11 Caro Cadiak, Pandai pandeka.api@gmail.com Angko-angko agak bara -

Cerita di Balik Kata, Kisah di Balik Bahasa

Senin, 31 Agustus 2015

Zhan Long Bagian 11 - Obsesi Membunuh



Saat dalam wujud roh, aku berlari ke bangkai bos. Di dekatnya, Penguasa Barat sedang menjagai mayatku. Sepertinya dia berencana untuk membunuhku setelah hidup lagi, berharap aku menjatuhkan Pedang Berduri.

Aku hanya bisa tertawa melihatnya. Aku tak peduli anjing kecil seperti kalian menjaga mayatku, aku hanya perlu menunggu. Waktuku banyak dan kita lihat siapa yang bisa lebih bersabar.

Saat itu, ponselku berdering dan panggilannya diteruskan ke dalam <Kismat>. Panggilan dari Wan Er.

“Li Xiao Yao?” suara Wan Er benar-benar memukau.

“Iya, Nona?” balasku.

Wan Er tertawa sebelum tersenyum.

“Yue Er dan aku berencana keluar untuk makan, datanglah ke asrama kami dan tunggu.”

“Baik, saya akan tiba lima menit lagi.”

“Bagus, kami tunggu.”

Ketika melihat ke kelompok Penguasa Barat, aku diam-diam tersenyum dan berpikir. Aku mau makan gratis dulu, nikmati waktu kalian! Lalu aku keluar masih dalam wujud roh yang memastikan keselamatanku dalam permainan.

Setelah melepas helm, aku memandangi teman sekamarku. Mata Empat tersentak di atas tempat tidurnya. Dia pasti sedang bertarung sengit. Biarlah, itu masalahnya dan saatku untuk pergi!

Di asrama putri, Wan Er dan Cheng Yue menunggu di luar. Begitu melihatku, mereka segera mendekat. Cheng Yue memegang perutnya dan mengeluh.

“Aku sudah minta Wan Er untuk makan malam, tapi dia memaksa untuk terus main. Sekarang aku kelaparan, ayo cepat cari makan.”

Aku tersenyum.

“Baiklah.”

Kantin kampus buka 24 jam, yang menunjukkan betapa kayanya ULH.

Setelah memesan beberapa makanan, aku menyantapnya. Karena sangat lapar, aku tanpa sungkan memakan 7 buah roti kukus dengan cepat. Dua gadis di depanku terkejut melihat aku seperti orang kelaparan. Dari jauh, beberapa mahasiswa juga sama terkejutnya. Mereka menatapku.

“Dia itu ... tak peduli sedikit pun meski sedang di depan dua gadis itu!”

Senyum Wan Er membeku dan menatapku tajam.

“Apa kau belum makan selama bertahun? Maka pelan-pelan.”

Aku mengangguk tanpa membantah. Gantinya, aku meminum sup makanan laut sekali teguk. Waduh, kapan aku pernah merasakan makanan seenak ini? Jadi orang kaya benar-benar memuaskan.

Cheng Yue menghabiskan makanannya dan sebelum meminum supnya, dia melihatku.

“Xi Yao. Hari ini kau sudah lewat level 1, bukan?”

“Ya, aku sudah level 9.”

“Oh! Kau lumayan cepat, menjadi level 9 dalam 10 jam!”

Wan Er tetap tak menunjukkan reaksi apa-apa, melihat ponselnya dan bicara pada Cheng Yue.

“Sudah terlalu malam, kita harus cepat kembali dan tidur.”

Dia tak memedulikanku.

Aku bertanya.

“Cheng Yue, level berapa kalian?”

Cheng Yue tersenyum dan berkata dengan bangga.

“Aku sudah level 15, dan mencoba untuk meraih level 20 agar bisa mendaftarkan diri dan menjadi penyihir dengan resmi. Level Wan Er lebih tinggi dariku, dia sudah 16. Pembunuh sangat cepat menaikkan level mereka, bahkan penyihir tak bisa mengejar.”

