11 Caro Cadiak, Pandai pandeka.api@gmail.com Angko-angko agak bara -

Cerita di Balik Kata, Kisah di Balik Bahasa

Jumat, 28 Agustus 2015

Zhan Long Bagian 1 - 34Dewi


Di teriknya musim panas, cahaya matahari serasa membakar kulitku. Saat aku berdiri di pos penjagaan, keringat bercucuran membasahi wajah, hingga menetes ke seragam hijau rumput ku, seolah-olah aku sedang disirami air, yang membuat panas ini semakin menjadi.

Aku berdiri tak bergerak. Keringat menetes dari keningku, menuju bulu mata, yang membuat mataku hampir kemasukan keringat. Sialan! Kepala Keamanan sengaja menyingkirkan payung yang ada di pos ini yang tujuannya adalah untuk menyiksaku, orang baru di bagian keamanan. Tak apa, aku akan menjadi manusia yang lebih baik dan tak akan mengeluh... Sial benar, aku mati kepanasan di sini.

Namaku Li Xiao Yao. Nama yang tak biasa, bukan? Orang tuaku berharap bahwa aku tumbuh menjadi manusia penumpas kejahatan, pembela keadilan, tapi aku tak mampu memenuhi harapan itu. Siapa pun yang melihat, aku hanyalah orang biasa yang baru bekerja tak kurang dari dua bulan menjadi satpam di sebuah perusahaan daerah Hangzou yang bergerak di bidang sains. Aku harus menanggung malu dan mampu bertahan beberapa hari tanpa makanan. Semua itu dikarenakan gajiku tak cukup untuk memenuhi makan tiga kali sehari. Bahkan aku tak diberi seragam lengkap dan juga terpaksa untuk bekerja setiap hari di tengah siang bolong pada musim panas ini. Hidupku sangat perih, pedih, dan pahit.

Selain itu, aku membayangkan untuk bertemu dengan perempuan cantik dengan seragam kerjanya, tapi selama hampir dua bulan aku di sini, hal yang demikian nihil sama sekali. Perempuan di sini begitu jelek hingga membuat orang gemetar ketakutan, dan bahkan dengan berdandan pun, bulu kudukmu masih merinding melihatnya.

Saat kualihkan pandangan ke gedung perusahaan, dari kejauhan kulihat seorang perempuan keluar. Dia adalah Wang Yan, bunga kembang bagian perbankan. Dada dan kakinya bernilai sembilan, sayang sekali wajahnya hanya bernilai satu.

Wang Yan mengenalku. Melenggok, dia berjalan keluar gedung dengan santai. Dia mengenakan sepatu hak setinggi tujuh sentimeter dan kaki jenjangnya yang putih mulus itu terpampang dengan jelas. Begitu dekat dengan pos penjagaan, di tersenyum dan berkata,

“Li Xiao Yao, <Kismat> akan buka dua hari lagi. Apa kau tetap akan melanjutkan pekerjaan membosankan ini? Atau ikut dan bergabung denganku di bagian perbankan sebagai suruhanku? Kau lihat, aku punya helm edisi terbatas ....”

Aku melirik sebuah helm warna putih, yang benar merupakan helm edisi terbatas untuk <Kismat>. Helm ini seharga paling kurang sepuluh ribu yuan dan gajiku sebulan hanya seribu yuan. Ah, sudahlah!

Aku menanggapi perkataannya itu tanpa meninggi atau pun merendah.

“Jika begitu, saya yang jadinya tak enak, Nona Wang. Saya harus berusaha sendiri untuk mendapatkan apa yang saya inginkan.”

Wang Yen lalu mengangkat helm tersebut, memajukan dada, sehingga menampakkan dua gunungnya.

“Dengar, aku sangat suka terhadap sikap dinginmu itu. Coba pikirkan baik-baik. Jika kau berubah pikiran, aku bisa menyediakan makanan tiga kali sehari dan kartu permainan. Juga ....”

Dia dongakan kepalanya dan menatapku penuh rayu, pinggulnya menekan ke depan, seolah-olah mengatakan ‘jika kau berlaku baik, hadiah khusus akan diberikan’, dengan senyuman menggoda.

Aku tetap diam hingga si kembang ini pergi, yang kemudian aku baru bisa bernapas lega.

