ASB - 3
[Sebelumnya] [Daftar] [Selanjutnya]
Penerjemah: Pandeka Api
Penyunting: Pandeka Api
---------------------------------------------------
Bab 3 – Tercengang
Matanya menjadi kabur!
Sekelilingnya pun berganti!
Langit biru dan dedaunan hijau!
Perasaan yang dimiliki Zhang Ye pertama kali adalah perubahan suhu di sekitarnya. Waktu itu bulan Agustus. Udara masih panas dan mengganggu. Eh, mengapa Zhang Ye suka menggunakan kalimat tersebut untuk menjelaskan lingkungannya?
Hal itu bukan karena dia kekurangan kosa kata atau bukan pula kurang pengetahuan sastra, sehingga hanya kata-kata tersebut yang bisa dia gunakan. Benar-benar bukan itu. Sungguh, bukan karena itu. Itu karena ... karena ... sudahlah. Kalian tak akan mengerti, seberapa pun aku menjelaskan dunia seniman kita!
“Wawancara pada jam 10. Lekas.”
“Bang Sun, mengapa terburu-buru? Kau pasti diterima.”
“Belum tentu. Mereka hanya menerima dua orang untuk posisi pembawa acara radio. Kudengar, lebih dari dua puluh orang yang akan mengikuti wawancara ini. Persaingan ketat.”
Ketika perubahan membuatnya lengah, Zhang Ye salah langkah dan terjatuh. Saat ingin berdiri, dia melihat ke sekeliling. Dia tak lagi berada di koridor dan sudah berpindah ke depan pintu masuk stasiun penyiaran radio lagi. Di sinilah sebelumnya dia melakukan penyimpanan. Bahkan dialog para pelamar yang terdengar juga sama persis. Melihat jam di ponsel, dia benar-benar telah kembali ke waktu setengah jam lalu.
Ini ....
Mari tak terlalu memikirkannya. Masih ada hal yang lebih penting untuk dilakukan!
Zhang Ye merenung lebih dalam dan mulai sadar. Sekarang bukanlah waktunya untuk memikirkan tentang apa yang baru saja terjadi. Dia sudah pasti membutuhkan pekerjaan sebagai pembawa acara. Penyimpanan tadi sudah memberi kesempatan untuk mengulang. Meskipun tak mengerti dengan apa yang terjadi, dia tetap harus mengambil keuntungan dari semua itu. Kali ini dia tak segera masuk ke dalam gedung, melainkan membuka internet lewat ponsel. Mengingat kalimat pertama dari pertanyaan wawancara tadi, sangat mudah untuk ditemukan. Zhang Ye segera menemukan artikel tersebut. Itu merupakan sebuah tesis dari mahasiswa yang tak dikenal dari universitas di Selatan. Perkiraannya para pewawancara menemukan hal tersebut secara acak di internet. Dia cuma punya waktu tak lebih dari 25 menit lagi. Tanpa berkata apa-apa, dia segera mengingatnya. Manuskrip yang berisi hampir 1000 kata tersebut sangat panjang. Syukurnya, bukanlah kata-kata yang bersifat klasik atau kuno. Keseluruhan kata di dalam tesis tak begitu sulit untuk dipahami dan setiap kata juga saling berhubungan serta mudah pula dihubungkan dengan pengetahuan umum, yang menjadikannya tak sulit untuk dihafal. Di samping itu, Zhang Ye memiliki pengetahuan di bidang hukum, jadi dia sudah mengenal kata-kata yang ada di dalamnya.
Dia harus mengingatnya. Berhasil atau gagal bergantung pada ini!
... ... ...
Di gedung penyiaran, di luar ruang wawancara.
Seorang asisten perempuan membuka pintu dan melihat daftar yang dibawanya, “Zhang Ye.” Setelah memanggil sekali dan tak ada yang menyahut, dia mengulangi, “Apa Zhang Ye di sini? Sekarang giliranmu!”
Di ujung koridor, Zhang Ye melangkah tergesa sambil mulut komat-kamit , “Aku di sini, aku di sini!”
Asisten tadi melihatnya dengan curiga. Setelah melihat ratusan orang yang diwawancara tahun ini, inilah pertama kali baginya melihat orang yang seperti sedang membacakan mantra-mantra. Apakah para pendeta sudah turun gunung?