Aku bertanya lagi.

“Kalian sudah meninggalkan desa pemula?”

“Tentu saja, kami meninggalkannya kemarin ...,” Cheng Yue berkedip sebelum melanjutkan. “Oh, iya. Aku dan Wan Er memilih Kota Fan Shu sebagai kota utama kami, bagaimana denganmu?”

Aku berpikir sebentar dan menjawab.

“Desaku dekat sangat dekat dengan Kota Ba Huang, mungkin aku akan di sana untuk beberapa lama sebelum mencari kalian ....”

Wan Er kembali memandangku dengan sinis dan dengan senyumnya yang sulit ditebak, dia berkata.

“Oh, jadi kau tak ingin melihatku di dalam permainan, ha?”

Aku bergidik, merasakan hawa membunuh darinya. Segera aku meluruskan badan dan berkata.

“Apa maksud, anda? Saya sebenarnya sangat ingin ke Fan Shu untuk bertemu dengan anda dan Cheng Yue, tapi monster dalam perjalanan ke sana semuanya tingkat tinggi, dan saya hanyalah seorang dukun. Bagaimana harus melewatinya? Dalam perjalanan, saya bisa terbunuh berkali-kali. Mungkin saja harus kembali ke desa pemula ....”

Akhirnya, wajah Wan Er mulai menunjukkan ekspresi. Dia menahan tawa dengan menggigit bibirnya, sebelum hilang ketenangan, dia berkata.

“Baiklah, pergilah ke Ba Huang. Jika kau kesulitan di sana, cari kami.”

Cheng Yue menambahkan dengan semangat.

“Yep, Yap. Aku dan Wan Er akan melindungimu!”

Wan Er terlihat jengkel.

“Kenapa kau terlihat senang, Yue Er?”

Cheng Yue terdiam dan dengan malu-malu cepat berkata.

“Ya ... aku dan kau sama-sama penyerang. Jika kita bisa membawa Xiao Yao, kita akan punya dukun. Kecepatan kita dalam membunuh monster akan bertambah ....”

“Benarkah?” tatapan Wan Er berkilat dengan emosi yang tak bisa ditebak ke arah Cheng Yue, sebelum dia kembali ke wajah manisnya dan tersenyum misterius. “Baiklah, aku percaya padamu ....”

Cheng Yue menghela napas.

“Ah, hampir saja ...”

“Apa katamu!?”

“Anu, sup ini enak sekali ....”

Sekitar jam 10 malam, aku mengantarkan kedua gadis ini ke asrama mereka dan berjalan di sekitar asrama. Setelah menemukan tempat yang tak ada siapa pun, aku melompat ke pagar asrama. Di atas sebuah pohon, aku mengawasi sekeliling.

Karena ini sudah malam, keadaan kampus masih ramai. Ada mahasiswa dari kampus ini, dan mengejutkan lagi juga banyak mahasiswa dari kampus lain. Di jalan kampus, bisa dilihat banyaknya Porshce dan Ferrari yang saling berpacu. Setelah menunggu lebih 2 jam, sekitar jam 12, aku meninggalkan ‘pos’. Dengan penjagaan selama itu, aku memastikan tak ada bahaya mendadak. Setidaknya, tak ada yang akan mencelakai Wan Er.

Meskipun bermain menyenangkan, aku tak boleh lupa akan pekerjaanku untuk melindungi Wan Er. Prioritas utamaku bukanlah untuk bersama Wan Er dan Cheng Yue, tapi lebih tepat untuk menjauhkan segala bahaya dari Wan Er.

Saat di atas pohon, aku mencari tahu tentang Korporasi Tian Xi dan Lin Tian Nan. Apa sebenarnya yang mereka lakukan, sehingga mendatangkan bahaya bagi mereka. Mereka juga sangat berpengaruh, hingga bisa langsung mengirimkan personil kepolisian Hang Zhou, yang tak lain adalah aku, untuk melindungi Wan Er. Tian Xin pasti memiliki koneksi yang sangat kuat dan Wan Er juga sangat penting bagi Tian Nan.

