ZL - 44
Penerjemah: Pandeka Api
Penyunting: Pandeka Api
Setelah hampir tiga bulan, akhirnya bisa kembali. Selamat menikmati!
---------------------------------------------------
Bab 44 – Kota Naga
Wan Er menunjukkan senyumnya, “Baiklah, Xiao Yao, aku dan Dong Cheng hanya menemanimu sampai di sini, karena tak ada lagi monster di depan. Kami akan kembali ke Fan Shu untuk melatih peliharaan kami. Kuharap kau menjadi dukun pertama yang mencapai level 40. Oh ... ya, jangan tewas ....”
Mereka mengeluarkan gulungan kembali ke kota, dan satu persatu berubah menjadi cahaya putih, lalu menghilang. Kuusap kepala Bobo dan berucap, “Ayo! Kita akan tunjukkan pada betapa kuatnya saat bertemu mereka lagi!”
Aku menggunakan tongkat putih yang dijatuhkan oleh beruang kutub. Tongkat ini tak punya banyak atribut, kecuali menambahkan daya rusak sebesar 50+, yang itu lebih baik daripada tidak. Kami meneruskan perjalanan melewati salju menuju tanah tandus.
“Au! Au!.”
Di gunung, terdengar raungan serigala, tapi aku tak begitu peduli. Mereka mungkin adalah monster tingkat tinggi. Dan untuk menghadapinya sendiri? Jangan main-main.
Sesampainya di lembah, tiba-tiba tubuhku tergetar. Bukan karena dingin, melainkan tanah yang benar-benar berguncang. Tak lama, seluruh tanang mulai menggetar.
“Ada apa?”
Pada saat ini, sebuah sosok besar muncul dari atas bukit yang berjarak sekitar seratus meter. Tinggi sosok itu lebih dari sepuluh meter dengan sebuah palu batu besar di tangannya. Tubuh monster tersebut ditutupi bulu hijau dan hanya memiliki satu mata di tengah-tengah wajahnya, seperti Kiklops. Walah, ternyata monster legendaris!
“Paw!”
Aku segera bersembunyi di rumput-rumput yang kira-kira setinggi dua puluh sentimeter dan memandangi Kiklops tersebut dari kejauhan. Level: ??, atribut: ??. Untung aku menjauh dari monster ini, atau aku pasti akan langsung tewas di tangannya!
“Hau hau!”
Si Kiklops mengaung ke arah harimau hitam dengan bulu nyala api yang ada di depannya. Seluruh bulu si harimau berdiri karena ketakutan, tapi dia masih balas mengaum ke arah Kiklops dengan marah.
Si raksasa mata satu mengaung marah dan melemparkan palunya. Dengan sebuah dentuman, palu tersebut mengenai kepala si harimau. Kemudian dia membalas dengan cakarnya ke arah kaki si raksasa. Mereka bertarung hidup mati. Tak lama, tanah di sekitarnya bersimbah darah.
Kukertakkan gigi, menunggu kesempatan. Saat darah keduanya sedikit, aku akan maju dan ... dan ... dan apa? Para monster itu memiliki darah yang banyak dan level mereka paling kurang 100, yang artinya Bobo tak akan mampu menembus pertahanan mereka, dan aku sama sekali tak tertarik untuk bunuh diri.
Geram marah hanya bisa kutahan sambil melihat kedua monster tersebut bertarung dan menjadi semakin sengit, dengan darah memuncrat ke mana-mana.
Setelah beberapa menit, terdengar teriakan lainnya. Kulihat seorang barbar dengan membawa rantai turun dari atas bukit. “Ternak iblis, beraninya kalian bertindak sesuka hati di sekitar Kota Naga? Sini, biar kubunuh kalian untuk menjadi santapan penduduk Kota Naga yang kelaparan!”
Wus!
Dia lemparkan rantai tadi dan bagian runcingnya menembus leher salah satu monster, tewas seketika.
Kupandangi orang tersebut untuk melihat statusnya ....
[Dalin – Penjinak Binatang]
Level: ???
ATK: ???
DEF: ???
HP: ???
Kemampuan: ???