Di ruangan.
Di waktu kosong antara pergantian kandidat wawancara, delapan orang sedang meminum teh dan saling tukar pikiran.
Seorang perempuan berumur lebih dari 40-an, Li Honglian berkata dengan kecewa, “Kelompok kandidat kali ini hanya rata-rata.”
Yang lebih tua, Zhao Guozhou juga berkata, “Ya. Lebih buruk dari setengah tahun lalu. Apa gunanya punya nilai bagus dalam tes tulis? Mereka kurang keterampilan.”
Seorang pemuda di sampingnya berkata, “Pak, masih ada beberapa orang yang akan diwawancara. Pasti ada yang bagus.”
“Semoga saja, tapi kurasa sudah tak mungkin.” Zhao Guozhou mengelus bibirnya, “Sebelumnya, si Kecil Xu itu lumayan. Jika tak ada pilihan lain, saluran kami menginginkannya.”
Li Honglian mengerling, “Menurutku dia juga tak buruk.”
Kini, pintu terbuka setelah ketukan. Kandidat berikutnya, Zhang Ye, masuk.
Orang-orang tersebut berhenti bicara dan menatap ke arahnya, menilainya.
“Bapak ibu sekalian, bagaimana kabarnya?” mengetahui bahwa perkenalan dirinya akan dihentikan, Zhang Ye mengubahnya. Dengan kata lain, dia masih kesal dan marah. Pemuda ini memiliki tabiat yang buruk. Jika orang menghormatinya walau sejengkal, dia akan membalasnya sedepa. “Nama asli saya Zhang Ye.”
Zhao Guozhou tertawa, “Kau punya nama pentas?”
Zhang Ye menjawab dengan santai, “Saya punya dua nama pentas. Pertama adalah Zhang Tenglan dan yang lainnya Zhang Jingkong.”
Dunia ini tak lagi memili dua “orang hebat” ini. Para pewawancara tak tahu bahwa mereka sedang diejek oleh Zhang Ye.
Li Honglian tak memedulikannya dan hanya membaca biodata Zhang Ye.
Hasilnya sama. Pemandangan dan raut muka yang sama. Kali ini, Zhang Ye dengan tepat bisa merasakan dua pewawancara yang mengerutkan kening. Ini merupakan ketidakpuasan mereka terhadap Zhang Ye. Aneh. Meski pun di industri yang penonton tak bisa melihat wajah penyiar, tetap saja para penyiar ini diharapkan memiliki tampang bagus. Apa artinya? Artinya wajah mereka lebih baik dari kebanyakan orang. Keadaan demikian sudah dari dahulu.
Zhao Guozhou dan Li Honglian, yang keduanya duduk bersebelahan, duduk di tengah-tengah, di posisi penilai utama. Karena pembawa acara radio yang akan dipilih merupakan bawahan mereka secara tak langsung, mereka sangat serius dalam melakukan pemilihan. Tak ada yang menginginkan masalah, jadi begitu melihat Zhang Ye yang memiliki wajah rata-rata, mereka sudah mendepaknya secara tak sadar. Terlebih lagi, Zhang Ye tak memiliki pengalaman kerja. Dia masih perlu dilatih sebelum bisa dipekerjakan, jadi mereka sama sekali tak memberikan pertimbangan. Tak buruk menjadi lulusan di bidang yang dibutuhkan, tapi juga banyak orang yang lulus dari sana. Dan berapa banyak mereka yang bisa menjadi penyiar? Hanya segelintir mereka yang gemilang berhasil melakukannya.
Zhao Guozhou dan Li Honglian bertukar pandang dan saling mengerti maksud satu sama lain. Orang ini tak cocok! Mereka akan sembarangan memberinya pertanyaan, lalu menyingkirkannya – menghindari buang-buang waktu!
Li Honglian mengeluarkan sebuah manuskrip dengan gerakan yang sama seperti sebelumnya dan menatap Zhang Ye, “Hanya ada dua pertanyaan untukmu. Pertama bacalah manuskrip ini secepat mungkin dan bacakan lagi tanpa menggunakannya.”