Di ponselku, aku bisa mengakses data tentang Korporasi Tian Xin.

Korporasi ini didirikan oleh seorang insinyur inti dari Lockheed Martin, dan memiliki paten dalam hal radar yang tak terlihat berteknologi tinggi. Mereka pemain besar dalam produksi dari bahan-bahan yang dipakai BMI. Pada tahun 2015, mereka berpisah dari Lockheed Martin dan di bawah pimpinan proyek, Lin Tian Nan, menjadi pemasok dari tentara Cina. Mereka bersama membeli teknologi persenjataan negara. Beberapa tahun terakhir, mereka mulai mengembangkan peluru-nano, dengan menggunakan teori bahwa frekuensi tinggi yang disebabkan gesekan atom mampu melelehkan logam. Peluru jenis baru ini sangat efektif untuk menghadapi unit seperti tank. Ditambah, mereka juga pemain besar dalam pengembangan teknologi pesawat tempur dan radar yang paling maju di Cina.

Setelah membaca semua itu, aku menghirup napas dalam. Tak kusangka Tian Nan sepenting itu. Dari informasi yang kudapat, Tian Xin sangat berperan penting dalam pengembangan persenjataan militer di Cina, setidaknya selama 10 tahun terakhir. Khususnya dalam memperkuat AU Cina. Berkat Tian Xin, Cina akhir menunjukkan hasil dalam pembuatan pesawat tempur generasi kelima.

Karena itu, seluruh negara menjadi iri atas teknologi ini, namun, Tian Nan sangat berhati-hati dan tidak menunjukkan kelemahan sedikit pun. Satu dari beberapa kelemahannya atau satu-satu kelemahannya adalah putri yang dia miliki. Karena itu, banyak orang yang ingin menculik Wan Er untuk mengancam Tian Nan menyerahkan penemuan perusahaannya. Sehingga, kepolisian Hang Zhou ikut menangani keamanan Wan Er, dengan mencari seseorang yang pintar dan kuat, juga tak terlihat jelas dalam melindungi Wan Er. Orang itu adalah ... benar, itu aku!

Saat duduk di atas pohon, aku bergidik memangku tugas berat yang diberikan padaku. Aku mengalihkan pandangan ke kejauhan. Setelah memeriksa sekitar sekali lagi, yep, pemeriksaan terakhir menunjukkan bahwa situasi aman dan damai. Aku segera kembali ke asramaku.

--------------------------------------------------------------------------------
Bagian ini dipotong karena memiliki unsur dewasa dan saya malas menerjemahkannya. Selain itu, juga tak berpengaruh pada jalan cerita. Jika ada yang mau menerjemahkan, nanti akan saya tambahkan, atau mungkin banyak yang meminta, saya akan menerjemahkannya dalam batas waktu yang tak ditentukan.
--------------------------------------------------------------------------------

Aku sudah tak sabar untuk mandi, namun begitu sampai di asrama, Mata Empat sedang mandi dan aku terpaksa menunggu.

Saat menunggu, aku duduk di depan meja dan menggunakan komputer Mata Empat untuk menjelajah internet. Setelah menghidupkannya, hal yang pertama kali muncul adalah situs resmi <Kismat> dan di bagian daftar sebelahnya terdapat informasi tentang pemain level tertinggi, perlengkapan terbaik, dan lain-lain.

Tapi aku tidak melihat hal apa yang sudah dibaca oleh Mata Empat. Aku menginginkan informasi yang benar-benar membantu.