Keterangan: Salah seorang penjaga Kota Naga. Dalin bertanggung jawab untuk membereskan hewan-hewan liar yang ada di sekitar Kota Naga, agar rombongan bisa lewat dengan aman. Ditambah, dia juga bertugas untuk melatih pasukan baru, yang juga dikenal dengan prajurit tangguh yang hanya setia pada pemilik Kota Naga, Luo Lin, dan mereka selamanya setia.
Seorang penjinak binatang?
Aku merasa bingung, tapi setelah melihat peta, ternyata Kota Naga benar-benar ada di depanku. Lokasinya berada ratusan meter di atas gunung bersalju. Walau sepertinya sudah ditinggalkan selama ribuan tahun, namun rupanya masih berisi kehidupan. Kota yang luar biasa! Apa mungkin di sana benar-benar ada naga?
Saat berpikir demikian, Dalin mengayunkan rantainya ke arah kepala Kiklops dam dengan tarikan kuat, kepala Kiklops berpisah dari tubuhnya dan menggelinding di putihnya salju.
Sial! Aku bahkan tak bisa menyakiti NPC bos selevel ini!
Saat itu, aku merasakan bahaya di sekitar dan seluruh syaraf ditubuhku meminta untuk kabur! Gawat, aku ditemukan!
Secepatnya aku lari, tapi Dalin melesat laksana bayangan ke arahku dan dia hancurkan salju yang ada di depanku, lalu menggeram dan melihatku dengan ganas, “Anak muda, siapa kau? Mengapa kaudatang ke Kota Naga? Apa kau mata-mata dari Kota Awan Berapi? Kaucari mati!”
Aku mundur beberapa langkah dan berdiri lurus, melihatkan lencana yang ada di lengan.
“Aku ... aku adalah petualang dari Kota Ba Huang. Datang ke sini untuk mencari seseorang!”
“Oh, benarkah?”
Amarah dalam mata Dalin melunak dan dia berkata, “Seorang bocah dari Ba Huang ke Kota Naga untuk mencari seseorang. Siapa yang kaupermainkan? Hem, dunia tidak tahu tentang keberadaan Kota Naga. Mereka semua pengecut! Mereka bahkan tidak berani ke utara untuk menghadapi para monster ini! Heh, kau pasi pasti berbohong!”
“Pengecut? Siapa? Aku sudah tiba di sini dan aku mampu menghadapi para monster. Bagaimana hal itu disebut dengan pengecut?”
“Apa? Kau benar-benar mencari seseorang?”
“Benar!”
Dalin sipitkan matanya dan tersenyum, “Siapa yang kaucari?”
Kukeluarkan surat dari tas dan menjawab, “Aku mencari seseorang yang bernama Luo Lin ....”
“Ah!” Dalin terkejut dan berkata, “Luo Lin ... kau ... kaumencari Raja Luo Lin, raja Kota Naga? Kau benar-benar seorang mata-mata, dan datang ke sini untuk menghancurkan Kota Naga, bukan?”
“Aku cuma sendirian, bagaimana mungkin bisa untuk menghancurkan Kota Naga? Lihat segel pada surat ini. Jika Luo Lin adalah Raja Kota Naga, surat ini ditulis oleh ayahnya.”
“Apakah ... itu benar?”
Dalin segera membuka surat tersebut dam tercengang, “Aku tak mengerti dengan tulisan istana ini! Sial, tapi segel ini ... kurasa Raja Luo Lin punya medali yang mirip! Apa kau benar-benar seorang yang dikirim oleh Kota Ba Huang? OK, aku akan membawamu menemui Luo Lin Wang dan dia pasti tahu apakah kau seorang mata-mata atau tidak.”
Setelah mengatakan itu, Dalin memegang bahuku dan mengangkatku. Sesaat kemudian dia merantai monster raksasa tadi, dan dengan berteriak keras, dia menaiki bukit dengan membawa semua itu. Angin bersiur kencang di telingaku, sementara salju terus berjatuhan. Dia lalu berteriak, “Aku Dalin, turunkan talinya!”
Wus!
Sebuah rantai besi jatuh dari dinding kota dan Dalin meletakkanku di atas bangkai raksasa tadi. Dengan satu tangan dia memanjat.
Pa!
Aku tiba-tiba terjatuh ke dalam kota. Setelah menenangkan kaki, aku melompat dari atas bangkai. Di sekitar, tanang dilapisi dengan salju. Ditambah, puluhan pasukan NPC di sekeliling kota dalam keadaan berjaga, tapi karena menggunakan selubung, aku tak bisa melihat penampilan mereka.