Zhang Ye yang kembali dari rekaman penyimpanan, sudah mengetahui sikap mereka yang akan membuat sulit dirinya, jadi dia berdiri tanpa ekspresi apa-apa.
Sesuai dugaan, dalam sepuluh detik, Li Honglian mengambil manuskrip tersebut dengan kasar. “Cukup. Bacakan.”
Pewawancara lain juga tahu di dalam hati. Sepuluh detik? Meskipun seseorang yang berpengalaman puluhan tahun dalam industri tersebut, belum tentu bisa mengingat semua itu dalam sepuluh detik. Seratus kata pun belum pasti. Apalagi ini hanya seorang yang baru lulus. Eh, bisa dikatakan sepuluh detik baru bisa membaca sebanyak 200 kata. Walau begitu, mereka hanya akan bisa mengingatnya sekitar 40-50% saat kembali mengucapkannya. Dan mengapa hal itu tak bisa dikatakan lulus? Karena manuskrip ini memiliki kata lebih dari 900. Ingatan sebelumnya hanya seperlima dari semua itu! Jika ada yang bisa mengingat dan membacakan 300 kata dalam sepuluh detik, hanya saat itu nilainya sempurna. Tapi mereka tahu itu tak mungkin.
Mereka sengaja membuat sulit Zhang Ye dan cara itu sudah bisa dikatakan cara yang sangat busuk dalam menyampaikan maksud mereka kepada Zhang Ye bahwa dia tak berkualitas dan kurang kemampuan. Tapi yang membuat mereka heran adalah Zhang Ye yang tak bertanya tentang hal itu. Dia masih tenang dan perlahan kembali ke tempat duduk.
Li Honglian tertegun selagi mencari kekagetan dan marah di wajah Zhang Ye, tapi sia-sia.
Pewawancara yang lain juga merasa aneh. Apakah bocah ini bodoh, dungu, atau tolol? Kita sudah mempersulitnya, namun dia tak bereaksi apa-apa. Seolah-olah apa yang mereka lakukan benar. Bocah pandir ini tak ada guna, bahkan jika nanti diterima. Dia begitu bebal. Tak akan menghasilkan apa-apa.
Zhao Guozhou mendesak, “Cepat, mulai! Masih banyak orang lain yang menunggu!”
Li Honglian dan yang lain segera memberikan hasil nilai pada catatan mereka. Mereka tak perlu mendengar. Ada yang memberi nilai 20, juga ada yang 15. Semua bernilai rendah. Setelah itu, mereka segera melihat resume kandidat lain.
Zhang Ye tak terburu-buru, bahkan setelah didesak. Dia menatap mereka dengan tenang dan mengucapkannya dengan tingkah berirama, “Sebuah organisasi notaris, yang menjamin aktivitas yudisial dan kestabilan aturan sosial di negara kita, adalah hal yang absah. Kenotarisan adalah sebuah organisasi notaris yang bergantung pada orang-orang jujur, orang-orang hukum atau mereka yang memiliki keahlian di bidang itu. Di dalam prosedur sah yang dibentuk oleh pengadilan, hal yang berkaitan dengan hukum atau berkas yang diperlukan untuk ....”
Saat Zhang Ye telah membacakan seratus kata tanpa menggunakan pegangan, Zhao Guozhou mengangkat wajahnya.
Dua ratus kata berlalu dan kali ini Li Honglian menahan napas dengan kaget.
Setelah 300 ratus kata dibacakan, semua pewawancara meletakkan apa yang sedang mereka pegang dan juga melihat Zhang Ye dengan raut terkejut.
Zhang Ye tak terpengaruh dengan itu dan tetap melanjutkan. “Karena jika pihak yang bersangkutan memberikan fakta palsu atau tak bisa melewati prosedur dari notaris untuk mendapatkan sertifikat sah, akan ada pengaruh buruk pada reputasi pada yang bersangkutan. Oleh sebab itu, kepercayaan adalah kebutuhan dasar yang diperlukan di industri kenotarisan ....”
Dalam pikiran Zhao Guozhou dan Li Honglian, siapa pun yang bisa mengingat 300 kata merupakan sebuah keajaiban dan sesuatu yang tak mungkin, tapi Zhang Ye belum berhenti.
