11 Caro Cadiak, Pandai pandeka.api@gmail.com Angko-angko agak bara -

Cerita di Balik Kata, Kisah di Balik Bahasa

Sabtu, 21 November 2015

Zhan Long Bab 41 - Cang Tong

Penerjemah: Pandeka Api
Penyunting: Pandeka Api
PA: Bagi yang menunggu, silakan dinikmati.
---------------------------------------------------
Bab 41 – Cang Tong

Kulihat sekelompok pemain mendekat, dipimpin oleh Penguasa Barat. Saat melihatku, tawanya meledak.

“Xiao Yao, di mana kau akan bersembunyi kali ini? Tak akan ada yang bisa menolongmu.”

Daun-daun di samping Penguasa Barat terlihat seperti terinjak dan pasti karena Si Cantik Abadi. Meski bisa menghilang, bukan berarti lingkungannya tidak terpengaruh. Kemampuan pembunuh yang bisa menghilang akan sangat tak berguna ketika di dalam air. Tahulah penyebabnya.

Sedangkan di belakang penguasa barat, ada lebih dari seratus pemain. Sebagai pemain solo, tak mungkin menghadapi mereka.

Aku putar arah dan kabur ke daerah berduri. Tak ada gunanya menghabiskan waktu dengan omong kosong mereka. Tujuan utamaku kali ini adalah menyelesaikan tugas secepatnya dan mencapai level 30. Kemampuan Sembuh sudah level 4, yang artinya memulihkan 600 darah. Bobo juga sudah hampir bisa membunuh bandit sendirian saat ini.

Wus.

Beberapa anak panah beterbangan ke arahku.

Sebisa mungkin kuhindari, tetap saja dua di antaranya mengenai. Kugunakan Hemostasis untuk memulihkan diri, sebelum menoleh ke atas dan terlihat tiga pemanah elf angin.

“Xiao Yao, dengan kami elf angin, kau tak akan bisa lari. Kau pikir Amarah Pahlawan akan membiarkanmu kabur begitu saja?”

Aku mengumpat dalam hati, tak mungkin bisa lari dari elf angin; karena dari lima ras, hanya mereka yang bisa terbang. Bisa mengendalikan situasi dengan panah dari jarak jauh, dan Liu Ying membawa 10 dari mereka.

Di belakangku, Liu Ying dan anak buahnya juga mengejar. Aku tahu, entah di mana, Si Cantik Abadi juga mendekat untuk membunuhku secara diam-diam.

Kukertakkan gigi, terpaksa membiarkan mereka menyerang lebih dahulu, tapi terbunuh tanpa perlawanan, itu bukanlah caraku. Kubiarkan mereka menyerang dan membuat nama mereka menjadi abu-abu, kemudian akan kubunuh tanpa takut namaku menjadi merah.

Sua.

Bobo Cilik terbang ke udara, menyengat sala satu pemanah yang langsung menewaskan. Nama mereka sudah abu-abu sehingga pembunuhan yang dilakukan Bobo tadi tak berdampak apa-apa. Setelah itu, Bobo kembali menyerang pemanah berikutnya.

412.

Salah satu kelemahan terbesar elf angin adalah saat darah tersisa kurang dari 80%, sayap mereka akan patah, dan kehilangan kemampuan terbang.

Aku maju mendekat dengan tombak kuno, menusuk tepat ke perut pemanah, menyebabkan 237 kerusakan yang cukup untuk membunuhnya.

Di udara, Bobo memburu elf angin terakhir. Tak butuh waktu lama, dengan ketangkasannya yang lebih tinggi, Bobo berhasil menyerang sebanyak dua kali. Ketiga elf angin telah tewas.

“Ayo!”

Saat akan menjauh, terdengar dua suara tembakan. Rasa sakit mendera punggungku, karena dua peluru dari musketir.

257.

224.

Segera kugunakan Hemostasis, memulihkan darah, dan menyuruh Bobo menyerang Piggy.

“Pembunuh, maju!”

Penguasa Barat berteriak keras, Bobo tiba-tiba terhenti di tengah-tengah, dia terkena Muslihat dari Si Cantik Abadi!

“Penyihir, gunakan Angin Dingin!” Penguasa Barat kembali berteriak.

Sekitar 10 penyihir mengeluarkan Angin Dingin dan Paku Batu ke arah Bobo, serangan sihir yang mengerikan.

198.

219.

187.

Aku bahkan tak sempat memulihkan Bobo sebelum terbunuh.

Liu Ying melompat mendekat, menyabetkan pedangnya sembari berteriak, “Xiao Yao, terima ini!”

Trang!

