mereka, aku akan langsung naik menjadi level 2. Ayo!

Sring!

Kutarik pedang dari sarungnya, dan Pedang Prahara langsung diaktifkan. Menambah daya serangku sebesar 10%. Terus maju, meski tak terlalu dekat, Dubuk tersebut menggeram ganas ke arahku. Dia menyerbu, dan tanpa jurus, dia membuka rahang untuk menggigitku.

Cepat bertindak, sebelum Dubuk menggigitku, pedangku sudah mendarat di jidatnya. Srang! Angka -12 muncul. Saat itu juga, Dubuk menggigit kakiku, dan mengurangi 25 darahku. Ho ho, dua kali lipat dari kerusakan yang kuhasilkan.

Aku tak khawatir dan terus menyerang yang lebih cepat daripada Dubuk tersebut dan dia terus menggeram. Ketika aku menerima dua serangan, segera kuangkat tanganku dan sinar aneh mengelilingiku. Hemostasis!

+50

Menakjubkan! Bisa menyerang dan pemulihan. Dengan begini jalanku pasti akan sukses!

Setelah beberapa lama, aku membunuh Dubuk tersebut dan pengukur pengalamanku langsung terisi 50%. Di saat yang bersamaan, Dubuk tadi menghilang, meninggalkan dua keping tembaga. Aku cepat mengambilnya. Ganjaran yang lumayan.

Lanjut, setelah membunuh Dubuk berikutnya, cahaya keemasan muncul di kepalaku yang menandakan bahwa levelku meningkat. Aku menjadi dukun level 2. Seluruh 10 nilai kutambahkan pada tenaga seperti sebelumnya, tapi sebagai dukun, tambahan 10 nilai tenaga hanya memberikan 5-5 tambahan daya serang, karena aku hanya memiliki 0,5x pengalian tenaga. Jika pengamuk, serangan akan bertambah 11-11. Tak adil memang.

Setelah membunuh sepuluh Dubuk, kulihat titik sihirku tinggal sedikit. Hemostasis membutuhkan 5 MP dan MP-ku maksimal adalah 60. Tanpa barang pemulih, aku akan tewas di sini. Untungnya saat itu, aku sudah mencapai level 3. Darah dan MP-ku menjadi penuh kembali, dan lagi-lagi semua nilai kutambahkan pada tenaga. Karakterku menjadi seorang dukun petarung.

[Xiao Yao Zi Zai] (Dukun Baru)
Level: 3
ATK: 11-13
DEF: 4
HP: 120
MP: 70
Pesona: 0

Walau dukun lebih lemah dari yang lain, jika aku punya senjata yang bagus, dengan mudah aku bisa menembus pertahanan para monster, setidaknya jika selevel denganku. Jika demikian, akan sangat luar biasa, karena aku bisa memulihkan diri, jadi aku tak perlu khawatir akan tewas. Setelah bertarung cukup lama, aku akan punya kemampuan bertahan lebih lama dari golongan lain. Meski aku menambahkan semua nilai pada tenaga, jadi aku tak punya cukup MP. Aku perlu barang pemulih, jika tidak, aku tak bisa bertarung lama.

Hem, aku akan tinggal sebentar dan terus membunuh. Setelah punya sekitar 50 keping tembaga, aku bisa kembali dan membeli beberapa ramuan. Dengan itu, aku bisa masuk lebih jauh ke dalam hutan dan membunuh monster level tinggi.

Srang!

Setelah menebas kepala seekor Dubuk, dua tembaga lagi jatuh dan aku segera mengambilnya. Setelah menaikkan level, daya serangku semakin tinggi dan membunuh Dubuk menjadi lebih mudah dari sebelumnya. Sangat membantu.

Melewati beberapa dataran, dan terus melangkah, dari jauh aku melihat seekor Beruang Hitam yang berkeliaran di sekitar pepohonan. Level 5. Serangan serta pertahanannya sangat tinggi.

Dengan memegang pedang erat-erat, aku menghirup napas dalam. Aku akan mencoba untuk membunuhnya. Jika gagal, aku bisa melarikan diri!

Sekitar jarak 30 kaki dari beruang tersebut, dia mengganas dan menyerbu ke arahku. Tubuh besarnya melesat cepat. Bulu-bulunya berdiri dan dia mengeluarkan cakarnya.

Pam!

Darah segar bermuncratan ke mana-mana. Pertarungan di sini begitu nyata, bahuku terluka parah dan darah merah tersembur keluar. Jumlah kerusakan muncul.

-42

Sialan, ini sangat sakit!

Segera kuangkat pedangku namun hanya memberikan kerusakan sebanyak 15. Aku terus menyerang dan pemulihan di saat yang bersamaan.

Gah!