“Mari, Bocah!”
Dalin mendorongku begitu memasuki kota ini, dan melewati sebuah koridor, terlihat sekelompok prajurit muda yang sedang berlatih di lapangan latih. Ke sananya lagi, terlihat pula sekelompok kavaleri yang berpacu, dipimpin oleh seekor kuda putih. Si penunggang, memakai selubung putih, melompat turun tepat di depan Dalin. Selubung tersebut disingkapkan dan terlihatlah wajah cantik tiada tara di baliknya. Dia melihat ke arah Dalin dan bertanya, “Apa yang kaubawa hari ini?”
Dalin tersenyum, “Kapten Embun Beku, aku membawa berton-ton daging yang cukup untuk persediaan selama setengah bulan, dan seorang mata-mata yang memiliki surat untuk Luo Lin ....”
“Sudah kubilang, kalau aku bukan mata-mata!” kataku geram.
Si NPC perempuan cantik, di atas kepalanya melayang tulisan, [Embun Beku – Kapten Pasukan Penunggang Naga dari Kota Naga], mendekatiku untuk melihat lebih baik. Dengan senyuman dia berkata, “Yang Mulia Luo Lin akan tahu apakah kau mata-mata atau tidak! Ikut denganku, akan kuantarkan pada Raja Luo Lin!”
“Baik ....”
Empat pengawal berpedang berdiri di sampingku untuk memberi “perlindungan”, dan aku mengikuti Embun Beku ke dalam pusat kastel. Setelah berjalan melewati lorong panjang beberapa waktu, kami tiba di aula. Sangat biasa, bahkan tak memiliki meja yang pantas. Seorang pria berambut hitam, dengan pedang di tangan, berdiri di ujung aula. Di atas kepalanya melayang tulisan [Luo Lin – Raja Kota Naga].
“Tuan Luo Lin!”
Embun Beku berlutut dengan satu kaki dan berucap penuh hormat, “Saya telah kembali dari patroli. Ditambah dengan membawa seorang pengantar pesan yang mungkin adalah mata-mata ....”
“Oh, benarkah? Seorang pengantar pesan?”
Luo Lin mengangkat kepalanya dan dengan mata hitamnya yang penuh kewibawaan melihat ke arahku. Seolah-olah dia hampir bisa menembusi isi hatiku. Dia berucap, “Petualang muda, surat apa yang engkau bawa untukku?”
Kuserahkan perkamen yang dimaksud padanya, lalu tetap diam berdiri.
Luo Lin membaca surat tersebut dan mulai bergetar, matanya memerah, dan kemudian berdiri sambil mengepalkan tinju, lalu menghela napas lega.
“Kutinggalkan negeriku, dan kutinggalkan ayahku tercinta ....”
“Tuanku, ada apa?” tanya Embun Pagi.
“Tidak ada ...,” Luo Lin kibaskan tangannya. “Waktu itu, aku mengecewakan negeriku dan datang ke kota yang terlantar ini, lalu membangun Kota Naga. Namun, aku gagal memenuhi harapan ayahku. Sekarang, ayahku, Adipati Luo Lei, mengirimkan surat ini untuk memastikan apakah aku masih sehat atau tidak, jadi aku harus membalas suratnya.”
Embun Beku mengangguk, “Tuanku, itu adalah sifat alamiah manusia. Saya sendiri yang akan mengantarkan balasan Anda ke Kota Ba Huang.”
“Tidak,” Luo Lin gelengkan kepala. “Kapten Embun Beku, kau adalah orang asli Kota Naga, jadi bisa dianggap asing di Ba Huang. Lebih baik balasan ini diantarkan kembali oleh si petualang.”
“Baik, Tuanku!”
Kuusap-usapkan tangan diam-diam. Setelah mengalami kematian beberapa kali, akhirnya tugas setingkat AA ini hampir selesai. Aku tak tahu apa hadiah yang akan di dapat, tapi setelah mendapatkannya, aku pasti akan memberikan pelajaran berharga pada kawanku Amarah Pahlawan!
Penyunting: Pandeka Api
Setelah hampir tiga bulan, akhirnya bisa kembali. Selamat menikmati!
