11 Caro Cadiak, Pandai pandeka.api@gmail.com Angko-angko agak bara -

Cerita di Balik Kata, Kisah di Balik Bahasa

Senin, 31 Agustus 2015

Zhan Long Bagian 15 - Harga untuk Burung Bulu Perak


[Sebelumnya] [Daftar Bagian Cerita] [Selanjutnya]

Cukup lama aku berpikir untuk membunuhnya atau tidak. Seekor monster level 1 sangat langka, atau tepatnya pemain yang memiliki kartu seekor monster dan menemukan monster sejenis yang berlevel 1 sangat jarang. Sayangnya, aku hanya memiliki Kartu Kelelawar Vampir dan belum menemukan kartu untuk burung tersebut. Dengan penuh penyesalan, aku meninggalkan tempat itu.

Tidak, tidak, tidak. Aku tak akan menyerah. Kuputuskan, meski jika kau harus menunggu sampai laut menjadi kering, semua gunung menjadi rata, aku akan menangkapnya. Hingga aku menemukan Kartu Burung Bulu Perak, aku akan terus berburu, berburu, dan berburu.

Aku berjalan tanpa arah di sekitar hutan mengumpulkan Daun Perak dan membunuh Burung Bulu Perak. Sebagian akan merasa ini membosankan, hanya berjalan dan melakukan hal yang berulang, tapi bagiku ini adalah kesempatan untuk mengasah jurus dan kemampuan. Ini belum ada apa-apa dengan saat aku di tengah padang pasir selama 36 jam, menunggu transaksi narkoba di dekat perbatasan. Selama itu, aku hanya berbaring tanpa makan dan bergerak. Walau banyak serangga yang berjalan di atasku, aku tak bergerak sedikit pun. Dibandingkan itu, keduanya bagaikan bumi dan langit.

Lima jam terlewati dan hari menunjukkan jam 8 malam. Hanya Tuhan yang tahu berapa banyak Burung Bulu Perak yang sudah kubunuh. Bagusnya, dengan ini, aku sudah mencapai level 15. Ditambah, selama perburuanku, aku mendapatkan 5 barang setara putih dan kepingan tembaga yang jika ditotalkan menjadi tujuh keping perak. Sayangnya, daya tahan Pedang Berduriku tinggal 10%. Aku harus segera kembali ke kota sebelum melanjutkan perburuan.

Ciat, ciat, ciat.

Seekor Burung Bulu Perak menerjang ke arahku, cari mati. Burung ini terus mencicit dan berputar di udara, saat Pedang Berduriku menebasnya dua kali, langsung mati. Begitu tewas, dia meninggalkan dua benda yang membuatku jantungku berdebar. Satu mantel hijau dan satunya ... adalah kartu gambaran. Setelah 5 jam, apa perjuanganku membuahkan hasil?

Membungkuk, aku mengambil kartu itu. Ini benar-benar Kartu Burung Perak! Tanpa pikir panjang, aku menyimpannya. Di dalam Buku Gambaranku, keterangan kartu ini bisa dilihat.

[Burung Bulu Perak]
ATK: ★★★☆
DEF: ★★
HP: ★★☆
Ketangkasan (AGI): ★★★★
Daya Sihir: ★☆
Kemampuan: Serangan Bulu

Burung ini memiliki daya serang 3,5 bintang dan 4 bintang pada ketangkasan. Ini sudah cukup baik sebagai prasyarat sebagai peliharaan penyerang. Untuk sekarang, ini pasti adalah peliharaan penyerang tingkat tinggi. Kelemahan hanya terdapat pada pertahanan dan daya sihir, tapi itu tak jadi masalah besar, karena peliharaan tujuan utamanya adalah membantu pemiliknya menaikkan level, bukan menentukan dalam pertarungan.

Terlebih, saat aku memungut mantel hijau tadi, aku menyengir. Mantap!

[Mantel Bulu Perak – Hitam Besi]
Jenis: Mantel
DEF: +30
STR: +4
Syarat Level: 15

Mantel tidak memiliki batasan golongan, seperti zirah rantai, zirah bulu, atau zirah kain. Ini artinya pertahanan mereka lebih lemah dari perlengkapan bertahan khusus lainnya. Tapi bagiku yang hanya punya 29 nilai pertahanan dan ditambah 30 dari mantel, artinya pertahananku berlipat ganda. Tidak sia-sia berburu Burung Bulu Perak ini selama 5 jam.
Dengan mantel hijau, tampilan yang seperti pemula hilang. Yang lebih penting, statusku juga meningkat.