Kugunakan tombak kuno untuk menahan serangan Liu Ying. Jelas tenagaku lebih lemah dari ahli pedang, yang membuatku terpental ke belakang. Tiba-tiba, dua pengamuk ikut menyerang dengan kapak menggunakan Kapak Api dari arah kanan dan kiriku. Tak ada jalan untuk menghindar, di belakang pun semak-semak menjadi dinding penghalang. Mau tak mau aku harus kehilangan satu level alias tewas.

371.

344.

Sa!

Wujud rohku muncul di pemakaman terdekat dan sangat terkejut melihat bahwa tanganku kosong, yang artinya tombak kuno hilang.

Kukertakkan gigi untuk berusaha tenang. Sebagai seorang dukun menghadapi pemain level tinggi sebanyak tadi, apa yang bisa kulakukan? Mereka punya lima elf angin dan bisa dikatakan membunuh Bobo dalam sekali tembak, sedangkan sekarang tombakku sebagai satu-satunya sumber untuk menyerang pun sudah hilang.

Dengan level dan peliharaan yang sekarang, paling banyak aku bisa menghadapi tiga orang, tapi tidak mungkin jika mereka punya peliharaan dan kerja tim yang baik.

Masih dalam wujud ruh, aku berlari ke mayatku. Sesuai dugaan, Liu Ying dan Cantik Abadi menjagainya.

Liu Ying juga sudah memegang tombak kuno milikku.

“Tak disangka, pemain sampah seperti Xiao Yao memiliki senjata sebagus ini, sekarang sudah jatuh ke tangan yang lebih baik.”

“Ya, si bocah Xiao Yao itu, hem, selain wajah tampan, dia hanya seorang pengecut dan tak punya kemampuan apa-apa,” ucap Cantik Abadi dengan senyum.

Piggy mengernyit tak setuju.

“Belum tentu. Ingat, bagaimana dia menghadapi kita tanpa rasa takut? Jangan remehkan, bisa jadi dia akan membalik keadaan saat ini.”

“Puih!” Liu Ying menginjak mayatku. “Lihat! Mayatnya di bawah kakiku? Siapa yang lebih kuat sekarang?”

Melihat itu, Piggy hanya diam.

Ting.

Hampir setengah jam menunggu, tapi belum ada tanda mereka akan pergi. Tapi sebuah pesan masuk dan itu dari Qing Qian.

“Xiao Yao, apa mayatmu dijagai oleh Penguasa Barat?”

“Ya, dari mana kautahu?”

“Jangan khawatir, aku akan membawa beberapa orang untuk membantumu bangkit.”

“Tak usah!” kataku cepat. “Jangan sampai Praha berlawanan dengan Penguasa Barat hanya karenaku. Qing Qian, biarkan aku yang mengurusi ini.”

“Tidak,” dia bersikukuh. “Tenang, aku tak akan membawa nama Praha, hanya teman-temanku. Tunggu di sana, 20 menit lagi kami akan tiba.”

“Aku tak bisa menghentikan, jadi terima kasih, Qing Qian.”

“He he, sama-sama kalau begitu.”

Setelah komunikasi terputus, terdengar suara pemberitahuan lain.

Pemberitahuan Sistem: Pemain Chang Yue mengirimi permintaan teman, apa kaumenerimanya?

Ha? Siapa ini? Kuterima dan sebuah foto gadis cantik terlihat. Wajahnya terlihat familier, tapi yang lebih penting dia adalah penyihir dengan level 32.

“Coba tebak, apa kautahu siapa aku?” dia mengirim pesan.

“Cheng Yue?”

“Yep! Aku dan Wan Er berada di Ba Huang, tapi sepertinya kau sedang dijagai?”

“Ya, oleh Amarah Pahlawan ...,” jawabku sedikit malu.

“Dendam apa mereka terhadapmu?” Cheng Yue menjadi geram, “kau adalah temanku, dan kata Wan Er, bagaimana bisa, kami membiarkan jika salah satu dari kita ditindas? Kalau sampai terjadi, reputasi kami akan jatuh.”

“Ayolah, tunggu aku di Kota Ba Huang.”

“OK, cepat!”

Tak lama, sekelompok pemain muncul dari hutan terdekat, dan dua di antaranya adalah si kembar cantik dari Praha, Qing Qian dan Wei Liang.

“Sialan!”

Penguasa Barat langsung berdiri dan melihat ke arah mereka, “Praha kampret datang. Lekas, persiapkan diri kalian, mereka tak membawa banyak orang!”

Beberapa ahli pedang maju menghalangi musuh, tapi Qing Qian bergerak sigap, dia segera berlari ke sekelompok penyihir Amarah Pahlawan. Sebelum tiba, gelombang cahaya berpendar dan 30+ pemain Praha bermunculan!

Secepat itu pula, kedua kelompok saling beradu, dan daerah setempat menjadi medan perang. Para pemain mati di sana-sini, lebih cepat dari yang kubayangkan.