Beruang Hitam dengan ganas membuka rahangnya dan menggigit tanganku, meninggalkan bekas dalam. Lagi, dampaknya sangat besar.

-82

Ya, Tuhan. Aku hanya sanggup menerima sekali serangan lagi.

Setelah kabur, aku melangkah dua kali ke belakang dan berhasil memancing Beruang Hitam. Dia mengejarku, dan di waktu yang singkat itu, aku tak diserang. Kuangkat pedangku dan kulakukan pemulihan. Aku terus menyerang dengan cara demikian.

Padahal hanya monster level 5, tapi butuh setengah menit bagiku untuk mengalahkannya. Akhirnya, Beruang Hitam mati, sedang darahku hanya sisa 41.

Beruang tersebut rebah lalu menghilang. Aku mendegar suara barang jatuh, tapi tidak jelas apa itu kepingan atau tidak. Wah, aku mendapatkan perlengkapan. Lumayan, walau kelihatannya hanya pelindung pergelangan tangan biasa.

Aku segera mengambilnya.

[Sarung Tangan Beruang Hitam] (Putih)
Jenis: Zirah
DEF: 7
Syarat Level: 4

Zirahkah? Aku tak bisa memakainya, jadi akan kujual. Lagi pula ini hanya perlengkapan putih, jadi aku ragu jika ada yang menginginkannya.

Di sana juga terdapat 5 keping tembaga. Monster tingkat tinggi lebih baik dari pada Dubuk itu. Aku memungutnya, berbalik, lalu pergi. Untuk sekarang aku tak membunuh beruang lagi, karena serangan mereka sangat kuat dan aku sangat lembek. Aku tak boleh sembrono menerima serangan. Saat ini, aku tidak memakai perlengkapan apa pun selain pedangku. Orang yang tanpa perlindungan, akan mudah tewas.

Aku melanjutkan memburu Dubuk. Di level 3, membunuh monster level 3 jauh lebih mudah. Dan hanya sejam, aku mencapai level 4. Saat itu, di tasku ada 47 keping tembaga. Sangat banyak.

Di belakangku, ada beberapa pemain yang sedang berlatih. Mungkin aku tak akan berlama-lama di sini. Aku akan kembali ke desa dan mengatur semua barang-barangku, membeli ramuan, lalu pergi ke tempat yang lebih menantang.

Dengan membawa pedang, aku berjalan melewati dataran dengan kepala menunduk. Saat itu, beberapa orang juga lewat dan seorang barbar level 6 yang membawa kapak mendekatiku.

“Kawan, di tempat ini, apa kau mendapat perlengkapan yang bisa dipakai oleh pengamuk?”

Diam-diam aku mengeluarkan sarung tangan yang kudapat tadi.

“Perlengkapan putih, tanpa persyaratan golongan, apa kau mau?”

Dia tersenyum.

“+7 DEF, ya? Sebagai penahan (tank/tanker), tentu saja aku mau. Berapa harganya?”

Aku memandang ke sekeliling.

“Toko membelinya seharga 21 keping tembaga. Apa kau bisa membayar lebih?”

“Tentu saja,” si barbar tersenyum senang. “Akan kuberi kau 50 keping tembaga, bagaimana?”

“Baik, sah!”

Beberapa detik kemudian, aku pergi dengan pedangku. Di tasku terdapat 100 tembaga atau 1 perak.

Kembali ke Desa Rumput Anjing, aku mengeluarkan dua zirah yang kudapat dari membunuh para Dubuk, kulit mereka, dan juga beberapa perlengkapan hitam lainnya kujual semua. Akhirnya, tasku berisi 120 tembaga! Kumelihat-lihat di dalam toko. Jubah level 2, +2 DEF, 70 tembaga. Terlalu mahal. Lebih baik aku menunggu jatuhan dari monster saja.

Aku tiba di kedai ramuan. Satu ramuan biru level 1 memulihkan 50 MP seharga 5 keping tembaga masing-masingnya. Sekejap saja aku membeli 23 buah dan juga memperbaiki pedangku. Lagi, aku jatuh miskin, menyisakan hanya 1 keping tembaga. Aku seperti pemula.

Meninggalkan tempat itu, jalanku menjadi dukun petarung dimulai!

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan tanggapanmu!

Kesulitan Membaca di Blog Ini?

Bagi kamu yang kesulitan membaca dengan format yang sekarang dan ingin mengubahnya atau mau lebih nyaman lagi, bisa klik alamat ini untuk tahu caranya.

Ingin Gabung?

Jika ada yang ingin bergabung sebagai penerjemah atau penyunting, baik itu untuk proyek yang ada atau pun proyek milik sendiri/baru, silakan hubungi kami.

Populer Seminggu Ini

Diubah oleh Pandeka Api. Diberdayakan oleh Blogger.