Setelah mencari di situs resmi <Kismat>, aku mulai paham dengan petanya. Ada 7 kerajaan besar. Di antaranya, server Cina memiliki akses ke Kerajaan Tian Ling. Di dalamnya, terdapat tiga kota lain yaitu Kota Fan Shu, Kota Jiu Li, dan Kota Ba Huang. Saat pemain baru pergi dari desa pemula, mereka akan memilih satu dari tiga kota sebagai tempat tinggal. Sedang untuk Kerajaan Tian Ling, monster di sana memiliki tingkatan yang sangat tinggi. Saat ini, level tertinggi pemain adalah 18, bahkan untuknya, mencoba mendekati Tian Ling adalah bunuh diri. Tetap saja, meski dia berlevel 18 dan memiliki perlengkapan terbaik, dia masih tak akan mampu mengalah monster level 70. Jaraknya terlalu besar.

Aku memperbesar ke Kerajaan Tian Ling dan tiga kota di dalamnya. Ya, Desa Rumput Anjing paling dekat dengan Ba Huang dan sangat sangat jauh dari Fan Shu. Aku bisa mengunjungi Fan Shu nanti.

Tak lama, Mata Empat keluar dari kamar mandi. Dia telah selesai. Saat melihatku, dia tertawa.

“Xiao Yao, bagaimana kenaikan levelmu hari ini?”

“Level 9, dan kau?”

“Hebat, itu cukup cepat, sedang aku baru level 13. Sekarang aku ada di Jiu Li. Ke mana kau rencananya? Kenapa tidak ke Jiu Li juga dan bermain bersamaku, lalu kita bisa menaklukkan dunia bersama.”

Mulutku mengerucut memikirkan bersama dengan Mata Empat.

“Tak usah. Untuk bisa ke Jiu Li aku harus mendaki gunung, lewati lembah, sungai mengalir indah ke samudra. Dalam perjalanan ke sana saja, aku akan kembali ke level 1 sebelum sampai. Aku dekat dengan Ba Huang dan berencana ke sana.”

Mata Empat tersenyum saat aku mengatakan terbunuh sampai level 1.

“Baiklah, tunggu saja sampai levelmu cukup. Kau akan bisa punya kuda sendiri dan pergi ke mana saja. Sabar dan cobalah ke Jiu Li!”

“Ya, ya, ya ....”

Kulihat jam dan sudah tiga jam sejak aku keluar. Aku masuk lagi (log in).

Setelah dataku dibaca, cahaya berkilat memindahkanku ke dekat bangkai Raja Beruang Duri. Aku masih dalam wujud roh dan melihat ke sekeliling, sepertinya tidak ada siapa pun. Aku ingin segera hidup, tapi sebuah pikiran terlintas. Aku harus memeriksa ulang keadaan sekitar. Setelah berkeliling, aku menemukan Penguasa Barat bersembunyi di balik pohon rebah dan dua penyihir juga bersembunyi di dalam semak-semak. Menyedihkan sekali, mereka ini terlalu terobsesi, hanya demi senjata setingkat hitam besi? Benar-benar menyedihkan.

Aku keluar lagi, dan kemudian mandi, lalu tidur. Jika mereka benar-benar menginginkannya, akan kubiarkan mereka menjagaku semalaman.

  2 komentar:

  1. Balasan
    1. wah, bahaya itu, sob kalau 'anu'-nya dipotong. hehehe

      emang sengaja, sob. ga ada pengaruh pada jalan cerita. cuma ganggu konsentrasi pembaca.

      Hapus

Berikan tanggapanmu!

Kesulitan Membaca di Blog Ini?

Bagi kamu yang kesulitan membaca dengan format yang sekarang dan ingin mengubahnya atau mau lebih nyaman lagi, bisa klik alamat ini untuk tahu caranya.

Ingin Gabung?

Jika ada yang ingin bergabung sebagai penerjemah atau penyunting, baik itu untuk proyek yang ada atau pun proyek milik sendiri/baru, silakan hubungi kami.

Populer Seminggu Ini

Diubah oleh Pandeka Api. Diberdayakan oleh Blogger.