Kepala Keamanan Lao Yu mendehem, lalu berkata sambil tersenyum.

“Li Xiao Yao, Wang Yan menyukaimu, kan?”

Aku masih diam dan tetap berdiri, membiarkan sang mentari memanaskanku seperti ayam Australia panggang. Aku serasa menguap.

Sejujurnya, bukanlah Wang Yan yang membuatku sangat tergoda. Ya, yang membuatku tergoda adalah <Kismat>. Butuh waktu sepuluh tahun untuk pengembangannya hingga diluncurkan. <Kismat> mengatakan bahwa tingkat realistisnya mencapai sembilan puluh tujuh persen, dibandingkan yang lain hanya mencapai tiga puluh sembilan persen. Ditambah lagi, aku sebagai pemula yang belum pernah menyentuh VRMMO sama sekali, bagaimana tidak tergoda? Sayangnya, gaji bulananku sangat menyedihkan untuk bisa hidup dalam kemewahan.

Tubuhku sedikit tergetar yang membuatku mulai menyangka bahwa aku benar-benar menguap, hingga Lao Yu berteriak.

“Li Xiao Yao, kau tak perlu berjaga lagi, Liu Zong butuh bantuanmu dia bagian pemotretan. Sekarang akhir minggu dan ada sekelompok model yang akan pemotretan. Sepertinya mereka kekurangan tenaga.”

“Siap, Pak!”

Bagian pemotretan berada di lantai tujuh. Bisanya mereka mengundang beberapa bintang atau model untuk pemotretan dalam rangka mempromosikan produk baru. Dan apa tugasku di sini, aku juga tidak tahu.

Begitu tiba di lantai tujuh, seorang staf segera mengetahuiku.

“Li Xiao Yao, pergi ke studio perfilman dan bantu kami memindahkan barang, cepat.”

Ternyata! Aku sudah menduga bahwa hidupku adalah sebagai pemindah barang.

“Hei, apa kau tahu siapa yang akan pemotretan hari ini?” dia menepuk bahuku dan bertanya.

“Tidak. Siapa pun mereka, aku sama sekali tak peduli,” jawabku sambil menggeleng.

Dia tersenyum, lalu berkata.

“Pantas kau tidak pernah punya pacar selama ini, kau terlalu keras kepala!”

Tidak pernah punya pacar!

Empat kata yang diucapkannya seperti hantaman keras ke jantungku, membuat rasa percaya diriku hancur lebur.

“Siapa yang membuatmu hingga seperti ini?” tanyaku.

“Bintang besar, kawan. Dan kecantikannya sulit diukur! Kau bisa bilang bahwa kau beruntung hari ini, bisa melihat gadis cantik setara dewi!”

“Lupakan tentang bintang, aku di sini hanya untuk memindahkan barang.”

 “….”

Begitu memasuki studio, sebelum aku selesai memindahkan barang, sutradara berteriak.

“Li Xiao Yao, pergi ke gudang 13 dan ambilkan tangga. Cepat!”

“Baik!”

Aku merupakan orang yang cukup penting di perusahaan ini, kapan pun ada barang yang akan dipindahkan, aku pasti menjadi pemindahnya. Dengan begini, tak lama lagi aku bisa menjadi CEO.

Aku bergegas ke pintu gudang dan saat mencoba membukanya, ternyata dalam keadaan terkunci. Ya, tak apa, aku punya kuncinya. Dengan mencoba satu persatu kunci yang kubawa, akhirnya pintu ini terbuka.

Kriek!

Aku segera masuk dan kemudian terdengar sebuah teriakan. Pemandangan yang berada di depan hampir membuatku lunglai-

Apa yang akan kuceritakan berikut merupakan sesuatu yang bisa membuat hidung laki-laki berdarah. Di sana berdiri seorang perempuan dengan tubuh aduhai yang sepertinya sedang berganti pakaian. Dia pun masih memegang BH berwarna merah muda yang belum terpasang dan dua puncak kembarnya sedikit tergetar. Di atasnya ada dua daging dengan warna serupa stroberi yang masih segar. Kuteruskan melihat ke bawah, terlihat bagian privatnya yang hanya tertutup pakaian yang sangat tipis, selanjutnya adalah sepasang kaki seputih mutiara. Pemandangan yang sungguh memesona!