Bangkit!

Tubuhku masih berbaring di tanah, jadi kupanggil Bobo, juga menggunakan Sembuh untuk memulihkan diri, lalu kumenyerang tanpa senjata, memerintahkan Bobo juga untuk menyerang para tengik dari Amarah Pahlawan.  Pertama, aku harus menghabisi para penyihir itu, atau orang-orang yang dibawa Qing Qian tak akan cukup.

Trang.

Qing Qian melihat ke arah Cantik Abadi, “Hem, inikah wanita yang menyakiti Xiao Yao? Tak tahu malu!”

Wajah Xue Yue berubah.

“Matilah!”

Dalam dua detik, Xue Yue tewas oleh Qing Qian menggunakan Berdarah dan Menusuk dari Belakang, tak melawan sedikit pun. Sudah jelas siapa yang lebih lemah.

Melihatku, Penguasa Barat berteriak, “Xiao Yao Zi Zai sudah bangkit! Bunuh dia terlebih dahulu!”

Di saat berikutnya, aku menjadi target mereka, dan Qing Qian berteriak, “Xiao Yao, awas!”

Terkena jurus Angin Dingin dan Pemecah Baja, aku roboh. Eh, mati lagi? Levelku menjadi 26, dan saat yang sama, Qing Qian menyeretku ke kelompoknya, yang hanya tersisa dua pemain, dia dan Wei Liang.

Di pemakaman, kukirimkan pesan ke Qing Qian, “Tunggu, aku akan segera bangkit, akan tiba di sana dalam tujuh menit.”

“Jangan khawatir,” ucap Qing Qian. “Tak banyak dari mereka yang tersisa, bahkan Penguasa Barat sudah dibunuh oleh adikku.”

“Hem, bagus.”

Tapi, beberapa detik kemudian, Qing Qian berteriak, “Wa, ini ....”

Sesaat kemudian, wujud ruhnya muncul tak jauh dariku dan mulai menggerutu, “Seorang pembunuh yang sangat kuat muncul, lalu membunuh kami ....”

Beberapa menit berlalu, aku kembali ke medan perang yang telah damai. Tanah dipenuhi dengan mayat-mayat, siapa yang menyangka akan hal ini!

Di atas cabang pohon, sepasang kaki seputih salju berayun pelan. Dia adalah seorang gadis berpakaian zirah kain, belati merah bara bergantung di pinggang. Tangannya memegang payung berat yang terbuat dari besi. Wajahnya pun cantik dan menarik, dengan mata berseri, dan gigi putih memesona. Tak salah lagi, dia sangat memukau. Di atas kepalanya mengapung tulisan, “Pemain #3 Kota Fan Shu”, yang menunjukkan siapa dia yang dengan santai duduk di sana.

“Ayo! Bangkit satu, akan kubunuh satu! Jangan sentuh orangku!”

Aku tersentak, dan saat melihat wajahnya, sepertinya aku kenal.

ID: Cang Tong – Pembunuh Level 32

Sa!

Dua orang langsung bangkit. Mereka adalah Qing Qian dan Wei Liang. Segera saja keduanya menyerang gadis di atas pohon tadi. Mata Qing Qian menyorotkan kemarahan.

“Kau akan mati hari ini!”

Beng!

Dia buka payung dan memaksa Wei Liang untuk mundur.

Aku melihat dengan melongo. Qing Qian dan Wei Liang adalah pemain tingkat atas dari Praha, tapi mereka tak bisa apa-apa di depan musuh. Ini ... bukannya dia terlalu kuat?

Sa!

Aku bangkit dan menggunakan Hemostasis pada Qing Qian dan berucap, “Semuanya, hentikan!”

Ketiga cantik ini melihat ke arahku.

Sedikit malu, aku berkata, “Kita semua kawan ... Nona, mengapa Anda datang?”

Tak salah lagi, pembunuh level 32, Cang Tong, ini adalah Wan Er. Siapa lagi kalau bukan dia? Mata indah elf bulannya menatap ke arahku, dan tersenyum.

“Kudengar kauditindas dekat sini, jadi aku datang melihat-lihat ....”

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan tanggapanmu!

Kesulitan Membaca di Blog Ini?

Bagi kamu yang kesulitan membaca dengan format yang sekarang dan ingin mengubahnya atau mau lebih nyaman lagi, bisa klik alamat ini untuk tahu caranya.

Ingin Gabung?

Jika ada yang ingin bergabung sebagai penerjemah atau penyunting, baik itu untuk proyek yang ada atau pun proyek milik sendiri/baru, silakan hubungi kami.

Populer Seminggu Ini

Diubah oleh Pandeka Api. Diberdayakan oleh Blogger.