[Xiao Yao Zi Zai – Dukun Murid]
Level: 15
ATK: 101-112
DEF: 59
HP: 240
MP: 210
Pesona: 0

59 nilai daya tahan, aku sudah bisa menjadi penahan tingkat pemula. Hatiku senang sekali. Kuacungkan pedangku ke atas dan segera menuju di mana aku menemukan Burung Bulu Perak level 1 tadi. Aku harap dia belum dibunuh atau pun disegel. Burung tersebut adalah milikku, dan siapa pun yang mengusiknya akan menerima kemarahanku.

Sekembalinya ke pohon di mana aku menemukan burung level 1 tadi, aku melihat ke sekitar untuk memastikan dia masih ada atau tidak. Bagus!

Penuh semangat, aku mengeluarkan dua Segel Monster dari tasku, yang masing-masingnya seharga satu keping perak. Meski aku sudah mengunci Segel Monster ke Burung Bulu Perak, dia masih tetap berkicau ria. Sementara itu, Segel Monster, menunjukkan tingkat keberhasilan menyegelnya yang berjumlah 27,4%.

Apa!! Walau ini hanyalah segel rendahan, tidak mungkin tingkat keberhasilannya serendah itu, bukan? Aku hanya membawa dua segel. Mungkin ini saatnya untukku berdoa.

Sra.

Aku melemparkan segel tersebut dan enam kilatan petir menyambar, mengurung Burung Bulu Perak. Setelah melakukan itu, kilatan tersebut mulai berkedip. Dari terang menjadi kelam, lalu terang lagi. Dalam beberapa detik, kilatan tersebut terpendar, menandakan penyegelannya gagal.

“Sialan!”

Amarah membara dalam tubuhku, satu keping perak melayang hilang. Sebaliknya, burung tersebut menjadi marah atas perbuatanku dan langsung menyerang. Serangannya tepat ke dadaku dan muncul angka -14. Luar biasa, untuk kemampuan serangan level 1, membuat daya rusak setinggi itu, potensinya sangat besar jika levelnya lebih tinggi.

Memantapkan diri, aku keluarkan segel berikutnya. Sra.

Segel tersebut melayang dan mengenai si burung. Kilatan petir yang menyambar, kembali mengurung burung tersebut. Meskipun tekanan cukup besar dari segel, si burung tidak mau menyerah dan berusaha untuk lepas. Beberapa kali dia jatuh bangun menghadapi kilatan petir dari segel. Di saat terakhir, ketika pengaruh dari Segel Monster mulai padam, aku berdoa semoga burung ini berhenti berjuang. Burung, ayolah, menyerah saja. Aku janji akan memberimu jawawut paling enak yang berasal dari Shu Bei Zun An!

Akhirnya, doaku terkabul, dan sekilat cahaya yang terang daripada yang lain bergelora dan menarik si burung ke dalam segel. Dalam sekejap, burung tersebut menghilang, dan ruang peliharaanku yang tadinya kosong, sekarang di dalamnya terdapat si burung perak.

Ting.

Pemberitahuan: Selamat, kamu berhasil menyegel Burung Bulu Perak. Dikarenakan kamu adalah pemain ketiga yang berhasil menyegel peliharaan, kamu akan mendapat tambahan 2.000 EXP dan 1 nilai pesona.

Sra.

Levelku bertambah, menjadi 16. Siapa kira, menyegel monster memberimu pengalaman. Ditambah, satu nilai pesona. Walau aku tidak tahu apa gunanya, yang jelas pasti ada.

Kubuka ruang peliharaanku dan melihat status Burung Bulu Perak. Hem, lumayan kuat.

[Burung Bulu Perak]
Level: 1
ATK: ★★★☆
DEF: ★★
HP: ★★☆
AGI: ★★★★
Daya Sihir: ★☆
Kemampuan: Serangan Bulu
Tingkat Mutu: 47%

Melihat status tersebut, aku paham, bahwa semua Burung Bulu Perak memiliki status bintang yang sama. Pembeda baik atau tidaknya adalah pada mutu tiap burung. Contoh, peliharaanku bermutu 47% yang menentukan kedudukannya di antara Burung Bulu Perak yang lain. Tapi apa sebenarnya mutu 47% ini?