“Ini ....”
300 kata!
500 kata!
800 kata!
Wajah para pewawancara berubah pasi!
Saat Zhang Ye membacakan paragraf terakhir, dia masih tetap tenang, “Sebagai sebuah kesatuan integritas, sebuah sistem yang dibangun atas kepercayaan, seorang notaris memberikan keyakinan pada orang untuk menerima dan mengadopsi sebuah kepercayaan.” Berhenti sebentar, dia mendehem, “Terima kasih, semuanya. Saya sudah selesai.”
Seorang pewawancara perempuan menjatuhkan pena yang di tangannya. Pena itu bergelindingan di lantai entah ke mana.
Zhao Guozhou kaget dan menoleh ke samping, “Tua Li? Ini ... apakah dia mengingatnya dengan benar?”
Li Honglian melihat naskah di tangannya dan menghela napas, “... 920 kata, dibacakan tanpa pegangan!”
Pewawancara paling kiri hampir terjatuh dari kursinya dan berkata dengan nada kaget, “Bagaimana kaumelakukannya? Hanya sepuluh detik, kaumengingat semuanya?”
Zhang Ye tersenyum, “Saya membaca lebih cepat dari kebanyakan orang dan juga punya ingatan yang cukup kuat. Sekilas pandang saja sudah cukup.”
Sepuluh detik sudah cukup untuk mengingat 900 kata. Ini namanya bukan cepat lagi, tapi sudah sangat luar biasa cepat sekali! Orang tersebut bahkan juga ingin bertanya apakah Zhang Ye mengingat seluruh isi tesis, tapi dia tahu kalau itu tak mungkin. Tesis ini tak dikenal dan diambil secara acak di internet. Di samping itu, tak mungkin hal ini diketahui sebelumnya. Li Honglian juga secara acak memilih topik, jadi bagaimana mungkin orang ini bisa tahu terlebih dahulu?
Sial! Apa kau benar-benar seorang manusia?
Kelakuan Zhang Ye membuat mengejutkan mereka semua!
Beberapa pewawancara, karena saking terkejutnya, menjadi pucat seolah-olah melihat hantu.
Penyunting: Pandeka Api
---------------------------------------------------
Bab 3 – Tercengang
Matanya menjadi kabur!
Sekelilingnya pun berganti!
Langit biru dan dedaunan hijau!
Perasaan yang dimiliki Zhang Ye pertama kali adalah perubahan suhu di sekitarnya. Waktu itu bulan Agustus. Udara masih panas dan mengganggu. Eh, mengapa Zhang Ye suka menggunakan kalimat tersebut untuk menjelaskan lingkungannya?
Hal itu bukan karena dia kekurangan kosa kata atau bukan pula kurang pengetahuan sastra, sehingga hanya kata-kata tersebut yang bisa dia gunakan. Benar-benar bukan itu. Sungguh, bukan karena itu. Itu karena ... karena ... sudahlah. Kalian tak akan mengerti, seberapa pun aku menjelaskan dunia seniman kita!
“Wawancara pada jam 10. Lekas.”
“Bang Sun, mengapa terburu-buru? Kau pasti diterima.”
“Belum tentu. Mereka hanya menerima dua orang untuk posisi pembawa acara radio. Kudengar, lebih dari dua puluh orang yang akan mengikuti wawancara ini. Persaingan ketat.”
Ketika perubahan membuatnya lengah, Zhang Ye salah langkah dan terjatuh. Saat ingin berdiri, dia melihat ke sekeliling. Dia tak lagi berada di koridor dan sudah berpindah ke depan pintu masuk stasiun penyiaran radio lagi. Di sinilah sebelumnya dia melakukan penyimpanan. Bahkan dialog para pelamar yang terdengar juga sama persis. Melihat jam di ponsel, dia benar-benar telah kembali ke waktu setengah jam lalu.
Ini ....
Mari tak terlalu memikirkannya. Masih ada hal yang lebih penting untuk dilakukan!