---------------------------------------------------
Bab 44 – Kota Naga
Wan Er menunjukkan senyumnya, “Baiklah, Xiao Yao, aku dan Dong Cheng hanya menemanimu sampai di sini, karena tak ada lagi monster di depan. Kami akan kembali ke Fan Shu untuk melatih peliharaan kami. Kuharap kau menjadi dukun pertama yang mencapai level 40. Oh ... ya, jangan tewas ....”
Mereka mengeluarkan gulungan kembali ke kota, dan satu persatu berubah menjadi cahaya putih, lalu menghilang. Kuusap kepala Bobo dan berucap, “Ayo! Kita akan tunjukkan pada betapa kuatnya saat bertemu mereka lagi!”
Aku menggunakan tongkat putih yang dijatuhkan oleh beruang kutub. Tongkat ini tak punya banyak atribut, kecuali menambahkan daya rusak sebesar 50+, yang itu lebih baik daripada tidak. Kami meneruskan perjalanan melewati salju menuju tanah tandus.
“Au! Au!.”
Di gunung, terdengar raungan serigala, tapi aku tak begitu peduli. Mereka mungkin adalah monster tingkat tinggi. Dan untuk menghadapinya sendiri? Jangan main-main.
Sesampainya di lembah, tiba-tiba tubuhku tergetar. Bukan karena dingin, melainkan tanah yang benar-benar berguncang. Tak lama, seluruh tanang mulai menggetar.
“Ada apa?”
Pada saat ini, sebuah sosok besar muncul dari atas bukit yang berjarak sekitar seratus meter. Tinggi sosok itu lebih dari sepuluh meter dengan sebuah palu batu besar di tangannya. Tubuh monster tersebut ditutupi bulu hijau dan hanya memiliki satu mata di tengah-tengah wajahnya, seperti Kiklops. Walah, ternyata monster legendaris!
“Paw!”
Aku segera bersembunyi di rumput-rumput yang kira-kira setinggi dua puluh sentimeter dan memandangi Kiklops tersebut dari kejauhan. Level: ??, atribut: ??. Untung aku menjauh dari monster ini, atau aku pasti akan langsung tewas di tangannya!
“Hau hau!”
Si Kiklops mengaung ke arah harimau hitam dengan bulu nyala api yang ada di depannya. Seluruh bulu si harimau berdiri karena ketakutan, tapi dia masih balas mengaum ke arah Kiklops dengan marah.
Si raksasa mata satu mengaung marah dan melemparkan palunya. Dengan sebuah dentuman, palu tersebut mengenai kepala si harimau. Kemudian dia membalas dengan cakarnya ke arah kaki si raksasa. Mereka bertarung hidup mati. Tak lama, tanah di sekitarnya bersimbah darah.
Kukertakkan gigi, menunggu kesempatan. Saat darah keduanya sedikit, aku akan maju dan ... dan ... dan apa? Para monster itu memiliki darah yang banyak dan level mereka paling kurang 100, yang artinya Bobo tak akan mampu menembus pertahanan mereka, dan aku sama sekali tak tertarik untuk bunuh diri.
Geram marah hanya bisa kutahan sambil melihat kedua monster tersebut bertarung dan menjadi semakin sengit, dengan darah memuncrat ke mana-mana.
Setelah beberapa menit, terdengar teriakan lainnya. Kulihat seorang barbar dengan membawa rantai turun dari atas bukit. “Ternak iblis, beraninya kalian bertindak sesuka hati di sekitar Kota Naga? Sini, biar kubunuh kalian untuk menjadi santapan penduduk Kota Naga yang kelaparan!”
Wus!
Dia lemparkan rantai tadi dan bagian runcingnya menembus leher salah satu monster, tewas seketika.
Kupandangi orang tersebut untuk melihat statusnya ....
[Dalin – Penjinak Binatang]
Level: ???
ATK: ???
DEF: ???
HP: ???
Kemampuan: ???
Keterangan: Salah seorang penjaga Kota Naga. Dalin bertanggung jawab untuk membereskan hewan-hewan liar yang ada di sekitar Kota Naga, agar rombongan bisa lewat dengan aman. Ditambah, dia juga bertugas untuk melatih pasukan baru, yang juga dikenal dengan prajurit tangguh yang hanya setia pada pemilik Kota Naga, Luo Lin, dan mereka selamanya setia.
Seorang penjinak binatang?