Dia terpaku terdiam dan berdiri dalam keadaan bingung, menatapku penuh amarah selama dua detik, sebelum dengan tenang berkata,

“Siapa kau?”

Aku tersentak karenanya. Tanpa berkata apa-apa, aku segera keluar dan menutup pintu.

Dengan sesak napas, aku berdiri diam di sana. Untungnya, ketika aku mengusap bagian bawah hidungku, tak ada darah yang keluar. Juga tak ada suara yang terdengar dari dalam. Perempuan ini terlihat indah dan menyejukkan, berbeda jauh dengan perempuan yang bekerja di perusahaan kami. Dan jika aku tak salah, mungkin dialah bintang yang dibicarakan oleh orang tadi. Apa yang telah aku lakukan?

Dengan tinggi 1,7 meter, penampilan bernilai sempurna, sepuluh poin, begitu juga dengan tubuhnya, dan tak perlu disebutkan lagi, ukuran dadanya adalah 34D. Pastilah seorang bintang.

Meski hati ini sedikit terkoyak dari kesulitan yang kujalani selama menempuh kehidupan, kupikir kali ini segala apa yang kuinginkan sudah bisa dikatakan terpenuhi.

Kuperhatikan papan tanda yang terpasang pada pintu, hingga akhirnya aku menyadari apa kesalahanku. Di sana bertulisan Ruang Ganti B, yang kusangka adalah 13. Lalu, di mana gudang 13? Dan, siapa pula yang membuat papan tanda ini, yang huruf B-nya seperti angka 13?

Sepuluh menit kemudian, aku kembali ke studio dengan penuh rasa takut sambil membawa tangga.

Di atas panggung, seorang perempuan bergaun ungu dimandikan oleh cahaya berkilauan  sedang memegang produk perusahaan kami. Senyumannya sangat berseri dan membuat hatiku meleleh. Siapa pun bisa tetap berada di sini selama mungkin sambil menikmati semua keindahan itu. Sutradara di sana berdiri terdiam, mengagumi kecantikan sang perempuan, yang berbeda denganku. Benar, perempuan ini adalah si 34D! Mati aku, dia benar-benar sang bintang.

“Cut!”

Sambil meletakkan tangga, aku berbisik pada sutradara.

“Pak, saya sudah membawakan tangganya, apa ada yang lain?”

Tanpa memalingkan kepalanya dari 34D, di menjawab,

“Tak apa, kau sudah bisa pergi!”

“Baik ....”

Saat aku akan meninggalkan tempat itu, perempuan yang berada di bawah cahaya terang tadi berdiri, lalu berkata,

“Hei, kau yang berpakaian satpam, jangan pergi dulu.”

Sutradara jadi kebingungan.

“Nona Lin, apa yang anda butuhkan?”

34D melihatku dengan mata indahnya yang memancarkan kelicikan. Dia berkata sambil tersenyum lebar.

“Pengawalku sudah pergi karena ada tugas mendadak. Karena itu, aku terpaksa pulang sendiri. Aku ingin satpam ini yang mengantarkan pulang sebagai gantinya.”

“Ya, tentu saja!”

Sutradara menepuk bahuku, lalu bergumam.

“Nasibmu sangat beruntung, kau jadi pilihannya.”

Aku hanya bisa tersenyum ringan, lalu mengangkat kepalaku untuk menatapnya.

“Pilihannya? Sudah jelas dia berpikir bagaimana cara menyingkirkanku ...,” pikirku.

Setengah jam kemudian, semua pemotretan selesai. 34D melewatiku, aroma tubuhnya masuk ke hidungku. Dia tersenyum dan berkata,

“Tunggu sebentar di sini.”

Aku tundukkan kepala dengan telapak tangan penuh keringat. Situasi saat ini benar-benar gawat.

Sekitar sepuluh menit berlalu. 34D keluar dari ruang ganti dengan memakai baju putih dan celana pendek, membuatnya terlihat segar dan baru. Sepasang kaki yang memesona dan pipi yang menggoda akan membuat siapa pun terkagum, tapi hatiku tak tergerak sedikit pun untuk itu. Ini dikarenakan aku bisa merasakan maksud tersembunyi dari senyumannya. Gadis sepertinya pasti memiliki kekuatan lebih untuk mencelakai daripada para perempuan jelek itu.