Zhang Ye merenung lebih dalam dan mulai sadar. Sekarang bukanlah waktunya untuk memikirkan tentang apa yang baru saja terjadi. Dia sudah pasti membutuhkan pekerjaan sebagai pembawa acara. Penyimpanan tadi sudah memberi kesempatan untuk mengulang. Meskipun tak mengerti dengan apa yang terjadi, dia tetap harus mengambil keuntungan dari semua itu. Kali ini dia tak segera masuk ke dalam gedung, melainkan membuka internet lewat ponsel. Mengingat kalimat pertama dari pertanyaan wawancara tadi, sangat mudah untuk ditemukan. Zhang Ye segera menemukan artikel tersebut. Itu merupakan sebuah tesis dari mahasiswa yang tak dikenal dari universitas di Selatan. Perkiraannya para pewawancara menemukan hal tersebut secara acak di internet. Dia cuma punya waktu tak lebih dari 25 menit lagi. Tanpa berkata apa-apa, dia segera mengingatnya. Manuskrip yang berisi hampir 1000 kata tersebut sangat panjang. Syukurnya, bukanlah kata-kata yang bersifat klasik atau kuno. Keseluruhan kata di dalam tesis tak begitu sulit untuk dipahami dan setiap kata juga saling berhubungan serta mudah pula dihubungkan dengan pengetahuan umum, yang menjadikannya tak sulit untuk dihafal. Di samping itu, Zhang Ye memiliki pengetahuan di bidang hukum, jadi dia sudah mengenal kata-kata yang ada di dalamnya.
Dia harus mengingatnya. Berhasil atau gagal bergantung pada ini!
... ... ...
Di gedung penyiaran, di luar ruang wawancara.
Seorang asisten perempuan membuka pintu dan melihat daftar yang dibawanya, “Zhang Ye.” Setelah memanggil sekali dan tak ada yang menyahut, dia mengulangi, “Apa Zhang Ye di sini? Sekarang giliranmu!”
Di ujung koridor, Zhang Ye melangkah tergesa sambil mulut komat-kamit , “Aku di sini, aku di sini!”
Asisten tadi melihatnya dengan curiga. Setelah melihat ratusan orang yang diwawancara tahun ini, inilah pertama kali baginya melihat orang yang seperti sedang membacakan mantra-mantra. Apakah para pendeta sudah turun gunung?
Di ruangan.
Di waktu kosong antara pergantian kandidat wawancara, delapan orang sedang meminum teh dan saling tukar pikiran.
Seorang perempuan berumur lebih dari 40-an, Li Honglian berkata dengan kecewa, “Kelompok kandidat kali ini hanya rata-rata.”
Yang lebih tua, Zhao Guozhou juga berkata, “Ya. Lebih buruk dari setengah tahun lalu. Apa gunanya punya nilai bagus dalam tes tulis? Mereka kurang keterampilan.”
Seorang pemuda di sampingnya berkata, “Pak, masih ada beberapa orang yang akan diwawancara. Pasti ada yang bagus.”
“Semoga saja, tapi kurasa sudah tak mungkin.” Zhao Guozhou mengelus bibirnya, “Sebelumnya, si Kecil Xu itu lumayan. Jika tak ada pilihan lain, saluran kami menginginkannya.”
Li Honglian mengerling, “Menurutku dia juga tak buruk.”
Kini, pintu terbuka setelah ketukan. Kandidat berikutnya, Zhang Ye, masuk.
Orang-orang tersebut berhenti bicara dan menatap ke arahnya, menilainya.
“Bapak ibu sekalian, bagaimana kabarnya?” mengetahui bahwa perkenalan dirinya akan dihentikan, Zhang Ye mengubahnya. Dengan kata lain, dia masih kesal dan marah. Pemuda ini memiliki tabiat yang buruk. Jika orang menghormatinya walau sejengkal, dia akan membalasnya sedepa. “Nama asli saya Zhang Ye.”
Zhao Guozhou tertawa, “Kau punya nama pentas?”
Zhang Ye menjawab dengan santai, “Saya punya dua nama pentas. Pertama adalah Zhang Tenglan dan yang lainnya Zhang Jingkong.”
Dunia ini tak lagi memili dua “orang hebat” ini. Para pewawancara tak tahu bahwa mereka sedang diejek oleh Zhang Ye.
Li Honglian tak memedulikannya dan hanya membaca biodata Zhang Ye.