Aku merasa bingung, tapi setelah melihat peta, ternyata Kota Naga benar-benar ada di depanku. Lokasinya berada ratusan meter di atas gunung bersalju. Walau sepertinya sudah ditinggalkan selama ribuan tahun, namun rupanya masih berisi kehidupan. Kota yang luar biasa! Apa mungkin di sana benar-benar ada naga?
Saat berpikir demikian, Dalin mengayunkan rantainya ke arah kepala Kiklops dam dengan tarikan kuat, kepala Kiklops berpisah dari tubuhnya dan menggelinding di putihnya salju.
Sial! Aku bahkan tak bisa menyakiti NPC bos selevel ini!
Saat itu, aku merasakan bahaya di sekitar dan seluruh syaraf ditubuhku meminta untuk kabur! Gawat, aku ditemukan!
Secepatnya aku lari, tapi Dalin melesat laksana bayangan ke arahku dan dia hancurkan salju yang ada di depanku, lalu menggeram dan melihatku dengan ganas, “Anak muda, siapa kau? Mengapa kaudatang ke Kota Naga? Apa kau mata-mata dari Kota Awan Berapi? Kaucari mati!”
Aku mundur beberapa langkah dan berdiri lurus, melihatkan lencana yang ada di lengan.
“Aku ... aku adalah petualang dari Kota Ba Huang. Datang ke sini untuk mencari seseorang!”
“Oh, benarkah?”
Amarah dalam mata Dalin melunak dan dia berkata, “Seorang bocah dari Ba Huang ke Kota Naga untuk mencari seseorang. Siapa yang kaupermainkan? Hem, dunia tidak tahu tentang keberadaan Kota Naga. Mereka semua pengecut! Mereka bahkan tidak berani ke utara untuk menghadapi para monster ini! Heh, kau pasi pasti berbohong!”
“Pengecut? Siapa? Aku sudah tiba di sini dan aku mampu menghadapi para monster. Bagaimana hal itu disebut dengan pengecut?”
“Apa? Kau benar-benar mencari seseorang?”
“Benar!”
Dalin sipitkan matanya dan tersenyum, “Siapa yang kaucari?”
Kukeluarkan surat dari tas dan menjawab, “Aku mencari seseorang yang bernama Luo Lin ....”
“Ah!” Dalin terkejut dan berkata, “Luo Lin ... kau ... kaumencari Raja Luo Lin, raja Kota Naga? Kau benar-benar seorang mata-mata, dan datang ke sini untuk menghancurkan Kota Naga, bukan?”
“Aku cuma sendirian, bagaimana mungkin bisa untuk menghancurkan Kota Naga? Lihat segel pada surat ini. Jika Luo Lin adalah Raja Kota Naga, surat ini ditulis oleh ayahnya.”
“Apakah ... itu benar?”
Dalin segera membuka surat tersebut dam tercengang, “Aku tak mengerti dengan tulisan istana ini! Sial, tapi segel ini ... kurasa Raja Luo Lin punya medali yang mirip! Apa kau benar-benar seorang yang dikirim oleh Kota Ba Huang? OK, aku akan membawamu menemui Luo Lin Wang dan dia pasti tahu apakah kau seorang mata-mata atau tidak.”
Setelah mengatakan itu, Dalin memegang bahuku dan mengangkatku. Sesaat kemudian dia merantai monster raksasa tadi, dan dengan berteriak keras, dia menaiki bukit dengan membawa semua itu. Angin bersiur kencang di telingaku, sementara salju terus berjatuhan. Dia lalu berteriak, “Aku Dalin, turunkan talinya!”
Wus!
Sebuah rantai besi jatuh dari dinding kota dan Dalin meletakkanku di atas bangkai raksasa tadi. Dengan satu tangan dia memanjat.
Pa!
Aku tiba-tiba terjatuh ke dalam kota. Setelah menenangkan kaki, aku melompat dari atas bangkai. Di sekitar, tanang dilapisi dengan salju. Ditambah, puluhan pasukan NPC di sekeliling kota dalam keadaan berjaga, tapi karena menggunakan selubung, aku tak bisa melihat penampilan mereka.
“Mari, Bocah!”