Dalam keheningan, aku membuka forum dan mencari informasi. Akhirnya, aku berhasil menemukan.

[Tingkat Mutu]: Singkatnya, yang membedakan antara dua peliharaan adalah dari persentase mutu mereka. Status peliharaan bisa dihitung dengan rumus status * (1 + Tingkat Mutu). Ini artinya, mutu mempengaruhi potensi peliharaan.

Oh, jadi dalam kasusku, dengan mutu 47%, peliharaanku memiliki status * (1 + 47%) lebih tinggi dari Burung Bulu Perak biasa. Tapi ini mendatangkan masalah baru karena peliharaan yang memiliki mutu 100% akan memiliki status dua kali lipat dibanding peliharaan dengan mutu 0%. Sial! Peliharaan yang memiliki mutu rendah sama dengan tiada guna.

Kulihat lagi status peliharaanku. Karena persentase mutunya, Burung Bulu Perak ini termasuk peliharaan tingkat menengah. Kebahagiaanku setelah berhasil menyegelnya langsung sirna. Biarlah, daya tahan Pedang Berduriku juga sudah hampir habis, jadi aku akan kembali ke kota untuk memperbaikinya. Saat yang sama, di tasku penuh dengan Daun Perak yang berhasil kukumpulkan. Dan untuk Burung Bulu Perak ini, aku tak berencana untuk menaikkan levelnya. Bukan karena statusnya yang rendah, tapi karena aku harus menjualnya untuk membeli Perapian Alkimia agar bisa membuat Ramuan Daun Perak.

Biaya penggunaan gulungan penarik sebesar 1 keping emas. Aku tak sanggup membayarnya, tapi aku bisa berlari ke Ba Huang.

Setelah tiba di Ba Huang, aku segera memperbaiki perlengkapan, lalu pergi ke alun-alun utara. Di sini keadaan sangat sibuk, teriakan para pemain mencoba mengiklankan produk mereka juga sangat ribut.

“Menjual zirah rantai level 9 setara putih! Memberikan tambahan nilai 40 DEF! Jangan sampai ketinggalan! Para ksatria, ahli pedang, atau biarawan! Harga rendah, cuma 1 keping perak! Jangan sampai terlewatkan!”

“Menjual Buah Rumput, harga 4 keping tembaga per buahnya! Lebih murah daripada di toko NPC! Para petualang, kau mesti membelinya untuk pacarmu yang dukun dan bahkan jika kau belum punya, ini akan membantu untuk mendapatkannya!”

“Menjual belati level 5 setara hitam besi! Daya serangnya 12-15 dan menambah nilai ketangkasan! Pembunuh, datang dan lihatlah! Dijual murah, coba sebutkan berapa sepantasnya, tapi jika kau tidak punya 20 keping perak, tidak usah ke sini!”

Kulihat isi tasku, sepertinya tak ada yang laku dijual. Gantinya, aku membeli 50 Perapian Alkimia dan membuat 50 Ramuan Daun Perak. Setelah itu, aku meletakkan ke-50 ramuan level 2 ini di depanku, memasang harga 40 keping tembaga masing-masingnya, lebih murah dari toko NPC. Aku membuka kedai kecil.

Setelah itu, aku memanggil peliharaan milikku, Burung Bulu Perak. Memampang statusnya dan berteriak keras.

“Peliharaan yang baru disegel, Seekor Burung Bulu Perak, yang terfokus pada daya serang dan ketangkasan. Juga memiliki kemampuan Serangan Bulu. Ini pasti akan menjadi penyerang terbaik saat ini! Datang dan pasang hargamu!”

Teriakanku berpengaruh besar. Setelah selesai berteriak, kedaiku dikerumuni banyak orang yang memasang harga mencengangkan.

Seorang ksatria level 11 dengan perlengkapan setara putih menawar.

“Kawan, bagaimana kalau 80 keping tembaga?”

Seorang gadis dukun level 15 juga ikut menawar dengan terlebih dahulu menunjukkan tubuh aduhainya.