Hasilnya sama. Pemandangan dan raut muka yang sama. Kali ini, Zhang Ye dengan tepat bisa merasakan dua pewawancara yang mengerutkan kening. Ini merupakan ketidakpuasan mereka terhadap Zhang Ye. Aneh. Meski pun di industri yang penonton tak bisa melihat wajah penyiar, tetap saja para penyiar ini diharapkan memiliki tampang bagus. Apa artinya? Artinya wajah mereka lebih baik dari kebanyakan orang. Keadaan demikian sudah dari dahulu.
Zhao Guozhou dan Li Honglian, yang keduanya duduk bersebelahan, duduk di tengah-tengah, di posisi penilai utama. Karena pembawa acara radio yang akan dipilih merupakan bawahan mereka secara tak langsung, mereka sangat serius dalam melakukan pemilihan. Tak ada yang menginginkan masalah, jadi begitu melihat Zhang Ye yang memiliki wajah rata-rata, mereka sudah mendepaknya secara tak sadar. Terlebih lagi, Zhang Ye tak memiliki pengalaman kerja. Dia masih perlu dilatih sebelum bisa dipekerjakan, jadi mereka sama sekali tak memberikan pertimbangan. Tak buruk menjadi lulusan di bidang yang dibutuhkan, tapi juga banyak orang yang lulus dari sana. Dan berapa banyak mereka yang bisa menjadi penyiar? Hanya segelintir mereka yang gemilang berhasil melakukannya.
Zhao Guozhou dan Li Honglian bertukar pandang dan saling mengerti maksud satu sama lain. Orang ini tak cocok! Mereka akan sembarangan memberinya pertanyaan, lalu menyingkirkannya – menghindari buang-buang waktu!
Li Honglian mengeluarkan sebuah manuskrip dengan gerakan yang sama seperti sebelumnya dan menatap Zhang Ye, “Hanya ada dua pertanyaan untukmu. Pertama bacalah manuskrip ini secepat mungkin dan bacakan lagi tanpa menggunakannya.”
Zhang Ye yang kembali dari rekaman penyimpanan, sudah mengetahui sikap mereka yang akan membuat sulit dirinya, jadi dia berdiri tanpa ekspresi apa-apa.
Sesuai dugaan, dalam sepuluh detik, Li Honglian mengambil manuskrip tersebut dengan kasar. “Cukup. Bacakan.”
Pewawancara lain juga tahu di dalam hati. Sepuluh detik? Meskipun seseorang yang berpengalaman puluhan tahun dalam industri tersebut, belum tentu bisa mengingat semua itu dalam sepuluh detik. Seratus kata pun belum pasti. Apalagi ini hanya seorang yang baru lulus. Eh, bisa dikatakan sepuluh detik baru bisa membaca sebanyak 200 kata. Walau begitu, mereka hanya akan bisa mengingatnya sekitar 40-50% saat kembali mengucapkannya. Dan mengapa hal itu tak bisa dikatakan lulus? Karena manuskrip ini memiliki kata lebih dari 900. Ingatan sebelumnya hanya seperlima dari semua itu! Jika ada yang bisa mengingat dan membacakan 300 kata dalam sepuluh detik, hanya saat itu nilainya sempurna. Tapi mereka tahu itu tak mungkin.
Mereka sengaja membuat sulit Zhang Ye dan cara itu sudah bisa dikatakan cara yang sangat busuk dalam menyampaikan maksud mereka kepada Zhang Ye bahwa dia tak berkualitas dan kurang kemampuan. Tapi yang membuat mereka heran adalah Zhang Ye yang tak bertanya tentang hal itu. Dia masih tenang dan perlahan kembali ke tempat duduk.
Li Honglian tertegun selagi mencari kekagetan dan marah di wajah Zhang Ye, tapi sia-sia.
Pewawancara yang lain juga merasa aneh. Apakah bocah ini bodoh, dungu, atau tolol? Kita sudah mempersulitnya, namun dia tak bereaksi apa-apa. Seolah-olah apa yang mereka lakukan benar. Bocah pandir ini tak ada guna, bahkan jika nanti diterima. Dia begitu bebal. Tak akan menghasilkan apa-apa.
Zhao Guozhou mendesak, “Cepat, mulai! Masih banyak orang lain yang menunggu!”