Dalin mendorongku begitu memasuki kota ini, dan melewati sebuah koridor, terlihat sekelompok prajurit muda yang sedang berlatih di lapangan latih. Ke sananya lagi, terlihat pula sekelompok kavaleri yang berpacu, dipimpin oleh seekor kuda putih. Si penunggang, memakai selubung putih, melompat turun tepat di depan Dalin. Selubung tersebut disingkapkan dan terlihatlah wajah cantik tiada tara di baliknya. Dia melihat ke arah Dalin dan bertanya, “Apa yang kaubawa hari ini?”
Dalin tersenyum, “Kapten Embun Beku, aku membawa berton-ton daging yang cukup untuk persediaan selama setengah bulan, dan seorang mata-mata yang memiliki surat untuk Luo Lin ....”
“Sudah kubilang, kalau aku bukan mata-mata!” kataku geram.
Si NPC perempuan cantik, di atas kepalanya melayang tulisan, [Embun Beku – Kapten Pasukan Penunggang Naga dari Kota Naga], mendekatiku untuk melihat lebih baik. Dengan senyuman dia berkata, “Yang Mulia Luo Lin akan tahu apakah kau mata-mata atau tidak! Ikut denganku, akan kuantarkan pada Raja Luo Lin!”
“Baik ....”
Empat pengawal berpedang berdiri di sampingku untuk memberi “perlindungan”, dan aku mengikuti Embun Beku ke dalam pusat kastel. Setelah berjalan melewati lorong panjang beberapa waktu, kami tiba di aula. Sangat biasa, bahkan tak memiliki meja yang pantas. Seorang pria berambut hitam, dengan pedang di tangan, berdiri di ujung aula. Di atas kepalanya melayang tulisan [Luo Lin – Raja Kota Naga].
“Tuan Luo Lin!”
Embun Beku berlutut dengan satu kaki dan berucap penuh hormat, “Saya telah kembali dari patroli. Ditambah dengan membawa seorang pengantar pesan yang mungkin adalah mata-mata ....”
“Oh, benarkah? Seorang pengantar pesan?”
Luo Lin mengangkat kepalanya dan dengan mata hitamnya yang penuh kewibawaan melihat ke arahku. Seolah-olah dia hampir bisa menembusi isi hatiku. Dia berucap, “Petualang muda, surat apa yang engkau bawa untukku?”
Kuserahkan perkamen yang dimaksud padanya, lalu tetap diam berdiri.
Luo Lin membaca surat tersebut dan mulai bergetar, matanya memerah, dan kemudian berdiri sambil mengepalkan tinju, lalu menghela napas lega.
“Kutinggalkan negeriku, dan kutinggalkan ayahku tercinta ....”
“Tuanku, ada apa?” tanya Embun Pagi.
“Tidak ada ...,” Luo Lin kibaskan tangannya. “Waktu itu, aku mengecewakan negeriku dan datang ke kota yang terlantar ini, lalu membangun Kota Naga. Namun, aku gagal memenuhi harapan ayahku. Sekarang, ayahku, Adipati Luo Lei, mengirimkan surat ini untuk memastikan apakah aku masih sehat atau tidak, jadi aku harus membalas suratnya.”
Embun Beku mengangguk, “Tuanku, itu adalah sifat alamiah manusia. Saya sendiri yang akan mengantarkan balasan Anda ke Kota Ba Huang.”
“Tidak,” Luo Lin gelengkan kepala. “Kapten Embun Beku, kau adalah orang asli Kota Naga, jadi bisa dianggap asing di Ba Huang. Lebih baik balasan ini diantarkan kembali oleh si petualang.”
“Baik, Tuanku!”
Kuusap-usapkan tangan diam-diam. Setelah mengalami kematian beberapa kali, akhirnya tugas setingkat AA ini hampir selesai. Aku tak tahu apa hadiah yang akan di dapat, tapi setelah mendapatkannya, aku pasti akan memberikan pelajaran berharga pada kawanku Amarah Pahlawan!
Gak dilanjutkan ceritanya bos?. Menarik
BalasHapusMasih dilanjut kok, bro. Cuma iya, agak lama.
HapusBerminat membantu translate, bisa hubungi saya di th3_fox@yahoo.com bro
HapusSaya juga peminat ini LN, ceritanya keren, tp agak agak mirip sama legendary moonlight sculptor ( btw ane nga tau yg mana yg duluan )
Keren gan, lanjut
BalasHapusSip.
HapusThx min
BalasHapus