“Pergi sekarang?” dia bertanya sambil tersenyum.

Aku mengangguk dalam.

Kuikuti dia keluar gedung. Langit terlihat mendung, yang sebentar lagi sepertinya akan hujan.

Di parkiran, sebuah mobil putih Audi TT berkilat kilau. Kukepalkan tangan, tak tahu apa yang harus diperbuat.

“Masuk!” katanya memerintah.

Dengan patuh aku masuk dan duduk di kursi penumpang, sementara dia duduk di kursi kemudi. Setelah meletakkan barang-barang, dia melihat ke arahku dengan tatapan misterius dan berkata.

“Jangan takut, kita akan pergi main sebentar.”

“Pergi main ...,” gumamku.

Jantungku berdebar cepat. Apa dia ingin main dengan Audi-nya atau main denganku?

Mesin Audi TT meraung seraya keluar dari lapangan parkir. Tanpa berhenti di daerah perkotaan, dia langsung mengemudikannya menuju jalan pendakian Gunung Tianping. Pada saat yang bersamaan, langit dipenuhi guruh dan hujan mulai berjatuhan. Rintik hujan terdengar berdendang menabuh jendela, namun kecepatan mobil ini tak berkurang sedikit pun, yang membuat jantungku hampir putus. Walau si 34D ini mengemudi dengan lihai, tetap saja hal yang seperti ini sangat berbahaya.

Terdengar bunyi ciut roda Audi saat mengerem dan berhenti di tepi jalan. Pelan-pelan dia menyandarkan tubuh ke kursi, lalu melihatku dengan tersenyum.

“Tunggu sebentar.”

“.…”

Dia menghubungi seseorang lewat ponsel.

“Aku sudah sampai. Apa kalian masih lama? Kenapa? Hanya karena hujan, kita tidak bisa balapan? Jangan banyak cincong dan cepat ke sini!”

Aku tidak berkata apa-apa, tapi aku sudah bisa mencium sesuatu yang berbahaya.

Seperti yang kuduga, tiga puluh menit kemudian, dua mobil saling pacu ke atas gunung. Satu Ferrari dan satunya lagi Camaro. Keduanya sama-sama lihai. Ini pasti balapan antar anak orang kaya. Meski pun TT termasuk mobil hebat, tapi bagaimana bisa dibandingkan melawan Ferrari?

Aku melihat ke arah 34D dan dia juga melihat padaku, tersenyum lebar yang membuatku menciut.

“Kau ...,” aku tetap tenang dan melanjutkan, “Apa kau berencana mati denganku?”

34D tersenyum dan dengan lembut berkata,

“Ada apa, kau takut?”

Aku luruskan dadaku dan berucap,

“Jangan konyol!”

“Juga, caramu menatapku di ruang ganti barusan sudah menentukan takdirmu,” katanya.

“Maaf, aku tak bermaksud. Aku hanya mencoba mencari tangga.”

34D meregangkan tubuhnya, berkata dengan tersenyum.

“Tak apa, aku tak masalah.”

“Bagaimana tak masalah, aku di sini hampir mati!” ucapku dalam hati.

  2 komentar:

  1. Boleh masukin ke wattpad gk min?

    BalasHapus
    Balasan
    1. silakan, sob. selama disebutkan pengarang dan penerjemahnya. cuma, saya tidak melanjutkan terjemahan ini lagi dan sudah dilanjutkan oleh penerjemah lain. jadi, terjemahan saya tidak lengkap.

      Hapus

Berikan tanggapanmu!

Kesulitan Membaca di Blog Ini?

Bagi kamu yang kesulitan membaca dengan format yang sekarang dan ingin mengubahnya atau mau lebih nyaman lagi, bisa klik alamat ini untuk tahu caranya.

Ingin Gabung?

Jika ada yang ingin bergabung sebagai penerjemah atau penyunting, baik itu untuk proyek yang ada atau pun proyek milik sendiri/baru, silakan hubungi kami.

Populer Seminggu Ini

Diubah oleh Pandeka Api. Diberdayakan oleh Blogger.