“Tampan, aku menginginkannya! Bagaimana kalau 40 keping perak? Jual saja kepadaku. Dan, apa kau punya pacar? Jika tidak, kau bisa memberikannya sebagai hadiah padaku, bukan?”

Orang-orang yang ada di sana tertawa mendengar penawaran tersebut. Aku hanya bisa berdiri canggung, berpikir, meski jika ada orang memberikan Burung Bulu Perak dengan mutu 100%, aku tak pernah dekat denganmu.

Penawaran terus datang, tapi tak ada yang di atas 1 keping emas, mungkin karena kebanyakan uang mereka untuk membeli ramuan, atau karena membunuh monster hanya memberikan beberapa keping tembaga, jadi untuk memiliki 10.000 keping tembaga terlalu khayal. Namun daripada semua itu, aku tahu bahwa burung ini sekurang-kurangnya seharga 5 keping emas.

Dua puluh menit menunggu, akhirnya, seorang ahli tembak muncul dari keramaian. Tangannya ditutupi cahaya kehitaman. Ya, dia punya pelindung pergelangan tangan dari bulu setara hitam besi. Ditambah, level 18 dan namanya Piggy. Ini dia, pembeli sesungguhnya.

Begitu melihat peliharaanku, tatapan Piggy penuh nafsu, namun segera dia sembunyikan dan menunjukkan ekspresi tak peduli. Dia ingin menjatuhkan harga!

Aku tersenyum padanya.

“Hai, kau. Tertarik membelinya?”

“Harga burung ini, berapa sebenarnya? Jangan coba-coba memompa harga!”

Aku membasahi bibir dengan lidah sebelum menjawab.

“Banyak orang yang menginginkannya. Kau dan aku tahu ini. Harga paling rendah adalah 5 keping emas, kurang dari itu aku tak akan menjualnya. Saat ini, ketika tak ada seorang pun yang punya peliharaan, memilikinya akan membantumu menaikkan level lebih cepat. Kau pasti tahu akan ini, karena ini, peliharaan ini pantas untuk tiap keping tembaga.”

“Ya, aku tahu. Bisa tunggu sebentar? Bosku akan kemari,” jawabnya sambil mengangguk.

Tak lama, keramaian memisah karena seorang ahli pedang level 18. Dengan pedangnya, dia segera ke kedaiku dan tertawa.

“Di Ba Huang ada peliharaan? Ha ha, aku beruntung, peliharaan ini sudah pasti menjadi milikku!”

“5 keping emas,” ucapku.

“5 keping emas? Omong kosong!” dia terperangah. Tiba-tiba dia teringat sesuatu. “Sial, ternyata kau!”

Aku melihat namanya dan juga terkejut. Di depanku adalah Penguasa Barat, ‘teman’ lamaku.

Sra.

Aku mengemasi kedai dan tersenyum padanya.

“Aku tak menjualnya!”

“Hei, tunggu ...,” Piggy segera menghentikanku dan berkata. “Kawan, jangan biarkan dendam mengganggu usahamu. Kau lihat, bosku ini sangat amat menginginkan peliharaan ini. Sebelumnya kau bilang, harganya 5 keping emas, baik, setuju. 5 keping emas untuk peliharaan ini!”

Keningku berkerut dan kemudian aku bersandar ke dinding. Dengan tangan terlipat di depan dada, aku tersenyum dan berkata.

“Jika aku menjualnya pada Penguasa Barat, maka aku ingin 20 keping emas. Tak kurang dari itu. Apa masih mau?”

[Sebelumnya] [Daftar Bagian Cerita] [Selanjutnya]

  1 komentar:

Berikan tanggapanmu!

Kesulitan Membaca di Blog Ini?

Bagi kamu yang kesulitan membaca dengan format yang sekarang dan ingin mengubahnya atau mau lebih nyaman lagi, bisa klik alamat ini untuk tahu caranya.

Ingin Gabung?

Jika ada yang ingin bergabung sebagai penerjemah atau penyunting, baik itu untuk proyek yang ada atau pun proyek milik sendiri/baru, silakan hubungi kami.

Populer Seminggu Ini

Diubah oleh Pandeka Api. Diberdayakan oleh Blogger.