Li Honglian dan yang lain segera memberikan hasil nilai pada catatan mereka. Mereka tak perlu mendengar. Ada yang memberi nilai 20, juga ada yang 15. Semua bernilai rendah. Setelah itu, mereka segera melihat resume kandidat lain.
Zhang Ye tak terburu-buru, bahkan setelah didesak. Dia menatap mereka dengan tenang dan mengucapkannya dengan tingkah berirama, “Sebuah organisasi notaris, yang menjamin aktivitas yudisial dan kestabilan aturan sosial di negara kita, adalah hal yang absah. Kenotarisan adalah sebuah organisasi notaris yang bergantung pada orang-orang jujur, orang-orang hukum atau mereka yang memiliki keahlian di bidang itu. Di dalam prosedur sah yang dibentuk oleh pengadilan, hal yang berkaitan dengan hukum atau berkas yang diperlukan untuk ....”
Saat Zhang Ye telah membacakan seratus kata tanpa menggunakan pegangan, Zhao Guozhou mengangkat wajahnya.
Dua ratus kata berlalu dan kali ini Li Honglian menahan napas dengan kaget.
Setelah 300 ratus kata dibacakan, semua pewawancara meletakkan apa yang sedang mereka pegang dan juga melihat Zhang Ye dengan raut terkejut.
Zhang Ye tak terpengaruh dengan itu dan tetap melanjutkan. “Karena jika pihak yang bersangkutan memberikan fakta palsu atau tak bisa melewati prosedur dari notaris untuk mendapatkan sertifikat sah, akan ada pengaruh buruk pada reputasi pada yang bersangkutan. Oleh sebab itu, kepercayaan adalah kebutuhan dasar yang diperlukan di industri kenotarisan ....”
Dalam pikiran Zhao Guozhou dan Li Honglian, siapa pun yang bisa mengingat 300 kata merupakan sebuah keajaiban dan sesuatu yang tak mungkin, tapi Zhang Ye belum berhenti.
“Ini ....”
300 kata!
500 kata!
800 kata!
Wajah para pewawancara berubah pasi!
Saat Zhang Ye membacakan paragraf terakhir, dia masih tetap tenang, “Sebagai sebuah kesatuan integritas, sebuah sistem yang dibangun atas kepercayaan, seorang notaris memberikan keyakinan pada orang untuk menerima dan mengadopsi sebuah kepercayaan.” Berhenti sebentar, dia mendehem, “Terima kasih, semuanya. Saya sudah selesai.”
Seorang pewawancara perempuan menjatuhkan pena yang di tangannya. Pena itu bergelindingan di lantai entah ke mana.
Zhao Guozhou kaget dan menoleh ke samping, “Tua Li? Ini ... apakah dia mengingatnya dengan benar?”
Li Honglian melihat naskah di tangannya dan menghela napas, “... 920 kata, dibacakan tanpa pegangan!”
Pewawancara paling kiri hampir terjatuh dari kursinya dan berkata dengan nada kaget, “Bagaimana kaumelakukannya? Hanya sepuluh detik, kaumengingat semuanya?”
Zhang Ye tersenyum, “Saya membaca lebih cepat dari kebanyakan orang dan juga punya ingatan yang cukup kuat. Sekilas pandang saja sudah cukup.”
Sepuluh detik sudah cukup untuk mengingat 900 kata. Ini namanya bukan cepat lagi, tapi sudah sangat luar biasa cepat sekali! Orang tersebut bahkan juga ingin bertanya apakah Zhang Ye mengingat seluruh isi tesis, tapi dia tahu kalau itu tak mungkin. Tesis ini tak dikenal dan diambil secara acak di internet. Di samping itu, tak mungkin hal ini diketahui sebelumnya. Li Honglian juga secara acak memilih topik, jadi bagaimana mungkin orang ini bisa tahu terlebih dahulu?
Sial! Apa kau benar-benar seorang manusia?
Kelakuan Zhang Ye membuat mengejutkan mereka semua!
Beberapa pewawancara, karena saking terkejutnya, menjadi pucat seolah-olah melihat hantu.
[Sebelumnya] [Daftar] [Selanjutnya]
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan tanggapanmu!